BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 80 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 64/Kpts/SR.130/3/2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 1<? TAHUN 2013 KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2008

NoMoR { s 2oo9 TENTANG /-\ sangat penting sehingga pengadaan dan penyalurannya perlu cermat, akurat, tepat waktu, tepat ukuran dan tepat sasaran;

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONES!A. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

WALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 21/M-DAG/PER/6/2008 T E N T A N G

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI, TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI PADA SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

Transkripsi:

NOMOR 1 BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SERI E HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) DAN ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 3 ayat (5) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/ 12/2011 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012 dan pasal 3 ayat (3) Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Alokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian untuk Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012, perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Alokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah ( Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25 ) ; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistim Budidaya Tanaman ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478 ) ; 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821 ) ; 4.Undang-Undang...

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437 ) terakhir diubah dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844 ) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4079 ); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ( Lembaga Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4592 ); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ( Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737 ); 9. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/MPP/Kep/9/2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan Jasa yang beredar di pasar ; 10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.140/ 2/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An Organik; 11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 237/Kpts/OT.210/ 4/2003 tentang Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Pupuk An-Organik; 12. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 239/Kpts/OT.140/ 7/2005 Tentang Pengawasan Formula Pupuk An-Organik; 13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/ 6/2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/ 12/2011 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012;. 15.Peraturan...

15. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Harga Eceran Tertinggi ( HET ) dan Alokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian untuk Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) DAN ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Datar. 2. Bupati adalah Bupati Tanah Datar. 3. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. 4. Pupuk an organik adalah bahan kimia yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman. 5. Pupuk organik adalah organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman. 6. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditata niagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di tingkat pengecer resmi atau kelompok tani ; 7. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman yang meliputi komoditi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan; 8. Petani adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman pangan dan tanaman hortikultura; 9. Pekebun adalah perorangan warga Negara Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan untuk budidaya tanaman perkebunan; 10.Peternak...

10. Peternak adalah perorangan warga Negara Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan untuk budidaya tanaman hijauan pakan ternak; 11. Permbudidaya ikan adalah perorangan warga Negara Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan untuk budidaya ikan; 12. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi pupuk Urea, SP-36, Phonska, ZA dan Pupuk Organik di dalam negeri; 13. Distributor pupuk adalah badan usaha yang sah, yang ditunjuk oleh produsen pupuk untuk melakukan penyimpanan, penjualan, pemasaran pupuk bersubsidi dalam partai besar untuk dijual kepada pengecer resmi; 14. Pengecer resmi adalah perorangan atau badan usaha yang ditunjuk oleh distributor untuk melakukan penjualan pupuk bersubsidi secara langsung kepada konsumen akhir (petani/ pekebun/ peternak/ pembudidaya ikan); 15. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produktifitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya dalam mengusahakan lahan usaha tani secara bersama pada satu hamparan atau kawasan, yang dikukuhkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk; 16. Lini III adalah gudang produsen atau distributor di wilayah Kabupaten yang ditunjuk atau ditetapkan oleh produsen; 17. Lini IV adalah lokasi gudang pengecer di wilayah kecamatan atau nagari yang ditunjuk dan ditetapkan oleh distributor ; 18. Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida yang disingkat KPPP adalah wadah koordinasi instansi terkait dalam pengawasan pupuk yang dibentuk oleh Bupati untuk tingkat Kabupaten. 19. Dinas terkait adalah dinas yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang tanaman pangan dan hortikultura BAB II PERUNTUKAN PUPUK BERSUBSIDI Pasal 2 (1) Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan; (2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, pekebunan, peternakan atau perusahaan budidaya perikanan. BAB...

BAB III ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI Pasal 3 (1) Alokasi pupuk bersubsidi dihitung berdasarkan rencana kebutuhan pupuk tingkat kecamatan dengan memperhatikan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis serta alokasi anggaran subsidi pupuk Tahun 2012. (2) Alokasi pupuk bersubsidi komoditi tanaman pangan dirinci menurut kecamatan, jenis, jumlah dan sebaran bulanan sebagaimana tercantum pada lampiran I Peraturan Bupati ini. ; (3) Alokasi pupuk bersubsidi komoditi tanaman hortikultura dirinci menurut kecamatan, jenis, jumlah dan sebaran bulanan sebagaimana tercantum pada lampiran II Peraturan Bupati ini. ; (4) Alokasi pupuk bersubsidi komoditi tanaman perkebunan dirinci menurut kecamatan, jenis, jumlah dan sebaran bulanan sebagaimana tercantum pada lampiran III Peraturan Bupati ini. ; (5) Alokasi pupuk bersubsidi bidang peternakan dirinci menurut kecamatan, jenis, jumlah dan sebaran bulanan sebagaimana tercantum pada lampiran IV Peraturan Bupati ini. ; (6) Alokasi pupuk bersubsidi bidang perikanan dirinci menurut kecamatan, jenis, jumlah dan sebaran bulanan sebagaimana tercantum pada lampiran V Peraturan Bupati ini. (7) Lampiran Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (3), (4), (5), (6) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 4 (1) Kekurangan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi pada satu kecamatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 akan dipenuhi melalui realokasi antar kecamatan. (2) Realokasi antar kecamatan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. BAB IV PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI Pasal 5 (1) Pupuk bersubsidi sebagaimana tercantum dalam pasal 2 ayat (1) terdiri dari pupuk Urea, SP-36, NPK,ZA dan Pupuk Organik yang diadakan oleh produsen. (2) Produsen...

(3) Produsen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah PT.Pupuk Iskandar Muda dan PT.Petrokimia Gresik. (4) Pada kemasan karung pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberi label tambahan yang berbunyi Pupuk Bersubsidi Pemerintah yang mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus. Pasal 6 (1) Pengecer resmi yang ditunjuk harus menjual pupuk bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). (2).Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Pupuk Urea : Rp.1.800/kg b. Pupuk SP-36 : Rp.2.000/kg c. Pupuk ZA : Rp.1.400/kg d. Pupuk NPK : Rp. 2.300/kg e. Pupuk Organik : Rp. 500/kg (3) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Urea, SP-36, NPK dan ZA dalam kemasan 50 kg dan Pupuk Organik dalam kemasan 40 kg yang dibeli oleh petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan di kios pengecer resmi secara tunai. Pasal 7 (1) Pelaksanaan pengadaan, penyaluran dan peredaran pupuk bersubsidi dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perdagangan pupuk; (2) Pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi ditetapkan sebagai berikut ; a. Distributor melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi dari gudang lini III distributor kepada pengecer di wilayah tanggung jawabnya. b. Pengecer melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi di lini IV kepada petani / kelompok tani. (3) Produsen, Distributor dan Pengecer Resmi wajib menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi saat dibutuhkan petani sesuai alokasi yang ditetapkan dan menjualnya berdasarkan Harga Eceran Tertinggi (HET). (4) Distributor dan pengecer dilarang memperjual belikan pupuk bersubsidi di luar peruntukkannya dan atau di luar wilayah tanggung jawabnya. (5) Distributor pengecer resmi harus menyediakan pupuk bersubsidi untuk kebutuhan selama 2 (dua) minggu kedepan. BAB V...

BAB V PENUNJUKAN DISTRIBUTOR Pasal 8 (1) Penunjukan pengecer oleh distributor harus memperoleh rekomendasi dari Pemerintah daerah; (2) Distributor harus mempunyai gudang di daerah yang menjadi wilayah tanggung jawabnya. (3) Kios pengecer yang ditunjuk oleh distributor harus mendapatkan rekomendasi dari dinas terkait di daerah. (4) Pengecer resmi hanya dapat melakukan penebusan pupuk bersubsidi dari 1 (satu) distributor yang menunjuknya; (5) Pengecer resmi harus memasang papan nama serta papan harga pupuk bersubsidi sebagaimana ditetapkan pemerintah di tempat yang mudah terlihat dan terbaca oleh petani. BAB VI PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 9 (1) Pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi meliputi jenis, jumlah, mutu, wilayah pemasaran dan Harga Eceran Tertinggi (HET) serta waktu pengadaan dan penyaluran. (2) Produsen berkewajiban melakukan monitoring/pengawasan penyediaan penyaluran pupuk pada masing-masing wilayah yang menjadi tanggung jawabnya dan melaporkan realisasinya kepada Bupati dan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida. (3) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Kabupaten melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran dan penggunaan pupuk dan harga pupuk bersubsidi di daerah. Pasal 10 (1) Distributor wajib menyampaikan laporan pengadaan, penyaluran dan persediaan pupuk bersubsidi yang dikuasainya setiap bulan secara berkala kepada produsen dengan tembusan kepada Dinas terkait serta Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida. (2).Pengecer...

(2) Pengecer wajib menyampaikan laporan realisasi pengadaan, penyaluran dan persediaan pupuk bersubsidi setiap bulan secara berkala kepada distributor dengan tembusan kepada Dinas terkait. (3) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Kabupaten wajib menyampaikan laporan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya kepada Bupati melalui Dinas terkait. (4) Bupati menyampaikan laporan hasil pemantauan dari pengawasan pupuk bersubsidi kepada Gubernur. BAB VII SANKSI Pasal 11 (1) Apabila distributor dan kios pengecer terbukti melakukan penyimpangan/penyelewengan penyaluran pupuk bersubsidi, Pemerintah Daerah dapat mencabut rekomendasi usaha perdagangan pupuk bersubsidi. (2) Pencabutan rekomendasi terhadap pengecer, distributor berkewajiban memberhentikan yang bersangkutan sebagai pengecer. Pasal 12 (1) Apabila distributor tidak menyalurkan pupuk bersubsidi kepada pengecer resmi sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah ditetapkan, dapat dituntut sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan. (2) Kios pengecer yang tidak menyalurkan pupuk bersubsidi kepada petani yang menjadi tanggung jawabnya dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Pada saat Peraturan Bupati ini berlaku, Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 22 Tahun 2011 tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Alokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 (Berita Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 Nomor 8 seri E ) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal...

Pasal 14 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati Pasal 15 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tanah Datar. Ditetapkan di Batusangkar Pada tanggal 1 Februari 2012 BUPATI TANAH DATAR dto M.SHADIQ PASADIGOE Diundangkan di Batusangkar Pada tanggal 1 februari 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR dto MUZWAR M BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI E Salinan ini sesuai aslinya Kepala Bagian Hukum dan HAM Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Datar dto JASRINALDI,SH,SSos Nip.196701130 199202 1 002