Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXVI Tahun 2014, di Bali, tgl. 13 Juni 2014 Jumat, 13 Juni 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PEMBUKAAN PESTA KESENIAN BALI XXXVI TAHUN 2014 DI PANGGUNG TERBUKA ARDHA CHANDRA, ART CENTRE, DENPASAR, PROVINSI BALI, TANGGAL 13 JUNI 2014 Bismillahirrahmanirrahim,
Om Swastyastu, Hadirin yang saya hormati, Para Seniman dan Budayawan yang saya cintai, Sebenarnya saya sudah mempersiapkan naskah sambutan, tetapi izinkanlah saya menyampaikan sambutan singkat saya secara lisan. Mengapa? Malam ini adalah kali terakhir saya, dalam kapasitas sebagai Presiden Republik Indonesia menghadiri sendratari atau bagian dari Pesta Kesenian Bali yang Alhamdulillah selama sepuluh tahun berturut-turut saya tidak pernah absen, dan saya selalu hadir dalam acara ini. Yang jelas, Bapak-Ibu, dan Saudara-saudara, saya dan isteri akan selalu mengenang, akan selalu merindukan acara-acara seperti ini, karena saya dan isteri sangat mencintai Bali. Sangat mencintai seni dan budaya Bali. Saya merasakan tanah ini diberkati Tuhan, karena masyarakat Bali dekat dengan Tuhannya atau relijius. Masyarakat Bali juga menyenangi seni dan budaya, padahal kita tahu kesenian itu menyatukan bukan memisahkan. Kesenian itu membawa keteduhan, kasih sayang, dan rasa persaudaraan.
Oleh karena itulah, ketika Bali mengalami musibah pada tahun 2002 dan 2005. Waktu itu, saya, dan kita semua bersumpah memohon pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjaga keamanan, ketenteraman, dan keadaan yang baik di Bali ini, agar tradisi, nilai-nilai, dan kehidupan masyarakat yang relijius tetap dapat dijaga dan dijalankan. Alhamdulillah, permohonan kita kepada Tuhan dan apa yang kita lakukan membuahkan hasil. Saya katakan tadi kesenian itu menyatukan, unite us. Sedangkan politik kalau melampaui batasnya itu memisahkan kita, divide us. Oleh karena itu, masyarakat tidak boleh kering dengan kehidupan beragama dan juga tidak boleh jauh dari kehidupan berkesenin dan berbudaya. Itu sangat penting. Kesenian juga menjadi softpower. Softpower itu kalau kita lakukan baik di negeri sendiri maupun di dunia, maka negara dan dunia juga akan damai, peaceful. Tidak harus selalu ada konflik dan perperangan, bisa saling bersahabat dan bersaudara satu sama lain, menaburkan kasih sayang. Dengan demikian, bangsa-bangsa sedunia juga akan hidup makin aman, makin tenteram, dan makin damai. Sebaliknya hardpower, kekerasaan, memaksakan kehendak, itu tidak baik, apalagi dilakukan melampaui batasnya. Yang ingin saya katakan adalah dua-duanya ada di tanah Bali ini. Kehidupan yang relijius, masyarakat yang mengagungkan seni dan budaya, dan itu juga softpower, yang kalau bisa dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan, maka Pulau Dewata bukan hanya terkenal di seluruh dunia karena menjadi tujuan wisata yang utama, tetapi dunia, bahkan Indonesia sendiri bisa banyak belajar dari Bali ini.
Itulah ungkapan hati saya, saya akan tetap mencintai Bali kapan pun, dan meskipun 4 bulan lagi, insya Allah saya tidak lagi menjadi Presiden Republik Indonesia, kita akan memiliki pemimpin yang baru nanti yang harus kita dukung bersama-sama. Dan, saya akan tetap mencintai Bali. Sekali-sekali, saya akan berkunjung kembali ke Bali sebagai warga negara biasa untuk menjalin persaudaraan di antara kita semua. Yang terakhir, saya mendapatkan penjelasan dari Pak Gubernur tadi bahwa tema besar dari Pesta Kesenian Bali Tahun 2014 ini adalah Kertamasa. Ini dalam bahasa Indonesianya zaman kemakmuran, dalam bahasa inggrisnya the age of prosperity. Dan itu tepat. Dunia penduduknya makin banyak. Tiga tahun yang lalu baru 7 milyar, mendekati tahun 2045, seratus tahun kemerdekaan, akan menjadi 9 milyar. Artinya, memerlukan pangan yang lebih banyak, memerlukan energi yang lebih banyak. Oleh karena itu, Indonesia meskipun akan menjadi negara industri yang padat dengan teknologi, jangan dilupakan, Indonesia juga harus memiliki ketahanan pangan yang cukup, cukup untuk bangsanya sendiri, bahkan bisa kita sumbangkan untuk saudara-saudara kita di luar negeri. Oleh karena itu, tema ini tepat, menjangkau ke depan dan semoga dari tanah Bali yang diberkati Tuhan ini, cita-cita besar kita bisa terwujud. Itulah yang ingin saya sampaikan. Terima kasih Pak Gubernur dan Saudara-saudara yang memberikan penghargaan tadi, Saya mengucapkan terima kasih dan semoga ini mengingatkan kami berdua untuk terus berbuat untuk kebaikan Bali ini, agar kerinduan saya bisa saya obati. Dan sepuluh tahun begitu dekat, kemudian nanti barangkali secara formal saya tidak lagi menjadi pemimpin di negeri ini.
Demikanlah, dan akhirnya dengan memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, Pesta Kesenian Bali Tahun 2014 dengan resmi saya nyatakan dibuka. Terima kasih, terima kasih. Om Shanti Shanti Shanti Om. Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan, Kementerian Sekretariat Negara RI