BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu komponen alam yang sangat penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah penting bagi manusia setelah keimanan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam hayati Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, dan lebih dari 60% dari jumlah ini merupakan tumbuhan tropika.

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah suatu negara dengan potensi sumberdaya hutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversity yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ini menyebabkan perbedaan dalam pemanfaatan tumbuhan baik dalam bidang

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis 6 LU 11 LS dan 95 BT 141 BT.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Kajian etnobotani di Indonesia sangat penting karena di satu pihak masih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. etnobotani. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas menunjukkan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention

Lampiran 1 Kuisioner penelitian untuk personil RPH Oro Oro Ombo

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pasal 23 UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, tujuan pemanfaatan

SKRIPSI. Oleh: DIAN YUSIANA NIM

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hayati. Sumber hayati merupakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang. Dalam sejarah kehidupan, tumbuhan telah memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat jenis tumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

V. GAMBARAN UMUM PERUM PERHUTANI

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Indriani Fauzia, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesiamemiliki hutan mangrove terluas di dunia dan juga memiliki

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan yang digariskan dalam PJP II mengarahkan agar pariwisata mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan lingkungan yang ada pada saat ini. Dalam kaitannya dengan

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang tinggi, kurang lebih 57,5%

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

II. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dan mempunyai luas daratan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan manusia dan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

PENGEMBANGAN TANAMAN NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L) Oleh H. Marthias Dawi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

I. PENDAHULUAN. dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan salah satu komponen alam yang sangat penting bagi kehidupan, sebab tumbuhan mampu mensintesis makanan sendiri. Bahan makanan yang dihasilkan tidak hanya dimanfaatkan untuk tumbuhan sendiri, melainkan memiliki manfaat bagi makhluk hidup lain seperti manusia dan hewan. Firman Allah Q.S. Abasaa: 27-32 menjelaskan beberapa manfaat dari tumbuhan. $ /r&uρ ZπyγÅ3 sùuρ $Y6ù=äñ t,í!#y tnuρ WξøƒwΥuρ $ZΡθçG ƒy uρ $Y7ôÒs%uρ $Y6uΖÏãuρ ${7ym $pκïù $uζ Kt7/Ρr'sù ö/ä3ïϑ yè ΡL{uρ ö/ä3 9 $Yè tg Β Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu.anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan kurma, Kebun-kebun (yang) lebat, Dan buah-buahan serta rumputrumputan, Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. Berbagai jenis tumbuhan yang telah diciptakan oleh Allah SWT seperti biji-bijian, sayur dan buah-buahan memiliki banyak manfaat bagi manusia maupun binatang, terutama binatang herbivora karena tumbuhan merupakan produsen utama dalam jaring makanan.bagi manusia tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai keperluan pokok sehari-hari seperti konsumsi, dan keperluan tambahan seperti obat-obatan. 1

2 Beranekaragam tumbuhan dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan variasi bentuk, baik dalam bentuk makanan, maupun obat-obatan.pengetahuan ini berawal dari trial and error oleh nenek moyang terdahulu yang telah menghasilkan berbagai bentuk pemanfaatan tumbuhan yang kemudian diturunkan kepada anak-cucu sebagai masyarakat tradisional hingga saat ini. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat tradisional, yakni masyarakat yang masih memiliki adat budaya yang kental dalam berbagai kegiatannya merupakan hal yang penting untuk dikaji, sebab setiap wilayah memiliki adat budaya yang berbeda dalam pemanfaatan sumber daya hayati di sekitarnya.hal inilah yang dikaji oleh cabang ilmu biologi yang disebut etnobotani.menurut Soekarman (1992) etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat dengan alam lingkungannya yang meliputi sistem pengetahuan tentang sumberdaya alam tumbuhan secara tradisional. Penelitian etnobotani tidak terlepas dengan eksplorasi tumbuhan, yakni penggalian berbagai potensi setiap ragam hayati yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional.eksplorasi meliputi inventarisasi dan telaah ekologi ke berbagai tipe ekosistem.tindakan ini merupakan langkah awal pengumpulan data dasar potensi tumbuhan. Pengumpulan data lanjutan tentang potensi tumbuhan dapat dilakukan melalui penarikan cuplikan, telaah deskripsi dan telaah potensi tumbuhan. Telaah potensi tumbuhan dapat dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan tumbuhan yang ada.telaah

3 tersebut merupakan bagian dari studi etnobotani (Walujo, dalam Rughayah, 2004). Pengetahuan etnobotani cukup berkembang di daerah beriklim tropis, sebab keanekaragaman tumbuhan lebih banyak ditemukan di daerah beriklim tropis.satu diantara negara yang terletak di iklim tropis adalah Indonesia.Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan iklim tropis dan memiliki hutan tropis terluas setelah Brazil dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi (Zuhud, 2001). Berdasarkan data kehutanan, Indonesia memiliki luas hutan 130 juta ha.untuk pengamanan hutan tersebut diperlukan tenaga Polisi Kehutanan.Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi landasan hukum pembentukan Polisi Kehutanan (PolHut) dengan maksud untuk menjamin terselenggaranya perlindungan hutan.resor Pemangku Hutan (RPH) merupakan suatu badan organisasi yang bertugas untuk mengelola dan melindungi hutan territorial (Administrator, 2004). Satu diantara RPH adalah RPH Kedungrejo, yang termasuk dalam satuan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pujon, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang, Perum Perhutani Unit II Provinsi Jawa Timur. RPH Kedungrejo mengelola kawasan hutan seluas 2831,5 ha dengan luas hutan lindung 2043,9 ha dan 797,6 ha hutan produksi. Zuhud (2001) menyatakan bahwa hutan merupakan penyangga kebutuhan hidup manusia di sekitar hutan (masyarakat hutan) yang bernilai tinggi.sumber daya hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena hutan dapat menyediakan berbagai kebutuhan

4 manusia, antara lain kayu sebagai hasil hutan utama, serta daun, buah dan bahan baku obat sebagai hasil hutan ikutan (non-kayu). Satu diantara hasil hutan adalah hasil hutan non-kayu. Berdasarkan studi pendahuluan hasil hutan tumbuhan non-kayu di RPH Kedungrejo memang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, yakniwarga Desa Bendosari (Dusun tretes dan Dusun Ngeprih), Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil survei pada 30 Maret 2011 masyarakat setempat memiliki pola hidup yang masih tradisional, mulai dari cara mengolah makanan dan pengobatan sederhana untuk penanganan awal saat terjadi luka atau penyakit lainnya. Keanekaragaman tumbuhan beserta potensi tumbuhan non-kayu serta pengetahuan lokal masyarakat setempat terkait hal tersebut belum banyak diteliti, sehingga mendorong peneliti untuk untuk melakukan kajian. Di sisi lain, perkembangan teknologi sering berdampak negatif terhadap pengetahuan tradisional masyarakat. Walujo dan Wiryoatmodjo (1995) mengemukakan bahwa modernisasi dengan mudah menggeser sejumlah pengetahuan asli bangsa di Indonesia. Fenomena ini menyebabkan munculnya kekhawatiran hilangnya pengetahuan tradisional masyarakat setempat, khususnya dalam pemanfaatan hasil hutan (tumbuhan non-kayu). Disisi lain, pengetahuan lokal telah teruji secara turun temurun dan tidak sedikit sumbangsihnya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan area penelitian berupa hutan yang memiliki satuan luas cukup besar maka pendekatan ekologi perlu dilakukan melalui observasi partisipatif plot sampling dan transect-walk systematic sampling sebagaimana dikemukakan oleh Waluyo dalam Rugayah (2004). Kajian

5 ekologis dan etnobotani ini penting sebagai dasar pijakan bagi pengelolaan kawasan di alam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian yang berjudul Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Non-Kayu oleh Masyarakat di Kawasan ResorPemangkuHutan (RPH) Kedungrejo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur ini penting untuk dilaksanakan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Jenis tumbuhan hasil hutan non-kayu apa sajakah yang ditemukan di kawasan RPH Kedungrejo? 2. Bagaimanakah dominansi dan keanekaragaman jenis tumbuhan hasil hutan non-kayu di kawasan (RPH) Kedungrejo? 3. Jenis tumbuhan hasil hutan non-kayu apa sajakah yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo? 4. Bagaimanakah pemanfaatan tumbuhan hasil hutannon-kayu oleh masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jenis tumbuhan hasil hutannon-kayu yang ditemukan di kawasan RPH Kedungrejo 2. Untuk mengetahui dominansi dan keanekaragaman jenis tumbuhan hasil hutannon-kayu di kawasan RPH Kedungrejo.

6 3. Untuk mengetahui jenis tumbuhan hasil hutannon-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo. 4. Untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan hasil hutannon-kayu oleh masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan berbagai potensi tumbuhan di Indonesia dan menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya, disamping itu juga memberikan masukan kepada instansi terkait dalampengelolaan lingkungan. 2. Sebagai data dan artefak etnobotani tumbuhan, yang patut untuk dilestarikan sebagai warisan budaya serta sumbangan data etnobotani kepada Museum Etnobotani Indonesia. 3. Sebagai upaya pengembangan peran aktif Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam pelestarian budaya tradisional. 1.5 Batasan Masalah 1. Subyek penelitian adalah masyarakat Desa Bendosari yang masih dalam kawasan area Resor Pemangku Hutan (RPH) Kedungrejo, meliputi Dusun Ngeprih dan Dusun Tretes. 2. Obyek penelitian terbatas pada jenis tumbuhan hasil hutannon-kayu, yakni tumbuhan hutan yang tidak diambil hasil produksi kayunya yang ada di kawasan RPH Kedungrejo

7 3. Areal hutan yang diteliti terbatas pada kawasan hutan RPH Kedungrejo. BKPH Pujon, RPH Malang dengan nomor register 37 pada anak petak 37 A, dengan luas lahan 7 ha. 4. Aspek yang diteliti meliputi a) Aspek ekologi yang meliputi (1) Dominansi tumbuhan yang ada di RPH Kedungrejo anak petak 37 a, dengan parameter INP dan SDR yang diperoleh dari jumlah kerapatan relatif, frekuensi relatif dan kerimbunan relatif (Fachrul, 2007) (2) Keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di RPH Kedungrejo anak petak 37 A, dengan parameter Shannon index of generaldiversity (H ) b) Aspek etnobotani yang meliputi (1) Jenis tumbuhan hasil hutannon-kayu yang dimafaatkan oleh masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo (2) Potensi yang dimiliki oleh tumbuhan hasil hutannon-kayu tersebut, berdasarkan informasi dari masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo (3) Bagian tumbuhan hasil hutannon-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo (4) Cara pengolahan tumbuhan hasil hutan non-kayu oleh masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo

8 (5) Menganalisis nilai guna, yaitu Index Cultural Significance (ICS) dan nilai manfaat (use value) tumbuhan hasil hutannon-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan RPH Kedungrejo. Identifikasi tumbuhan dilakukan hingga tingkat famili apabila tidak diketahui pada tingkat spesiesnya.