BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

SAMBUTAN REKTOR. Malang, Maret 2015 a.n. Rektor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, TTD. Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di IndonesiaMenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lulusan atau tenaga kerja baru.perkembangan perekonomian Indonesia di prediksi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya pengangguran intelektual beberapa tahun belakangan ini. Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa besarnya pengangguran terbuka pada bulan Februari 2016 mencapai 7,0 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka untuk sekolah menengah kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 9,84 persen, diikuti dengan tingkat pengangguran terbuka diploma I/II/III sebesar 7,22 persen, sedangkan tingkat pengangguran terbuka paling rendah terdapat pada tingkatan pendidikan SD kebawah yakni sebesar 3,44 persen seperti dijelaskan pada tabel 1.1 dibawah ini Tabel 1.1 Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang di tamatkan (2014-2016) Pendidikan yang di tamatkan 2014 2015 2016 Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke bawah 3,69 3,04 3,61 2,74 3,44 SMP 7,44 7,15 7,14 6,22 5,76 SMA 9,10 9,55 8,17 10,32 6,95 SMK 7,21 11,24 9,05 12,65 9,84 Diploma I/II/III 5,87 6,14 7,49 7,54 7,22 1

2 Universitas 4,31 5,65 5,34 6,40 6,22 Sumber: Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Oktober 2016(www.BPS.go.id) Dari data tersebut menunjukan bahwa angka pengangguran terbuka di kalangan lulusan pendidikan tinggi cukup tinggi. Kondisi bisa saja semakin memburuk dengan situasi persaingan global yang semakin kompetitif seperti pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan menghadapi lulusan dari luar negeri dalam persaingan dunia kerja. Tabel 1.2 Daya saing tenaga kerja dibandingkan dengan negara-negara di dunia Negara Score Rangking (140 negara Singapura 5,71 2 Malaysia 4,86 19 Thailand 4,23 67 Philipina 4,09 82 Indonesia 3,74 115 Sumber: World Economic Forum Report 2015-2016 Dari Tabel 1.2 tesebut terlihat bahwa Indeks daya saing global untuk efesiensi tenaga kerja Indonesia masih rendah dan tertinggal dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Indeks tesebut mengukur fleksibilitas tenaga kerja seperti: kerja sama pengusaha dengan pekerja, fleksibilitas dalam pengupahan, praktek-praktek dalam rekrutmen dan pemberhentian, biaya-biaya yang tidak perlu serta dampak dari perpajakan terhadap insentif dalam bekerja. dari kelima variabel tersebut terlihat bahwa Indonesia memiliki indeks yang rendah padahal fleksibiltas tenaga

3 kerja yang besar akan meningkatkan kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya nya secara efesien untuk kemajuan bangsanya. Hal tersebut berdampak pada belum maksimalnya para angkatan kerja terserap ke dunia kerja. Di tengah persaingan global yang begitu ketat, para lulusan pendidikan tinggi di harapkan mempunyai kompetensi yang baik serta diharapkan mampu menjadi insan yang tidak hanya mampu bekerja, namun para lulusan pendidikan tinggi diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan (job creator) bagi orang lain atau masyarakatnya. Para mahasiswa saat ini masih mengganggap status pekerja seperti karyawan swasta ataupun pegawai negeri memiliki status sosial yang cukup tinggi dan di segani oleh masyarakat serta menjanjikan masa depan yang cerah sebagai pilihan karir yang yang mereka pilih. Sedangkan menjadi wirausaha dipandang oleh sebagian orang bukanlah profesi yang terhormat dan menjanjikan masa depan yang cerah. wirausaha identik dengan penghasilan tidak tetap, jam kerja yang tidak teratur serta,menguras banyak tenaga dan pikiran, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan yang berhasil di capai, maka akan semakin besar peluang untuk menjadi pegawai dan semakin kecil minat untuk menjadi entrepreneur. Tabel 1.3 Proefsi wirausaha Sebagai Pilihan Karir Tingkat Pendidikan Pilihan Karir Sebagai Wirausaha Laki-laki Perempuan SD ke Bawah 1,7 0.9 SD 16,2 12,7

4 SMP 23,6 20,2 SMA 50,1 55,7 Diploma/Sarjana 7,1 10,3 Pasca Sarjana 0,3 0,2 sumber: Global Entrepreneur Report (2013) Dari tabel 1.3 tersebut menunjukan bahwa keinginan untuk menjadikan wirausaha menjadi pilihan karir pada mereka yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana dan pasca sarjana lebih rendah yakni sebesar 7,1-10,3 persen pada jenjang sarjana dan 0,2-0,3 persen pada jenjang pasca sarjana bila dibandingkan dengan mereka yang menyelesaikan studi pada tingkat sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan yakni sebesar 50,1-55,7 persen. Mereka yang berpendidikan sekolah menengah atas merasa bahwa menjadi wirausaha merupakan pilihan karir yang tepat bagi mereka, hal tersebut didukung dengan ketrampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK yang lebih baik dibandingkan dengan lulusan sarjana. Disisi lain, para lulusan pendidikan tinggi lebih memilih karir sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri sipil dibandingkan menjadi wirausahawan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh paradigma yang masih berkembang dimasyarakat terkait dengan profesi menjdi wirausaha. Masyarakat berlombalomba menyelesaikan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi untuk kemudin melanjutkan karirnya menjadi pegawai swasta atau pegawai negeri yang secara status lebih terpandang dimasyarakat daripada memulai sebuah usaha. Terkait hal ini, pemerintah menyadari bahwa kemajuan suatu negara salah satunya di dorong oleh para wirausahawan. Semakin banyak jumlah

5 wirausahawan yang tumbuh baik itu dalam skala usaha yang kecil maupun besar akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Oleh karena itu pemerintah mengharapkan mahasiswa mempunyai keberanian dan kemampuan untuk mendirikan usaha meskipun usaha tersebut dalam skala kecil. Untuk menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan di lingkungan perguruan tinggi mulai di galakan. Kementrian Pendidikan melalui Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) memberikan dukungan dalam melahirkan wirausahwan-wirausahawan muda melalui program kreativitas mahasiswa(pkm). Program kreativitas mahasiswa dilaksanakan pertama kali pada tahun 2001. Program kreativitas mahasiswa (PKM) dikembangkan untuk megantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi dalam rangka mempersiapkan diri menjadi cendekiawan, wirausahawan yang berjiwa arif dan mandiri. PKM dalam bidang kewirausahaan diharapkan dapat menghasilkan output berupa usaha dalam bentuk barang atau jasa yang selanjutnya merupakan salah satu dasar mahasiswa memasuki pasar. PKM dilombakan tiap tahunya dengan menggunakan kriteria tertentu dalam pelaksanaanya. Selain pemerintah, perusahaan dan industri juga turut serta dalam mendorong program kewirausahaan dikalangan mahasiswa. Bank Mandiri Tbk melalui program wirausaha muda mandiri turut serta dalam melahirkan insan muda kreatif setiap tahunya. Wirausaha Mandiri merupakan program kompetisi, apresiasi, edukasi dan pembinaan kepada generasi muda yang berani dalam berwirausaha. tujuan dari wirausaha muda mandiri adalah ingin mengajak

6 generasi muda Indonesia menjadi generasi yang mandiri, yaitu generasi pencipta lapangan kerja yang tanggung dalam persaingan global. Kemudian, universitas melalui pendidikan kewirausahaanya diharapakan dapat mendidik, dan memberikan ketrampilan berwirausaha kepada para lulusanya serta menanamkan pola pikir berwirausaha kedalam pilihan utama karir para lulusanya. Perguruan tinggi perlu membekali dan memberikan pendidikan pengalaman nyata bagi peserta didik untuk berwirausaha secara langsung bukan hanya melalui pengajaran buku teks sehingga minat peserta didik diharapkan akan semakin besar untuk menjadi wirausaha melalui pendidikan kewirausahaan ini. Pendidikan kewirausahaan yang sudah diterapkan oleh kampus beberapa kampus baik dalam bentuk kurikulum maupun mata kuliah di harapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa tentang dunia wirausaha, sehingga dapat membentuk sikap kewirausahaan yang dapat mendorong intensi mahasiswa untuk menjadi wirausaha semakin besar. Scherer et al. (dalam Linan and Chen, 2006) menjelaskan bahwa secara umum pendidikan juga akan meningkatkan kepedulian seseorang tentang adanya pilihan karir kewirasusahawan. Variabel pendidikan juga mempengaruhi kepercayaan seseorang tentang kemampuannya (self efficiacy) dan social norms. Sehingga diharapkan pengetahuan kewirausahaan dapat mempunyai pengaruh positif terhadap intensi berwirausaha Mitra dan Matlay (dalam Harris et al. 2008) menyatakan bahwa jiwa usahawan saat ini semakin hidup di seluruh dunia serta banyak wirausaha yang berhasil menjalankan bisnis mereka karena telah menguasai berbagai keterampilan dan talenta yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasikan peluang di dalam pasar. Pengalaman pekerjaan sering

7 menjadi peran utama dalam pengembangan keterampilan kewirausahaan, tetapi banyak dari keterampilan dikembangkan melalui pendidikan kewirausahaan serta kursus latihan. Sejalan dengan pendapat Zimmer (dalam Harris et al. 2008) yang menyatakan bahwa entrepreneurship bukan cirri genetik tetapi pembelajaran keterampilan, maka penting untuk mempelajari pengaruh pengalaman seseorang pada pengembangan sikap menjadi wirausaha Universitas Mercu Buana sebagai penyelenggara pendidikan ikut bertanggung jawab dalam mengupayakan dan mendorong mahasiswanya untuk berwirausaha. berbagai seminar yang di adakan hampir setiap bulan yang di adakan oleh pusat kewirausahaan dan beberapa fakultas yang memberikan testimoni tentnag kesuksesan dan cara berwirausaha telah diselenggarakan. Kebijakan Universitas Mercu Buana menargetkan mencetak 100 wirausaha baru setiap tahunya. Universitas Mercu Buana berupaya agar sejumlah wirausahawan muda terus bertambah. hal ini juga di dukung dengan di berlakukan nya kewajiban bagi seluruh mahasiswa Mercu Buana untuk mengambil mata kuliah kewirausahaan I dan II sebagai mata kuliah wajib (Nugroho 2015). dengan adanya pembelajaran kewirausahaan ini diharapkan mahasiswa terbuka cakrawalanya dan pola pikirnya sehingga memicu timbulnya niat untuk berwirausaha. Hasil pra survey kepada 15 mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis angkatan 2015 secara acak menunjukan bahwa 5 orang tertarik dan mempunyai keinginan untuk berwirausaha, sedangkan sisanya sebanyak 10 mahasiswa masih belum yakin dengan kemampuan mereka untuk memulai usaha.

8 Mayers et al. (2008) mengatakan bahwa intensi wirausaha salah satunya dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional mempunyai pengaruh terhadap kemampuan penalaran, berpikir kreatif serta melihat peluang yang ada. Selain itu, Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional mampu memberikan kemampuan pengendalian diri, memotivasi diri sendiri sehingga mampu menghadapi setiap tantangan yang ada. Selain kecerdasan emosional faktor pendorong lain yang menyebabkan intensi wirausaha adalah locus of control. Seseorang dengan internal locus of control meyakini bahwa apa yang mereka lakukan terjadi dibawah kontrol nya dan dia selalu berperan dalam setiap pengambilan keputusan. Keberhasilan seorang wirausahawan juga dipengaruhi oleh keyakinan individu yang menjalankan usahanya. Derajat keyakinan seseorang (self efficacy) dapat mendorong seseorang untuk menunjukan kinerja maksimal termasuk dalam berwirausaha (Luthans, 2006). Oleh karena itu, dalam setiap usaha dibutuhkan keyakinan yang kuat akan kemampuan diri agar usahanya dapat berhasil. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka tujuan peneliti dalam penelitian ini ialah untuk menganalisis " PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KEBUTUHAN AKAN PRESTASI, SELF EFFICACY DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Mercubuana) " B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

9 1) Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Mercu Buana? 2) Apakah kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Mercu Buana? 3) Apakah self efficacy berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Mercu Buana? 4) Apakah locus of control berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa universitas Mercu Buana? C. Tujuan Dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap intensi wirausaha mahasiswa Universitas Mercu buana. 2) Untuk mengetahui pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi wirausaha mahasiswa/i Universitas Mercu Buana. 3) Untuk mengetahui pengaruh self efficacy terhadap intensi wirausaha mahasiswa Universitas Mercu Buana. 4) Untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap intensi wirausaha mahasiswa Universitas Mercu Buana. 2. Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi penelitian yang diharapkan sebagai berikut : 1) Kontribusi Praktis Diharapkan dari penelitian ini akan berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Universitas Mercu Buana dalam meningkatkan intensi wirausaha mahasiswa.

10 2) Kontribusi Akademis Melalui penelitian dapat mengetahui dan memperdalam pengetahuan mengenai pendidikan kewirausahaan, kecerdasan emosi, motivasi berprestasi dan kepribadian terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Universitas Mercubuana