BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil)

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Rekayasa Proses Produksi Biodiesel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

4 Pembahasan Degumming

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN AWAL BIODIESEL TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN DAYA PADA MOTOR DIESEL 4 TAK 4 SILINDER

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Dibimbing Oleh: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA Ir. Rr. Pantjawarni Prihatini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biotechnology and Energy Conservation. Prof. Dr.oec.troph. Ir. Krishna Purnawan Candra, M.S. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Mulawarman

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

Lampiran A. Kromatogram Metil Ester RBDPO dan Minyak Jarak Pagar C 16:0

I. PENDAHULUAN. Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi terbesar di

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

Spesifikasi Mutu B-20 di Indonesia dan Perbandingannya dengan Spesifikasi Biodiesel, Minyak Solar dan Standard International

Nama Kelompok : MUCHAMAD RONGGO ADITYA NRP M FIKRI FAKHRUDDIN NRP Dosen Pembimbing : Ir. IMAM SYAFRIL, MT NIP.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

Bab II Tinjauan Pustaka

Biodiesel Dari Minyak Nabati

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN (P3HH) TELAH MELAKSANALKAN PENELITIAN PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG

BAB VII IMPLEMENTASI, VALIDASI DAN VERIFIKASI

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai salah satu bahan baku biodiesel, minyak Kelapa cukup baik karena memiliki kadar Asam Lemak Bebas (ALB) rendah yaitu <1 %, dengan demikian tidak diperlukan perlakuan pendahuluan (netralisasi atau esterifikasi) dan minyak dapat langsung direaksikan dengan metanol untuk menghasilkan biodiesel. Minyak Kelapa memiliki kadar air sebesar 0,152%, kadarnya berada di bawah batas maksimum yang diizinkan yaitu (0,5%) sehingga tidak diperlukan treatment untuk mengurangi kadar air dalam minyak tersebut (Padil, 2010). Pada Tabel 2.1 merupakan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh minyak Kelapa sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Tabel 2.1. Karakteristik Minyak Kelapa Sebagai Bahan Baku dalam Pembuatan Biodiesel Karakteristik Satuan Nilai Kandungan asam lemak bebas (ALB) % 0,656 Kandungan air % 0,152 Massa jenis kg/m 3 923,4 Viskositas kinematik mm 2 /s 10,29 (Padil, 2010) Selain itu dengan karakteristik yang dimiliki oleh minyak Kelapa ini bahan baku lainnya yang dapat dijadikan bahan biodiesel yaitu minyak Jarak Kepyar (Castor Oil). Jarak Kepyar adalah tanaman asli Ethiopia yang telah menyebar ke seluruh dunia khususnya pada daerah dengan iklim tropis diantaranya India, Afrika Selatan dan Tengah serta Asia Tenggara. Biji Jarak Kepyar mengadung minyak 46-57% (Widodo, 2007). Jarak Kepyar (Ricinus communis L) adalah tanaman sumber minyak nabati dari famili Euphorbiaceae yang dapat tumbuh dan berkembang baik pada lahan kering dan marginal. Saat ini Jarak Kepyar semakin populer karena tuntutan pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak. Selain sebagai penghasil biodisel, 5

6 minyak Jarak Kepyar (Castor Oil) juga merupakan sumber bahan kimia yang digunakan pada industri terbarukan (Santoso, 2014). Pada tabel 2.2 merupakan karakteristik dari minyak Jarak (Castor Oil). Tabel 2.2. Karakteristik Fisik Minyak Jarak (Castor Oil) Propertis Unit Minyak Jarak (Castor Oil) Asam lemak bebas % 0,264 Densitas kg/m 3 962,8 Titik nyala 0 C 298 Nilai kalor kj/kg 35684,5 Kinematic Viscosity mm 2 /s 109,53 (Sattanathan, 2015) Minyak Jarak mempunyai komposisi kimia berbeda dengan minyak nabati pada umumnya, sehingga minyak ini bernilai tinggi. Asam lemak pada minyak Kastor 90% terdiri atas risinoleat, hanya sedikit mengandung asam dihidroksi stearat, linoleat, oleat, dan stearate (Mardiyah, 2011). Pada Tabel 2.3 menunjukkan komposisi asam lemak pada minyak Jarak (Castor Oil). Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak (Castor Oil) Asam lemak Jumlah (%) Asam risinoleat 86 Asam oleat 8,5 Asam linoleat 3,5 Asam stearat 0,5-2,0 Asam dihidroksi stearat 1-2 (Bailey, 1986) Menurut Tazora, pencampuran menggunakan dua metode yaitu metode dengan mencampurkan minyak dari biji Karet dan biji Jarak Pagar dan mencampurkan biodiesel biji Karet dengan biodiesel Jarak Pagar. Adapun hasil terbaik yang diperoleh yaitu pada pencampuran 20% biodiesel biji Karet berbanding 80% biodiesel Jarak Pagar yang menghasilkan nilai viskositas kinematik dan bilangan setana yang terbaik (Tazora, 2011). Pada Tabel 2.4 diperoleh hasil analisis Pencampuran 20% biodiesel dari biji Karet dengan 80% biodiesel dari Jarak Pagar.

7 Tabel 2.4. Hasil Analisis Biodiesel dari Campuran Biodiesel Biji Karet dan Biodiesel Jarak Pagar Ratio 20:80 Parameter Unit Hasil Standar analisis SNI ASTM Densitas 40 C kg/m 3 871,3 850-890 - Viskositas kinematik 40 C cst 5,75 2,3 6,0 1,9 6,0 Flash point C 210 100 130 (Tazora, 2011) Menurut Indrayati, campuran antara biodiesel minyak Jarak dan Kelapa menghasilkan biodiesel terbaik dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yaitu minyak Kedelai, biji Rapa, dan minyak Kelapa Sawit. Metode pencampuran terbaik adalah pencampuran antara biodiesel dengan biodiesel dibandingkan metode pencampuran minyak dengan minyak nabati lainnya. Sifat fisik biodiesel meliputi viskositas dan densitas pada biodiesel campuran Jarak Pagar-Kelapa pada kedua metode pencampuran dan campuran Jarak Pagar-metil laurat menghasilkan nilai yang sesuai dengan standar ASTM D 6751 dan SNI dan menunjukkan sifat yang lebih baik dari biodiesel Jarak Pagar (Indrayati, 2009). Pada Tabel 2.5 diperoleh Analisa campuran biodiesel Jarak Pagar dengan biodiesel Kelapa.

8 Tabel 2.5. Analisa Campuran Biodiesel dari Jarak Pagar dengan Biodiesel dari Kelapa Perlakuan Konsentrasi Karakteristik Jarak %-v/v Kelapa %-v/v Densitas g/cm 3 Viskositas mm 2 /detik J100 100 0 0,8765 8,50 C100 0 100 0,8805 5,67 JC10 10 90 0,8804 2,83 JC20 20 80 0,8804 5,67 JC30 30 70 0,8802 2,84 JC40 40 60 0,8795 2,84 JC50 50 50 0,8792 5,68 JC60 60 40 0,8793 5,68 JC70 70 30 0,8785 5,69 JC80 80 20 0,8790 5,69 JC90 90 10 0,8788 5,69 (Indrayati, 2009) Menurut Setyaningsih, pencampuran antara minyak Jarak dan minyak Kelapa dilakukan dengan menggunakan dua metode yakni pencampuran dalam bentuk biodiesel dan dalam bentuk minyak sebelum proses biodiesel. Pencampuran sebelum proses biodiesel menghasilkan titik awan yang lebih tinggi dan titik tuang yang lebih rendah dibanding dalam keadaan telah menjadi biodiesel dan nilainya relatif konstan (Setyaningsih, 2010). Pada Tabel 2.6 diperoleh analisa karakteristik fisik dari beragam biodiesel.

9 Tabel 2.6. Karakteristik Fisik Biodiesel Biodiesel Viskositas (cst, 40 C) Densitas (g/ml, 40 C) Jarak 8,557 0,8765 Kelapa 5,679 0,8805 Kelapa Sawit 8,566 0,8756 Biji Rapa 8,566 0,8756 Kedelai 8,498 0,8826 (Setyaningsih, 2010) Berdasarkan dengan Literature review yang ada, dapat dilihat bahwa bahan baku pembuatan biodiesel yang potensial diantaranya adalah minyak Jarak dan minyak Kelapa. Kadar asam lemak bebas yang dimiliki minyak Kelapa sebesar 0,656% (Padil, 2010), dan 0,20% (Indrayati, 2009). Sedangkan hasil analisis bahan baku yang dilakukan oleh Dewi menunjukkan bahwa minyak Jarak Kepyar (ricinus communis) memiliki kandungan asam lemak bebas sebesar 0,79% (Dewi, 2015). Proses transesterifikasi mensyaratkan bahan baku minyak nabati yang digunakan mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) < 1% (Syah, 2006). Sehingga kedua minyak tersebut tidak perlu melewati proses pendahuluan atau esterifikasi. Minyak Jarak memiliki viskositas cenderung jauh lebih tinggi dari minyak Kelapa. Upaya peningkatan kualitas biodiesel dapat dilakukan dengan cara pencampuran minyak nabati baik itu dalam bentuk biodiesel maupun dalam bentuk minyak sebelum proses biodiesel (Indrayati, 2009). 2.2. Dasar Teori Pada era 1970-an adanya ketergantungan pada minyak bumi yang menimbulkan upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi dengan melakukan serangkaian penelitian untuk mendapatkan sumber-sumber energi alternatif. Dengan munculnya sumber daya energi terbarukan ini yang merupakan sumber energi yang menghasilkan hasil yang konstan dalam jangka waktu yang cukup lama (Syah, 2006). Beberapa jenis sumber energi yang dikategorikan sebagai sumber energi terbarukan diantaranya adalah sinar matahari, panas bumi, angin, aliran air sungai, gelombang laut, arus pasang surut, dan

10 biomassa yang didalamnya termasuk biogas, biodiesel, bioetanol, biobriket, dan biokerosen. Energi alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar fosil adalah biodiesel. Minyak nabati dan hewani merupakan bahan baku pembuatan biodiesel yang sifatnya dapat diperbaharui (Manai). Biodiesel memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan bahan bakar diesel/solar diantaranya ialah ramah lingkungan, dapat diperbaharui (renewable), dapat terurai (biodegradable), memiliki pelumasan terhadap piston mesin karena termasuk kelompok minyak tidak mengering (non-drying-oil), mampu mengeliminasi efek rumah kaca, dan kontinuitas ketersediaan bahan baku terjamin (Hambali S., 2006). 2.2.1. Minyak/Lemak Senyawa trigliserida dari gliserol merupakan senyawa utama pembentuk minyak dan lemak. Pada proses pembentukannya, trigliserida melalui proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak pada umumnya ketiga asam lemak tersebut tidak sama, dengan membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air (Herlina, 2002). Pada Gambar 2.1. menunjukkan reaksi pembentukan trigliserida. Gambar 2.1. Reaksi Pembentukan Trigliserida

11 Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap) lemak dan minyak dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu (Herlina, 2002): a. asam lemak jenuh Asam lemak jenuh ialah asam lemak yang memiliki kandungan ikatan tunggal pada rantai hidrokarbon-nya. b. asam lemak tak jenuh Asam lemak tak jenuh ialah asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. 2.2.2. Biodiesel Bahan bakar yang dikembangkan sesuai blue print pengelolaan energi nasional disebut sebagai biodiesel. Bahan bakar biodiesel adalah alternatif untuk mengurangi konsumsi terhadap bahan bakar minyak (Hambali M., 2007). Bahan baku pembuatan biodiesel dapat diperoleh dari minyak Kelapa Sawit, minyak biji Jarak Pagar, minyak Kelapa dan tanaman-tanaman lainnya (Nurcholis, 2007). Sebagai bahan bakar alternatif, biodiesel memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan bahan bakar diesel/solar (Nurhayati, 2014). Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh biodiesel adalah: a. biodiesel adalah bahan bakar yang tidak beracun dan dapat terurai, b. memiliki angka setana tinggi, c. ramah terhadap lingkungan, dan d. terdapat dalam bentuk cair. Biodiesel memiliki sifat ramah lingkungan karena dapat menghasilkan emisi gas buang yang lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar mesin diesel. Beberapa kelemahan minyak nabati adalah ketidakstabilannya terhadap oksidasi, sifat pada temperatur rendahnya buruk (Sudradjat.R, 2007).

12 2.2.3. Spesifikasi Biodiesel Standar mutu biodiesel ditentukan untuk menjamin bahwa biodiesel yang di produksi aman dan layak untuk di jadikan bahan bakar. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (BSN) melalui Standar Nasional Indonesia (SNI) syarat mutu biodiesel di Indonesia yaitu SNI 7182-2015 seperti terlihat pada Tabel 2.7, standar mutu biodiesel SNI 7182-2015 tidak jauh berbeda dengan American Standard Testing and Material (ASTM). Pada Tabel 2.8 merupakan Standar ASTM untuk biodiesel. Tabel 2.7. Syarat Mutu Biodiesel SNI 7182-2015 No Parameter uji Satuan, min/maks Persyaratan 1 Massa jenis pada 40 C kg/m 3 850 890 2 Viskositas kinematik mm 2 /s (cst) 2,3 6,0 pada 40 C 3 Angka setana min 51 4 Titik nyala (mangkok C, min 100 tertutup) 5 Titik kabut C, maks 18 Korosi lempeng tembaga 6 (3 jam pada 50 C) nomor 1 7 Residu karbon - dalam percontoh asli; atau %-massa, maks - dalam 10% ampas distilasi 0,05 0,3 8 Air dan sedimen %-volume, maks 0,05 9 Temperatur distilasi C, maks 360 90% 10 Abu tersulfatkan %-massa, maks 0,02 11 Belerang mg/kg, maks 50 12 Fosfor mg/kg, maks 4 13 Angka asam mg-koh/g, maks 0,5 14 Gliserol bebas %-massa, maks 0,02 15 Gliserol total %-massa, maks 0,24 16 Kadar ester metil %-massa, min 96,5 17 Angka iodium %-massa (g-i2/100 g), maks 115

13 No Parameter uji Satuan, min/maks Persyaratan 18 Kestabilan oksidasi Periode induksi metode rancimat atau Periode induksi metode menit 480 36 petro oksi 19 Monogliserida %-massa, maks 0,8 (BSN, 2015) Property Tabel 2.8. Biodiesel Standard ASTM D 6751 Test method Limits Units Calcium&Magnesium EN 5 max ppm (ug/g) 14538 Flash point (closed cup) D 93 93.0 min o C Water and sediment D 2709 0.050 max % volume Kinematic viscosity, 40 o C D 445 1.9-6.0 mm2 / s Sulfated ash D 874 0.020 max % mass Sulfur D5453 0.05 or 0.0015 max a % mass Copper strip corrosion D 130 No. 3 max Cetane number D 613 47 min Cloud point D 2500 Report o C Carbon residue D 4530 0.050 max % mass Acid number D 664 0.50 max mg KOH / g Free glycerin D 6584 0.020 % mass Total glycerin D 6584 0.240 % mass Phosphorus content D 4951 0.001 max % mass Distillation temperature, D 1160 360 max o C T90 AET Sodium/Potassium, EN 5 max, combined ppm combined 14538 Oxidation Stability EN 14112 3 min hours Workmanship Free of undissolved water, sediment, & suspended matter (Burton, 2008)

14 2.2.4. Minyak Jarak (Ricinus communis L) atau biasa disebut dengan Jarak Kepyar merupakan tanaman yang hidup di daerah tropik maupun sub tropik, termasuk kedalam family euphorbiaceae, dan dapat tumbuh pada ketinggian 0-800 m di atas permukaan laut. Kandungan dari biji Jarak ialah 75% kernel (daging biji) dan 25% kulit biji. pada Tabel 2.8 merupakan komposisi kandungan asam lemak dari minyak Jarak. Tabel 2.9. Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak Kepyar (Castor Oil) Asam lemak Jumlah (%) Asam risinoleat 86 Asam dihidroksi stearat 1-2 Asam stearat 0,5-20 Asam oleat 8,5 Asam linoleat 3,5 (Andyna, 2009) Sejalan dengan perkembangan zaman menunjukan bahwa minyak Jarak memiliki potensi sangat besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Indonesia mulai membudidayakan tumbuhan Jarak pagar dengan areal penanaman variatif yaitu mulai dari 100-1000 ha dengan melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan swasta dan BUMN serta masyarakat umum (Hambali M., 2007). Beberapa tanaman jarak tumbuh di Indonesia diantaranya adalah Jarak pagar (Jatropha curcas), Jarak kaliki/ kastor (Ricinus communis), Jarak pagar (Jatropha curcas), Jarak gurita (Jatropha multifida) dan Jarak landi (Jatropha gossypifolia). Semua jenis jarak tersebut dari keluarga Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu (Nurhayati, 2014).

15 2.2.5. Minyak Kelapa Kelapa merupakan tanaman serba guna yang seluruh bagian-nya berguna bagi kehidupan manusia. Itulah sebabnya tanaman ini dikenal diseluh nusantara. Minyak Kelapa telah banyak dikenal dalam kehidupan manusia. Lebih dari 10% kebutuhan minyak nabati dunia dipenuhi oleh minyak Kelapa. Minyak Kelapa secara fisik berwarna kuning kecoklatan, dengan titik beku pada suhu 18-20 C dan mulai mencair pada suhu 23-26 C (Setyamidjaja, 1984). Minyak Kelapa diperoleh dari buah Kelapa yang sudah tua dengan cara mengkonversi daging buah Kelapa menjadi minyak melalui proses pembuatan santan dan kemudian menjadi minyak. Selain itu dapat juga dilakukan melalui proses pengeringan buah Kelapa menjadi kopra dan kemudian diolah untuk memperoleh minyak-nya. Komposisi asam lemak minyak Kelapa didominasi oleh asam laurat, hal ini disebabkan karena komposisi asam lemak tersebut paling besar dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Indonesia memiliki potensi sebagai penghasil kelapa terbesar. Hal ini terlihat dari tahun ke tahun produksi Kelapa dalam Negeri mengalami peningkatan. Salah satu alternatif dalam memanfaatkan minyak Kelapa adalah mengkonversi minyak tersebut menjadi biodiesel (Hambali M., 2007). 2.2.6. Transesterifikasi Transesterifikasi merupakan salah satu proses pembuatan biodiesel yang paling banyak digunakan dalam industri. Proses transesterifikasi pertama kali dilakukan pada tahun 1853 oleh ilmuan yang bernama E. Duffy dan J. Patrick dengan melakukan reaksi antara trigliserida dan alkohol untuk memperoleh gliserol bebas dan ester alkil asam lemak. Pada Gambar 2.3 merupakan skema reaksi transesterifikasi antara trigliserida dengan metanol untuk memperoleh metil biodiesel (metil ester).

16 Gambar 2.2. Reaksi Transesterifikasi Produk samping yang dihasilkan dari proses transesterifikasi selain biodiesel adalah gliserin (gliserol) yang bermanfaat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun (Nurhayati, 2014). Proses transesterifikasi mensyaratkan bahan baku minyak nabati yang digunakan mengandung asam lemak bebas (ALB) < 1%, apabila kadar asam lemak bebas dari minyak nabati mencapai lebih dari 1% maka diperlukan perlakuan pendahuluan karena jika langsung dilakukan reaksi transesterifikasi akan menyebabkan rendahnya efisiensi reaksi pembentukan biodiesel (Syah, 2006). Lapisan sabun berupa endapan putih di dasar wadah merupakan indikasi minyak mengandung air, yang berpotensi menyulitkan pemisahan antara ester dan gliserin. Maka banyak peneliti yang melakukan proses pendahuluan dengan melakukan reaksi esterifikasi terhadap Asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak (Widyastuti, 2007). 2.2.7. Esterifikasi Secara ilmiah esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dengan alkohol. Asam lemak bebas diubah ke dalam bentuk ester metil asam lemak melalui pereaksian menggunakan metanol:

17 RCOOH + CH3OH H2O + RCOOCH3 Asam lemak bebas + Metanol Air + Ester alkil asam lemak Reaksi esterifikasi ini merupakan reaksi kesetimbangan endoterm, sehingga diperlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi ini. Walaupun reaksi ini sudah dipercepat dengan katalis, namun reaksi yang terjadi masih relatif lambat. Sehingga digunakan katalis untuk mempercepat reaksi esterifikasi dengan menggunakan asam kuat yang meliputi asam sulfat, asam sulfonat organik, dan resin penukar kation asam kuat. Dalam pelaksanaannya, asam sulfat merupakan katalis yang biasa digunakan dalam reaksi esterifikasi (Nurhayati, 2014). 2.2.8. Metanol Metanol adalah suatu zat cair tidak berwarna, berbau seperti alkohol biasa, sangat beracun, mudah menguap dan mudah terbakar. Metanol dibuat dalam industri dengan mereaksikan gas CO dan gas hidrogen dengan bantuan katalis ZnO dan Cr2O3. Reaksi yang terjadi sebagai berikut (Salirawati, 2005): CO(g) + 2 H2 CH3OH (g) Adapun gas CO dan gas hidrogen diperoleh dari reaksi gas alam dengan uap air. Pembuatan fernis dan pembersih karat pada logam-logam menggunakan metanol sebagai pelarut-nya. Selain itu, metanol digunakan untuk zat anti beku pada otomobil karena titik bekunya yang rendah (Salirawati, 2005). 2.2.9. Sifat Fisik Bahan Bakar Cair Sifat bahan bakar cair sangat erat kaitannya dengan kualitas dari bahan bakar baik itu dari segi optimasi pembakaran maupun efek terhadap lingkungan. Sifat bahan bakar cair diantaranya adalah densitas, viskositas, flash point dan nilai kalor.

18 2.2.9.1. Densitas Densitas merupakan perbandingan massa terhadap volume, dimana semakin meningkat massa jenis benda, maka semakin besar massa pada setiap volumenya. Fluida yang memiliki berat jenis tinggi maka nilai kalor yang dihasilkan fluida tersebut rendah (Kholidah, 2014). Suhu mempengaruhi nilai massa jenis suatu zat. Semakin tinggi suhu, maka kerapatan suatu zat semakin rendah dikakarenakan molekul molekul yang saling berikatan akan terlepas. Kenaikan temperatur menyebabkan volume suatu zat bertambah, sehingga massa jenis dan volume suatu zat memiliki hubungan yang berbanding terbalik (Anjarsari, 2015). Secara matematika massa jenis dinyatakan dengan persamaan:... (2.1) Keterangan: ρ = massa jenis (kg/m 3 ), m = massa (kg), dan V = volume (m 3 ). 2.2.9.2. Viskositas Viskositas merupakan ukuran yang mendefenisikan kekentalan suatu cairan atau fluida. Semakin kental suatu fluida, maka semakin besar gaya yang diperlukan untuk mengalirkan fluida pada kecepatan tertentu. Viskositas suatu fluida didefinisikan dalam dua cara yang berbeda, dan kedua definisi ini sangat banyak digunakan. a. Kekentalan Dinamik atau Absolute Viskositas Dinamis Kekentalan Dinamik atau Absolute Viskositas Dinamis merupakan rasio tegangan geser yang dihasilkan ketika fluida mengalir. Dalam

19 satuan SI diukur dalam pascal-detik atau newton detik per meter persegi, tapi centimeter-gram-detik (cgs) Unit, centipoise itu, lebih diterima secara luas, dengan 1 centipoise (cp) = 10-3 Pa. s = 10-3 N. s/m2 Centipoise adalah satuan viskositas yang digunakan dalam perhitungan berdasarkan Reynolds persamaan dan berbagai persamaan pelumasan elastohydro dynamic. b. Viskositas Kinematik Viskositas kinematik adalah sama dengan viskositas dinamis dibagi dengan kepadatan. Dalam Unit SI adalah meter persegi per detik, akan tetapi satuan cgs, Centistoke, lebih luas diterima, dengan 1 centistoke (Cst) = 1mm 2 /s Centistoke adalah unit yang paling sering dikutip oleh pemasok pelumas dan pengguna. Dalam prakteknya, perbedaan antara viskositas kinematik dan dinamis tidak paling penting penting untuk minyak. Viskositas kinematik merupakan unsur utama dalam pengukuran mutu biodiesel, mengingat pengaruh besarnya terhadap efektifikas metil ester sebagai bahan bakar. Minyak nabati mempunyai viskositas yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan viskositas baha bakar diesel. Hal tersebut menjadi kendala jika minyak nabati digunakan sebagai bahan bakar secara langsung. Proses transesterifikasi merupakan salah satu cara untuk menurunkan viskositas minyak nabati sehingga dapat memenuhi standar bahan bakar diesel (Sumangat, 2008). 2.2.9.3. Titik nyala (Flash Point) Titik nyala merupakan nilai yang menyatakan temperatur terendah dari bahan bakar minyak untuk bisa menyala jika terkena nyala api. Titik nyala diperlukan untuk mengetahui titik temperatur terendah dimana suatu fluida dapat menyala yang memiliki hubungan terhadap keamanan dari penyimpanan dan pengangkutan bahan bakar minyak terhadap bahaya kebakaran (Kholidah, 2014).

20 2.2.9.4. Nilai kalor (Calorific Value) Nilai kalor didefinisikan sebagai jumlah panas / kalori yang diperoleh dari proses pembakaran sejumlah bahan bakar dengan udara/ oksigen. Nilai kalor erat kaitannya dengan massa jenis (density). Semakin besar massa jenis suatu minyak maka semakin kecil nilai kalornya, demikian juga sebaliknya semakin rendah massa jenis maka semakin tinggi nilai kalor-nya (Kholidah, 2014). Nilai kalori umumnya dinyatakan dalam satuan kcal/kg atau Btu/lb (satuan british). Nilai kalor untuk bahan bakar cair diperoleh dari pembakaran dengan oksigen bertekanan pada Bomb Calorimeter. Nilai kalor bermanfaat untuk menghitung jumlah konsumsi bahan bakar minyak yang perlukan untuk suatu mesin dalam satu siklus. (Kholidah, 2014).