Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB I. Pendahuluan UKDW. dys- (buruk) dan peptin (pencernaan) (Abdullah,2012). Dispepsia merupakan istilah

ANALYZE RELATIONSHIP THE DIETERY HABIT AND DYSPEPSIA SYNDROME IN ADOLESCENT

Acupuncture in the Management of Functional Dyspepsia

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

: FELICIA GAYLE ASIDAZ

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI SMP N 16 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT ANSIETAS DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL MENJELANG UJIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2015.

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa nyeri atau

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

KARAKTERISTIK PENDERITA DISPEPSIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

KEJADIAN DISPEPSIA PADA IBU RUMAH TANGGA SEBAGAI PEROKOK PASIF DI DUSUN MODINAN

Riani Dosen Stikes Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pengertian (Newman, 2006). Pengertian pensiun tidak hanya terbatas pada

1.2. Etiologi Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang. bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

Gambaran Klinis dan Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas Pasien Dispepsia di Bagian RSUP Dr. M. Djamil Padang

SISTEM PAKAR DIAGNOSA DYSPEPSIA DENGAN CERTAINTY FACTOR

hiperacidity. Adapun jenis-jenis dispepsia organik yaitu

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang,

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

THE RELATION OF DIET PATTERN TO DYSPEPSIA SYNDROM IN COLLEGE STUDENTS

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA DI PUSKESMAS PURWODININGRATAN JEBRES SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Biomedis 4(1) : 36-42, Pebruari Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Kedokteran Biomedis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FKM USU TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

PERBEDAAN DERAJAT DISMENORE ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA MAHASISWI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

Pemberian ASI Eksklusif Pada Wanita Pekerja Pabrik Lebih Sedikit Daripada Ibu Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,

Bab I PENDAHULUAN. derita oleh orang dewasa. Sehingga sering dikatakan bahwa saluran

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

Hubungan Derajat Keasaman Cairan Lambung dengan Derajat Dispepsia pada Pasien Dispepsia Fungsional

BAB I PENDAHULUAN. bagian atas. Keluhan pada saluran pencernaan merupakan penyakit yang banyak

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

Profil endoskopi gastrointestinal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2016 Agustus 2016

HUBUNGAN TINGKAT KEKERAPAN MENGKONSUMSI KOPI DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA DI PUSKESMAS KARTASURA. Oleh : ARINIL HUSNA KAMILA NIM : J

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

ABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada

Pengaruh Snacking Tinggi Protein dan Tinggi Karbohidrat terhadap Asupan Kalori dan Interval Waktu Makan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

Transkripsi:

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Jenis Makanan dengan Gejala Mual dan Regurgitasi Roni Yunarto 1, Siti Annisa Devi Trusda 2, Ratna Dewi Indi 3 1 Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, 2 Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, 3 Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Abstrak Sindrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada. Prevalensi sindrom dispepsia di Indonesia menempati urutan ke-15 dari 50 penyakit yang menyertai pasien rawat inap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan diantara jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan dengan sindrom dispepsia yaitu mual dan regurgitasi. Penelitian ini bersifat observasional-analitik untuk mengetahui hubungan jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2016-2017 yang sudah dipilih secara simple random sampling yaitu sebanyak 52 mahasiswa. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa gejala mual dan regurgitasi memiliki hubungan dengan jenis makanan karbohidrat. (P <0.05) tetapi tidak memiliki hubungan dengan jenis makanan lemak (P >0.05). Hal ini dikarenakan jenis makanan tinggi karbohidrat banyak dikonsumsi oleh mahasiswa sebagai menu sarapan yang praktis. Kesimpulan pada penelitian ini adalah adanya hubungann yang signifikan secara statistik antara jenis makanan yang dikonsumsi ketika sarapan dengan gejala sindrom dispepsia (P <0.05). Kata kunci: Jenis makanan, Karbohidrat, Lemak, Sindrom dispepsia Relationship Types of Food with Nausea and Regurgitation Symptomps Abstract Dyspepsia syndrome is a group of symptoms consisting of pain or discomfort in the epigastrium, nausea, bloating, full satiety, full stomach, regurgitation and a burning sensation that radiates in the chest. Indonesia has 15 th prevalence of dyspepsia syndrome out of 50 diseases that accompany inpatients. The purpose of this study was to determine whether there was a relationship between the types of food consumed at breakfast with dyspepsia syndrome which is nausea and regurgitaion symptoms. This research was observational-analytic to find the relation of type of food consumed at breakfast with dyspepsia syndrome in student of Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung Academic Year 2016-2017,and 52 students has been chosen by simple random sampling. The results of this study indicate nausea and regurgitation have a relationship with carbohydrate (P <0.05) but had no relationship with dietary fat (P> 0.05). Because high carbohydrate foods are easily consumed by the students as an instant breakfast menu. The Korespondensi: Roni Yunarto, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Jl. Hariang Banga No. 2, Bandung, Jawa Barat, E-mail: roni.yunarto@gmail.com109

110 Roni Yunarto1, et al. conclusion of this study shows a relationship between the types of food with symptoms of dyspepsia syndrome (P 0.00). Keywords: Dyspepsia syndrome, Nausea, Regurgitation, Types of food Pendahuluan Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih sesuai dengan keadaan. Sarapan akan lebih baik bila terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman dalam jumlah yang seimbang. 1 Jenis hidangan yang biasa dikonsumsi saat sarapan umumnya terbatas pada makanan pokok dan jajanan seperti nasi, mie, ayam goreng, abon, telur dadar, kornet, sosis, tahu, dan tempe. Sindrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada. 2 Prevalensi dispepsia secara global bervariasi antara 7-45% tergantung pada definisi yang digunakan dan lokasi geografis. Prevalensi di Amerika Serikat sebesar 23-25,8%. Pada negara Inggris dan Skandinavia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7-41% tetapi hanya 10-20% yang mencari pertolongan medis. Pada daerah Asia Pasifik, dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai prevalensinya sekitar 10-20%. Sindrom dispepsia di Indonesia menempati urutan ke-15 dari 50 penyakit yang menyertai pasien rawat inap. 3 Sindrom dispepsia tidak hanya dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan tetapi jenis makanan juga berpengaruh. Makanan jenis karbohidrat dan lemak akan lebih lama berada dalam lambung dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Proses ini dapat membuat katup antara lambung dengan esofagus melemah sehingga asam lambung dan gas akan naik ke kerongkongan. 4 Makanan tinggi protein dapat meningkatkan sekresi asam lambung karena protein membutuhkan enzim pencernaan pepsin untuk dipecah. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan jenis makanan yang dikonsumsi dengan gejala mual dan regurgitasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Ajaran 2016-2017. Karena mahasiswa kedokteran mengalami padatnya aktivitas perkuliahan seperti rangkaian kurikulum, simulasi praktik, dan mentoring dibandingkan dengan mahasiswa fakultas lainnya. 6 Mahasiswa juga memiliki faktor risiko kebiasaan makan yang tidak teratur akibat kesibukan kegiatan akademik. 5 Metode Penelitian ini bersifat observasional-analitik untuk mengetahui hubungan jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan dengan gejala mual dan regurgitasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2016-2017 yang sudah dipilih secara simple random sampling yaitu sebanyak 52 mahasiswa. Data penelitian didapatkan dengan menggunakan kuesioner jenis makanan yang dikonsumsi ketika sarapan dan gejala sindrom dispepsia yang dirasakan. Hasil Data penelitian hubungan jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan dengan gejala mual dan regurgitasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2016-2017 didapatkan dari hasil menyebar lembar kuesioner menggunakan beda proporsi Chi Square. Volume 3, No.2, Tahun 2017

Hubungan Jenis Makanan dengan... 111 Tabel 1. Hubungan antara Jenis Makanan yang Dikonsumsi saat Sarapan dengan Gejala Mual Mual Jenis makanan pernah Kadang kadang P Value Tinggi karbohidrat 5 14 0.00 Rendah karbohidrat 26 1 0.96 0.04 Tinggi lemak 0 2 0 1 Rendah lemak 4 0 1 0 Nilai P yang didapatkan <0,05 sehingga H0 ditolak, terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis makanan dan mual. Mual lebih banyak terjadi di grup yang makan tinggi karbohidrat dibandingkan yang rendah karbohidrat. Mual juga lebih banyak terjadi di kelompok yang makan tinggi lemak dibandingkan yang makan rendah lemak. Tabel 2. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jenis Makanan Karbohidrat dengan Gejala Mual Karbohidrat Mual Nilai P 30 3 0.00 0.91 0.09 5 14 Data di atas menunjukan jenis makanan karbohidrat memiliki hubungan dengan gejala mual (P <0.05). Mahasiswa yang tidak mengkonsumsi jenis makanan karbohidrat lebih banyak tidak menimbulkan gejala mual dibandingkan dengan mahasiswa yang mengkonsumsi jenis makanan karbohidrat. Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

112 Roni Yunarto1, et al. Tabel 3. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jenis Makanan Lemak dengan Gejala Mual Lemak Mual Nilai P 35 15 0.10 0.70 0.30 0 2 0 1 Tabel 3 di atas menunjukan P >0.05 sehingga jenis makanan lemak tidak memiliki hubungan dengan gejala mual. Mahasiswa yang tidak mengkonsumsi jenis makanan lemak banyak tidak mengalami gejala mual. Tabel 4. Hubungan antara Jenis Makanan yang Dikonsumsi saat Sarapan dengan Gejala Regurgitasi Jenis makanan Regurgitasi Kadang-kadang P Value pernah Tinggi karbohidrat 5 14 0.00 Rendah karbohidrat 23 4 0.85 0.15 Tinggi lemak 1 1 0.5 0.5 Rendah lemak 2 2 0.5 0.5 Nilai P yang didapatkan <0,05 sehingga H0 ditolak, terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis makanan dan regurgitasi. Regurgitasi lebih banyak terjadi di grup yang makan tinggi karbohidrat dibandingkan yang rendah karbohidrat, tapi regurgitasi sama banyak terjadi di makanan yang tinggi lemak dan rendah lemak. Volume 3, No.2, Tahun 2017

Hubungan Jenis Makanan dengan... 113 Tabel 5. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jenis Makanan Karbohidrat dengan Gejala Regurgitasi Karbohidrat Regurgitasi Nilai P 26 7 0.00 0.79 0.21 5 14 Jenis Makanan karbohidrat menunjukan adanya hubungan dengan gejala regurgitasi. Nilai P yang didapatkan adalah <0.05 sehingga H0 ditolak. Tabel 6. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jenis Makanan Lemak dengan Gejala Regurgitasi Lemak Regurgitasi Nilai P 30 20 1 0.60 0.40 1 1 0.50 0.50 Nilai P yang didapatkan >0.05 sehingga H0 tidak ditolak. Jenis makanan lemak tidak memiliki hubungan dengan gejala regurgitasi. Pembahasan Hubungan jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan dengan gejala mual pada tabel 1 banyak terjadi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2016-2017. Mahasiswa yang mengkonsumsi jenis makanan karbohidrat memiliki hubungan dengan gejala mual seperti yang ditunjukan oleh tabel 2, sedangkan pada tabel 3 jenis makanan lemak tidak memiliki hubungan dengan gejala mual. Mual sendiri dapat didefinisikan sebagai sensasi subjektif tidak nyaman untuk muntah. 7 Makanan berjenis karbohidrat dan lemak akan lebih lama dicerna di dalam lambung yang mengakibatkan memanjangnya waktu pengosongan lambung sehingga ketika ada makanan baru yang masuk akan membuat lambung meregang dan dapat mengenai saraf vagus yang memberikan sensasi mual pada mahasiswa tersebut. 8,9 Hasil penelitian milik Hadiyati tahun 2015 di Rumah Sakit Kanker Dharmais Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017

114 Roni Yunarto1, et al. mengatakan bahwa ada hubungan yang siginifikan antara keluhan mual dengan rasa, bau, dan penampilan makanan yang sedang atau telah dikonsumsi oleh beberapa orang. 10 Menurut penelitian milik Vedanickam pada tahun 2017 di India gejala mual sendiri sering dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori. Orang-orang dengan infeksi H.pylori sendiri baru menimbulkan gejala setelah 6 bulan terinfeksi. Rata-rata gejala mual yang diakibatkan oleh infeksi H.pylori terjadi sebanyak 67% pada lakilaki dewasa yang memiliki latar belakang konsumsi alkohol dan rokok. 11 Pada tabel penelitian 4 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jenis makanan tinggi karbohidrat dengan gejala regurgitasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2016-2017. Jenis makanan karbohidrat memiliki hubungan dengan gejala regurgitasi seperti pada tabel 5, tetapi jenis makanan lemak tidak memiliki hubungan dengan gejala regurgitasi. Berbeda dengan Berdanier pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa makanan berjenis tinggi lemak akan berada lebih lama dalam lambung sehingga dapat melemahkan katup antara lambung dengan kerongkongan (Lower Esophageal Sphincter/LES) yang menyebabkan asam lambung dan gas dapat naik ke kerongkongan. 4 Penelitian milik Vedanickam tahun 2017 di India menyatakan bahwa melemahnya katup LES juga dapat terjadi sebanyak 6% pada keadaan esophagitis yang diakibatkan oleh infeksi H.pylori. 10 Keadaan regurgitasi juga dapat disebabkan oleh adanya Penyakit Refluks Gastroesofageal (PRGE) yang didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring, dan saluran nafas. 12,13 Menurut data di Amerika dilaporkan bahwa satu dari lima orang dewasa mengalami gejala regurgitasi sekali dalam seminggu serta lebih dari 40% mengalami gejala tersebut sekali dalam sebulan. 14 Keluhan regurgitasi pada sindrom dispepsia ditemukan pada Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta sebanyak 22.8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi atas indikasi sindrom dispepsia. 10 Kebiasaan mengkonsumsi makanan saat sarapan pada mahasiswa seperti yang dikatakan oleh Fitiriana di Bogor memiliki hubungan dengan pendapatan orang tua, uang saku mahasiswa, dan mahasiswa perantau atau bukan. 15 Pendapatan orang tua menjadi faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Mahasiswa perantau yang jauh dari orang tua merasakan kebebasan dalam menentukan makanan yang akan mereka konsumsi ketika sarapan. Kebanyakan dari mahasiswa perantau merasa tidak memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan sarapan, berbeda dengan mahasiswa yang tinggal satu rumah bersama orang tua mereka. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis makanan karbohidrat memiliki hubungan dengan gejala mual dan regurgitasi, sebaliknya jenis makanan berlemak tidak memiliki hubungan yang tidak bermakna dengan gejala mual dan regurgitasi. Daftar Pustaka 1. Kemenkes RI. 2014. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Departemen Volume 3, No.2, Tahun 2017

Hubungan Jenis Makanan dengan... 115 Kesehatan Republik Indonesia. 2. Djojoningrat, D,. 2009. Dispepsia Fungsional. In : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B,.Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 529-531. 3. Lindseth GN. 2012. Gangguan Lambung dan Duodenum. In: Hartanto, H., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: EGC. 4. Berdanier.2008.Handbook of Nutrition And Food.USA.CRC Press 5. Arisman MB. 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC 6. Eva, E. O. Et al, 2015. Prevalence of stress among medical students: a comparative study between public and private medical schools in Bangladesh. BMC Res 7. Chatterjee, S., Rudra, A., Sengupta, S. 2011. Current Concepts in the Management of Postoperative Nausea and Vomiting. Anesthesiology Research and Practice 8. Hall, John E., and Arthur C. Guyton. 2011. Guyton and Hall textbook of medical physiology. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier. 9. S. R. Rolfes E. N. Whitney, 2010. Understanding Nutrition 8th ed. Wadsworth Publishing 10. Hadiyati, F. 2015. Hubungan Penampilan Makanan, Rasa Makanan dan Mual Muntah Pasca Kemoterapi dengan Sisa Makanan Pasien Kanker Anak Umur 6-18 Tahun di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2015 11. R, Vedamanickam. S, Sakthi Dasan. R, Vinoth Kumar. J, Ananya. Dinakaran, Nagendram. 2017. Prevalence of Helicobacter pylori infection in. Patients with chronic dyspepsia among rural population A prospective study. 12. Chan, W. W., Burakoff, R., 2012. Functional (Nonulcer) Dyspepsia. In: Greenberger, Norton J., ed. Curremt Diagnosis & Treatment Gastroenterology, Hepatology & Endoscopy. Mc Graw Hill. 13. Syam. F, 2005. Univestigated Dyspepsia Versus Inverstigated Dyspepsia. The Journal of Internal Medicine, Jakarta. 14. Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. Continuing Medical Education. 15. Fitriana, N. 2011. Kebiasaan Sarapan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Mahasiswa Mayor Ilmu Gizi dan Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2016-2017