PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT IJIN MENGGUNA USAHAKAN TEMPAT DAGANGAN DI PASAR ( Studi Kasus Di PD.BPR Djoko Tingkir Sragen )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN. (Studi Kasus di PT. Bank Danamon Tbk. DSP Cabang Tanjungpandan)

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

REVIEW OF THE LAW AGAINST DEBT ABSORPTION BANKING CREDIT AGREEMENT YUYUK HERLINA / D

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB III PENUTUP. Jayapura, apabila perjanjian kredit macet dan debitur wanprestasi yaitu: (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

Disusun dan. Oleh : SEPTIAN C

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET (Studi di Bank ARTA ANUGRAH Lamongan)

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (STUDY KASUS DI BPR BANK BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT (STUDI TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DI KOPERASI SIMPAN PINJAM MANUNGGAL MAKMUR DI SURAKARTA)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

Transkripsi:

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT IJIN MENGGUNA USAHAKAN TEMPAT DAGANGAN DI PASAR ( Studi Kasus Di PD.BPR Djoko Tingkir Sragen ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta : Oleh SITI NURYANI C.100.130.111 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

HALA]}IAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT IJIN MENGGLTNA USAHAKAN TEMPAT DAGANGAN DI PASAR (studi kasus di PD.BPR Djoko Tingkir Sragen) PUBLIKASI II,MIAH Yang ditulis oleh : SITI NI]RYANI cl00130111 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh : Ilr;trhiinbrrg il;iiiirr:..'"i: i\';,.lj

HALAMAN PENGESAHAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT IJIN MENGGUNA USAHAKAN TEMPAT DAGANGAN DI PASAR (Studi kasus di PD.BPR Djoko Tingkir Sragen) Yang ditulis oleh : SITI NURYANI c100130111 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal :17 Apr1l2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji Ketua : Septarina Budiwati, SH, M.H. (............................... ) Sekertaris : Inayah, S.H.,M.Hum (... Anggota :Darsono,S.H.,M.Hum S.H.,M Hum)

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yalg pernah di terbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam nasskah dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila terletak bukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggunglawabkan sepenuhnya. Surakarta, 18 April 2017 SITI NURYANI c.100.130.11r l

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT IJIN MENGGUNA USAHAKAN TEMPAT DAGANGAN DI PASAR ( Studi Di PD.BPR Djoko Tingkir Sragen ) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan Jaminan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan di Pasar, serta untuk mengetahui penyelesaian kredit dengan jaminan surat ijin mengguna usahakan tempat dagangan di Pasar apabila Debitur wanprestasi. Metode Pendekatan yang Penulis pakai adalah pendekatan pendakatan yuridis empiris. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi lapangan dan studi pustaka, yang dilakukan dengan mencari data dilapangan dengan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perjanjian kredit di PD. BPR Djoko Tingkir Sragen telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, namun terkait penggunaan jaminan dengan surat ijin mengguna usahakan tempat dagangan di pasar tidak mempunyai payung hukum apabila dijadikan jaminan, sedangkan penyelesaiannya dilakukan dengan cara kekeluargaan, dimana pihak Debitur diharapkan dapat menjual jaminan tersebut guna melunasi hutangnya. Kata Kunci : Kredit, Jaminan, Surat Ijin Berdagang ABSTRACT This study aims to determine the implementation of the Credit Agreement with Guarantee Permit use you Keep the Merchandise in the Market Place, as well as to determine the settlement of loans with collateral permit use you try to place merchandise on the market if the Borrower defaults. The authors use method approach is an approach empirical juridical approach. Methods of data collection in this study using field studies and literature, which is done by collecting data in the field with the interview. Based on the results of research and discussion it can be concluded that the implementation of the credit agreement in PD. BPR Djoko Tingkir Sragen in accordance with the laws and regulations No. 10 of 1998 on the banks, but related to the use of collateral to permit use you try to place merchandise on the market do not have legal protection when used as collateral, while the settlement with the amicable way in which the Borrower is expected may sell the collateral to repay their debts. Keywords: Credit, Guarantees, Permit Trading. 1. PENDAHULUAN Perbankan dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat perdesaan. Masyarakat dapat melakukan pinjaman dana 1

tersebut kepada Bank. Lembaga Perbankan Merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1 Keberadaan Bank diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, Salah satu kegiatan usaha Bank yang sangat membantu masyarakat yaitu pemberian kredit. Kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman hingga batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. 2 Dalam pelaksanaan antara kreditur dan debitur membutuhkan suatu perjanjian guna memastikan hak dan kewajiban para pihak. Selain memerlukan suatu perjanjian, kreditur juga memerlukan suatu jaminan baik itu jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan dari debitur guna memastikan adanya pengembalian utang yang cukup dan terjamin. Jaminan perseorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya. Sedangkan Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan. Pengertian benda menurut Pasal 499 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut: Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Jadi menurut Pasal 499 KUHPerdata yang disebut benda (zaak) adalah segala barang dan hak yang dapat menjadi obyek hak milik. 3 Barang mempunyai sifat berwujud sedangkan hak tidak berwujud. Dalam penelitian ini Penulis menggunakan Jaminan kebendaan yang berupa Hak yaitu Surat Ijin yang memberikan hak kepada seseorang untuk 1 Djono S.Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan Cetakan Pertama, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hal. 7 2 Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Kedua, Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, hal. 57 3 Hermansyah, ibid, hal.24 2

berdagang yang diperoleh berdasarkan ijin pemakaian tempat secara tertulis dari Bupati Sragen yang disebut Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan Di Pasar. Ijin tersebut bertujuan untuk memberikan hak pemakaian saja, bukan menjadikan hak milik atas suatu benda. Dalam buku II BW hak kebendaan dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu Hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan dan Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan. 4 Hak kebendaan yang memberi kenikmatan, terbagi kembali atas Hak kebendaan yang memberi kenikmatan atas benda sendiri, Contoh: Hak Milik,Hak Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan, sedangkan Hak kebendaan yang memberi kenikmatan atas barang milik orang lain. Contoh: Bezit. Bezit adalah suatu keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda, baik sendiri maupun perantara orang lain, seolah-olah benda itu miliknya sendiri. Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan yaitu hak yang diberikan kepada yang berhak ( kreditor ), hak didahulukan untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang yang dibebani. Seperti hak gadai, Hak Tanggungan dan fidusia. Pengertian Hak Gadai terdapat didalam Pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Obyek dari hak gadai adalah benda bergerak meliputi benda berwujud dan benda tidak berwujud berupa hak untuk mendapatkan pembayaran uang yang berwujud surat-surat berharga. Subyek hak gadai seperti halnya perbuatan-perbuatan yang lain, memberi dan menerima hak gadai hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Dan bagi pemegang gadai berhak menjual, menukar dan mengibahkan barang yang digadaikan. Dari defini diatas maka Surat Ijin yang diperoleh berdasarkan ijin pemakaian secara tertulis dari Bupati Sragen yang disebut Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan Di Pasar tersebut merupakan hak pakai para pedagang. Ijin Pemakaian inilah yang kemudian dijadikan jaminan atas hutang debitur kepada Bank (Kreditur). 4 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,2000, Hukum perdata, hukum benda, Yogyakarta, Liberty 3

Berdasarkan uraian diatas Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam atas Pelaksanaan perjanjian kredit di Bank yang dilakukan oleh debitur dengan jaminan berupa hak dengan Judul PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT IJIN MENGGUNA USAHAKAN TEMPAT DAGANGAN DI PASAR ( Studi di Bank Perkreditan Rakyat Djoko Tingkir Cabang Sragen). 2. METODE Metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris dengan jenis penelitian diskriptif analisis. Sumber data meliputi primer dan sekunder. Metode pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan deduktif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan Di Pasar pada PD. Bank Perkreditan Rakyat Djoko Tingkir Sragen Berdasarkan wawancara dengan pihak PD. BPR Djoko Tingkir Sragen bahwa Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan di Pasar atau surat ijin dasaran tetap di pasar bisa dijadikan jaminan hutang di PD. BPR Djoko Tingkir Sragen, 5 Walaupun sebenarnya surat ijin tersebut apabila dijadikan jaminan hutang tidak mempunyai payung hukum bagi pihak PD.BPR Djoko Tingkir Sragen, namun karena banyaknya masyarakat pemegang ijin tersebut yang menjadikannya jaminan hutang di bank sehingga pihak PD.BPR Djoko Tingkir Sragen menerima calon debitur menjaminkan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan Di Pasar atas dasar kepercayaan terhadap calon debitur yang berjualan tetap di pasar tersebut dengan mempertimbangkan kegiatan usaha yang sedang debitur lakukan, lagipula jaminan dengan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat dasaran di Pasar tergolong kredit kecil, semisal harga kios pasar sebesar Rp.100.000.000 (seratus Juta rupiah) maka 5 Wawancara pribadi dengan ibu Darmawati selaku bagian pelaksanaan kredit di BPR.Djoko Tingkir Sragen, kamis 9 februari pukul 09.00 WIB 4

pihak PD.BPR Djoko Tingkir akan memberikan kredit sekitar Rp.20.000.000 (dua puluh juta rupiah). Sekarang ini pihak PD.BPR Djoko Tingkir sedikit demi sedikit mengurangi permohonan kredit dengan Jaminan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan di Pasar karena mengingat resiko yang ditanggung PD.BPR Djoko Tingkir sangat tinggi. Adapun pelaksanaan kreditnya adalah sebagai berikut : Permohonan kredit oleh calon debitur, Tahap Uji Kelayakan Dokumen, Persetujuan Kredit, dan Pencairan kredit. Tahap pertama dalam pelaksanaan kredit adalah pengajuan permohonan kredit oleh calon debitur. permohonan ini bisa diajukan secara tertulis tetapi dalam prakteknya banyak yang dilakukan secara lisan. Prosedur permohonan kredit dimulai dengan datangnya calon debitur ke PD. BPR Djoko Tingkir Kabupaten Sragen yang diterima oleh seksi pelayanan kredit. Kemudian Seksi pelayanan kredit menerima permohonan kredit dari calon nasabah, Calon nasabah mengisi formulir permohonan pinjaman. Dan kemudian Seksi pelayanan kredit menerima formulir permohonan kredit yang telah diisi calon nasabah dan dokumen syarat. Adapun dokumen syarat yang harus dipenuhi oleh calon debitur adalah sebagai berikut : Menyerahkan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan di Pasar (asli),surat Keterangan dari Kepala Pasar, dan Fotocopy KTP/Identitas lain rangkap 2 (dua), rekening listrik dan Kartu Keluarga Tahap selanjutnya yaitu uji kelayakan terhadap dokumen-dokumen yang telah diserahkan calon debitur kepada pihak PD.BPR Djoko Tingkir Sragen. Ketika Bank Perkreditan Rakyat Djoko Tingkir Sragen hendak memberikan pinjaman uang kepada debitur, bank tentu saja mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil risiko dalam memberikan kredit PD.BPR Djoko Tingkir Sragen harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik dan kemampuan membayar debitur untuk melunasi kembali pinjaman. Hal-hal tersebut terdiri dari aspek 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of economy). 6 WIB 6 Wawancara dengan pihak PD. BPR.Djoko Tingkir Sragen, kamis 9 februari pukul 09.00 5

Tahap selanjutnya ialah tahap Persetujuan Kredit, Tahap dimana pihak Bank menerima Permohonan Kredit dari Calon Debitur, karena Debitur telah dianggap layak memperoleh kredit di Bank PD.BPR Djoko Tingkir Sragen, oleh karena itu untuk dapat menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban dari kedua belah pihak maka dibuatlah Surat Perjanjian Kredit, Setelah calon Debitur menyetujui Surat Perjanjian kredit makan tahap selanjutnya ialah pencairan kredit. Berdasarkan data tersebut diatas dapat penulis katakan bahwa pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan surat ijin mengguna usahakan tempat dagangan di pasar pada PD. Bank Perkreditan Rakyat Djoko Tingkir Kabupaten sragen telah sesuai dengan teori dan ketentuan perundangundangan dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, hal tersebut dapat dilihat bahwa PD. BPR Djoko Tingkir Sragen melakukan penilaian yang saksama dengan melihat aspek 5C, yaitu : Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition. Terkait dengan pelaksanaan kredit dengan Jaminan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat dagangan di Pasar Apabila dilihat dari proses penjaminannya, merupakan jaminan benda bergerak yang tidak berwujud yang dapat dijadikan jaminan gadai, bahwa yang dapat menjadi obyek gadai adalah benda bergerak yang berwujud dan tak berwujud. Disini dapat Penulis jelaskan bahwa benda bergerak tidak berwujud adalah Benda tidak berwujud yang timbul dari hubungan hukum tertentu atau hasil perdata,namun sebenarnya benda yang tidak berwujud walaupun benda tersebut tidak memiliki wujud akan tetapi sebenarnya merupakan hak yang dilekatkan atas benda yang berwujud. Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan di Pasar tersebut berwujud namun terdapat Hak bagi pemilik Surat tersebut, hak tersebut berupa menggunakan surat tersebut untuk keperluaan berdagang, hak inilah yang dikatakan tidak berwujud. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa surat ijin mengguna usahakan tempat dagangan di pasar memenuhi kriteria untuk dijadikan jaminan gadai. 6

3.2 Penyelesaian Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan Di Pasar Apabila Debitur Wanprestasi Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PD. Bank Perkreditan Rakyat Djoko Tingkir Sragen, apabila debitur penerima kredit melakukan wanprestasi maka langkah yang dilakukan PD. BPR Djoko Tingkir sragen adalah Memberikan teguran atau peringatan kepada debitur, baik secara lisan maupun tertulis. Apabila terguran tidak ditanggapi dengan baik oleh debitur, maka dalam mengambil tindakan penyelesaian terlebih didahulukan mencari apakah ada itikat tidak baik dari pihak debitur, yang dimaksud itikat tidak baik yaitu seorang debitur dengan sengaja tidak mau membayar angsuran kreditnya yang dikarena beberapa hal seperti Debitur dalam menjalankan usahanya sedang dilanda kebangkrutan, Membayar angsuran namun tidak tepat waktu, Membayar angsuran namun tidak sesuai yang seharusnya dibayar atau Karena tidak mempunyai uang untuk melunasi hutangnya. Adapun solusi yang dilakukan oleh PD. BPR Djoko Tingkir sragen adalah sebagai berikut : (1) Apabila tidak dipenuhinya prestasi karena debitur bangkrut maka pihak PD.Bank Perkreditan Rakyat Djoko Tingkir akan melakukan pemberitahuan kepada debitur agar si debitur segera membayar angsuran hutangnya sesuai pada perjanjian kredit diawal, (2) Melakukan prestasi namun debitur tidak tepat waktu maka pihak PD.BPR Djoko Tingkir akan memberikan solusi berupa pemberian denda kepada debitur.(3) Membayar hutang tetapi tidak sesuai dengan jangka waktu yang seharusnya maka PD.BPR Djoko Tingkir Sragen akan memberikan toleransi kepada debitur untuk tetap mau melunasi angsuran hutangnya beserta dendanya. Apabila toleransi tersebut tidak dilaksanakan oleh pihak debitur maka pihak PD.BPR Djoko Tingkir Sragen akan melakukan mediasi untuk memecahkan permasalahan agar si debitur dapat melunasi hutangnya (4) Apabila debitur sama sekali tidak mempunyai harta lagi untuk melunasi hutangnya maka pihak PD.BPR Djoko Tingkir Sragen akan membeli sebagian/seluruhnya jaminan surat ijin mengguna usahakan tempat dagangan di pasar tersebut, baik melalui pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh debitur 7

dalam hal ini ialah pihak yang memiliki jaminan, dan apabila hasil penjualan tersebut melebihi kewajiban hutang yang harus dibayarkan kepada bank maka kelebihan dari hasil penjualan benda jaminan tersebut dikembalikan kepada pihak debitur atau ahli warisnya yang sah secara hukum. Setelah dilakukan pengambilan langkah secara persuasif tersebut di atas dan debitur tetap tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka oleh PD.BPR Djoko Tingkir Sragen terhadap hal tersebut akan dinilai sebagai kredit macet. Dalam hal terjadi wanprestasi yang sampai pada penilaian kredit macet maka pihak PD.BPR Djoko Tingkir Sragen akan memberitahukan kepada Kepala Pasar setempat di mana kios pasar Debitur terletak. Apabila terjadi wanprestasi Pihak Bank (kreditor) akan memberitahukan kepada Kepala Pasar setempat yang kemudian akan memberikan solusi damai bagi debitur dan kreditur. Solusi yang ditawarkan adalah tempat dasaran yang dikuasai oleh debitur dapat dialihkan ke orang lain supaya debitur dapat melunasi utangnya. Hal ini dilakukan agar masalah tidak berlarut- larut dan tidak perlu melakukan gugatan di Pengadilan. Wanprestasi oleh debitur biasanya berupa ketidakmampuan membayar angsuran kredit secara tepat waktu dan pada akhirnya menjadi ketidakmampuan untuk membayar sisa pelunasan kredit. Dengan demikian, langkah persuasif yang ditempuh oleh PD.BPR Djoko Tingkir Sragen sudahlah tepat karena dengan demikian akan memberikan kesempatan bagi debitur untuk melunasi hutangnya dan pihak PD.BPR Djoko Tingkir Sragen mendapatkan haknya. Mengenai hal tersebut berdasarkan Pasal 12 A UU No. 10/1998 mengatur sebagai berikut: 7 Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di 7 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 8

luar lelenag dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitor tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. Ketentuan mengenai tata cara pembelian angunan dan pencairannya sebagaimana diatur dalam pasal (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dari bunyi Pasal di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hakhak dasar kreditur adalah: Hak untuk memperoleh kembali sejumlah hutangnya dari debitur; Hak untuk memperoleh harta kekayaan yang telah disebutkan sebagai pelunasan hutangnya apabila terjadi kegagalan pembayaran hutangnya oleh debitor. Dengan demikian cara PD.BPR Djoko Tingkir Sragen mengatasi adanya wanprestasi dari debiturnya sudah sesuai dengan teori dan undang-undang tersebut di atas yaitu dengan cara meminta debitur untuk (terlebih dahulu) menjual sendiri Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan di Pasar secara sukarela sehingga bank mendapatkan kembali piutangnya. Penjualan tersebut dikenal sebagai penjualan barang jaminan secara dibawah tangan Sekalipun secara teori penjualan atau pengalihan Surat Ijin Mengguna Usahakan Tenpat Dagangan di Pasar dari tangan debitur ke tangan pihak lain tidak dimungkinkan (karena pemilik sesungguhnya dari kios pasar adalah pemerintah kota), namun pada prakteknya, seperti telah dinyatakan sebelumya, penjualan/pengalihan ini dapat dilakukan. Oleh karena alasan tersebut pihak bank mau menerima Surat Ijin Mengguna Usahakan Tempat Dagangan di Pasar sebagai jaminan. 9

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pelaksanaan Perjanjian kredit di PD. BPR Djoko Tingkir Kabupaten Sragen terdapatempat tahapan, yaitu ; pertama, permohonan kredit oleh calon debitur,kedua,uji kelayakan terhadap dokumen, ketiga, persetujuan kredit dan terakhir pencairan kredit. Dalam prosesnya telah sesuai dengan teori dan ketentuan perundang-undangan yang terdapat didalam dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, hal tersebut dapat dilihat bahwa PD. BPR Djoko Tingkir Sragen melakukan penilaian yang saksama dengan melihat aspek 5C, yaitu : Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economy. Dalam mengambil tindakan penyelesaian terlebih didahulukan mencari apakah ada itikat tidak baik dari pihak debitur yang mengakibatkan debitur wanprestasi. Dalam hal terjadi wanprestasi yang sampai pada penilaian kredit macet maka pihak PD.BPR Djoko Tingkir Sragen akan memberitahukan kepada Kepala Pasar setempat di mana kios pasar Debitur terletak. Apabila terjadi wanprestasi Pihak Bank (kreditor) akan memberitahukan kepada Kepala Pasar setempat yang kemudian akan memberikan solusi damai bagi debitur dan kreditur. Solusi yang ditawarkan adalah tempat dasaran yang dikuasai oleh debitur dapat dialihkan ke orang lain supaya debitur dapat melunasi utangnya. 4.2 Persantunan Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua,saudara yang selalu member do a, bimbingan motivasi, serta dukugan yang tidak pernah habis, serta sahabat-sahabat saya yang mendukung saya dalam penyusunan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Gazali Djono S. dan Rachmadi Usman,2010, Hukum Perbankan Cetakan Pertama, Jakarta : Sinar Grafika. 10

Johannes Ibrahim, 2004,Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah,Bandung : Refika Aditama. Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Kedua, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group. Sofwan Sri Soedewi Masjchoen,2000, Hukum perdata, hukum benda, Yogyakarta, Liberty Kitab Undang-undang Hukum Perdata Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan 11