BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179).

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syari ah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah atau di sebut juga dengan. prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap.

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atas asas kekeluargaan. (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179) dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN UMUM LINKAGE PROGRAM ANTARA BANK UMUM DENGAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing yang selanjutnya disebut NPF adalah risiko

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin meningkat. Untuk mencari lapangan pekerjaan juga semakin

A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah perekonomian. Allah SWT berfirman QS;17:9 Sesungguhnya Al Qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga sektor keuangan sangat dibutuhkan dalam mendukung permodalan dalam sektor riil, hal ini sudah dirasakan fungsinya sejak beberapa puluh tahun yang lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik bank berbentuk konvensional maupun syariah. Akan tetapi bank itu sendiri belum menyentuh terhadap usaha mikro dan kecil (UMK). Hal ini disebabkan karena keterbatasan jenis usaha dan asset yang dimiliki oleh kelompok usaha tersebut. Padahal apabila diperhatikan secara seksama justru persentase UMK jauh lebih besar dari usaha-usaha menengah dan besar di Indonesia, sehingga kebutuhan permodalan dalam UMK tidak terpenuhi yang akhirnya apabila hal ini terus menerus berlanjut maka tidak dapat dielakan lagi hilangnya secara simultan UMK itu sendiri dipasaran Indonesia, sehingga akan terjadi ketimpangan pasar dalam ekonomi yang pasti akan menciptakan calon pengangguran-pengangguran baru di Indonesia. 1 Oleh karena itu dibutuhkan lembaga keuangan mikro yang mempunyai kompetensi yang baik dalam profesionalitas dan materiil yang bisa meng-cover kebutuhan masyarakat akan hal itu. Sehingga mampu mendorong ekonomi rakyat kecil. Munculnya BMT sebagai lembaga mikro keuangan islam yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah adalah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). BMI sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh kalangan masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu Lembaga Mikro Keuangan Islam yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Diberlakukannya Peraturan Menteri Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah Nomor 16 / per/m.kukm/ix/2015 tentang Koperasi Simpan 1 Veithzal Rivai, Etc., Financial Institution Managemen ( Manajemen Kelembagaan Keuangan), Ed. 1,-1rajawali Pers, Jakarta, 2013, Hlm. 610-611. 1

2 Pinjam Pembiayaan Syariah memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan produktif, mengembangkan pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi yang sesuai dengan perudang-undangan yang berlaku dan prinsip syariah, agar masyarakat memperoleh manfaat dan kesejahteraan yang seluas-luasnya. Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) atau sebelumnya di sebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) terlahir dari Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan entitas keuangan mikro syariah yang unik dan spesifik khas Indonesia. Kiprah KSPPS dalam melaksanakan fungsi dan perannya menjalankan peran ganda yaitu sebagai lembaga bisnis (tamwil) dan disisi yang lain melakukan fungsi sosial yakni menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana ZISWAF. Dana ZISWAF dalam penghimpunan dan pendayagunaannya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan charity. 2 Tamwil melakukan kegiatan pengembangan usahausaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Tamwil atau lembaga pendanaan berperan sebagai instrumen pendanaan untuk kebutuhan produktif bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang tentunya sesuai dengan prinsip yang ditentukan oleh islam atau sering disebut prinsip syariah.3 Lembaga keuangan seperti bank, BMT, KSPPS dan yang lainnya adalah suatu industri yang rentan akan risiko, salah satunya dalam pemberian pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu aktivitas bisnis perbankan yang memiliki risiko paling besar dan signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial. Risiko kredit disini dimaksudkan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk 2 www.pembiayaansyariahkukm.info/materi/rilis/pdf, di salin tanggal 1 September 2016, hlm. 1. 3 Veithzal Rivai, Etc., Op. Cit, hlm. 609.

3 membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.4 Apabila pinjaman yang tidak dapat dikembalikan jumlahnya cukup material, hal ini dapat menyebabkan turunnya pendapatan, kinerja maupun tingkat kesehatan dan kelangsungan lembaga keuangan. Beberapa risiko pembiayaan tak dapat dihindari, karena tanpa risiko tidak akan ada pendapatan. Besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Namun di sisi lain, pembiayaan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rapuhnya usaha perbankan yaitu apabila pembiayaan tersebut dinyatakan bermasalah. Besarnya pembiayaan yang bermasalah ditunjukkan dalam nilai Non Performing Loan (NPL). Semakin besar NPL berarti risiko pembiayaan semakin tinggi. Dalam perbankan syariah istilah yang digunakan untuk menyalurkan dana kepada nasabah bukanlah kredit, melainkan pembiayaan. Begitu juga KSPPS mengunakan istilah pembiayaan. Berdasarkan Peraturan Mentereri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah pasal 1 butir 17 Nomor 16 / per / M.KUKM / IX /2015 pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : a. Traksaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah atau musyarakah b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijaroh muntahiyah bit Tamlik c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang, murabahah, salam dan istisna d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijaroh untuk transaksi multi jasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara KSPPS dan/atau USPS koperasi dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan atau bagi hasil. 5 4 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II, Ed.2,-2, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 23. 5 https://www.ekon.go.id/ekliping/.../n.27-n.28-permen-kukm-nomor-16-tahun-2015, disalin tanggal 1 September 2016, hlm. 5.

4 KSPPS juga akan menghadapi resiko pembiayaan bermasalah. Artinya setiap kali KSPPS menyalurkan dana kepada calon anggota yang mengajukan pembiayaan pada saat itu juga risiko gagal bayar kemungkinan akan terjadi yang mendorong pembiayaan macet NPF (Non Performing Financing). Aktivitas pembiayaan KSPPS yang berkualitas dan sehat memberikan pendapatan operasional terbesar bagi KSPPS jika dibandingkan dengan aktivitas lainya seperti penyediaan layanan jasa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan dan menjaga kelangsungan KSPPS maka pemberian pembiayaan merupakan aktivitas yang secara terus menerus akan dilakukan. Kegiatan penyaluran pembiayaan disisi lain mengandung risiko yaitu tidak kembalinya dana/pembiayaan yang disalurkan tersebut karena tidak semua debitur yang mendapatkan pembiayaan mampu mengembalikan pembiayaan dengan baik dan tepat pada waktunya. KSPPS Surya Sekawan Kudus juga turut andil dalam memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat menengah kebawah. Hal ini dilandasi dengan firman Allah QS Al- Maidah : 2 Artinya : dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-nya.6 Maka dari itu, sesuai ayat di atas, KSPPS Surya Sekawan Kudus melalui produk pembiayaan murabahah, mudharabah dan musyarakah KSPPS Surya Sekawan Kudus menyediakan dan menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat secara syariah guna membantu memenuhi kebutuhan permodalan dan meningkatkan kinerja pengusaha kecil dan mikro. Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual-beli antara bank (penjual) 6 Departemen Agama, Al-Qur an dan terjemah Bahasa Indonesia, Jumanatul Ali Art, Bandung, hlm. 81.

5 dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Melalui akad murabahah nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu. Dengan kata lain, nasabah telah memperoleh pembiayaan dari bank pengadaan barang tersebut.7 Dalam praktik pembiayaan Murabahah di KSPPS Surya Sekawan, KSPPS Surya Sekawan Kudus berfungsi sebagai penyedia dana bukan sebagai penyedia barang. Penyediaan barang dirasa lebih rumit karena pihak bank harus membeli barang yang di butuhkan nasabah terlebih dahulu kemudian bank juga harus menentukan harga barang dan margin bagi hasil yang disepakati bersama. Praktik seperti ini memilki proses yang panjang dan waktu yang lama. Berbeda dengan fungsi bank sebagai penyedia dana. Bank hanya perlu menyediakan dana yang dibutuhkan nasasah. Selain pembiayaan murabahah KSPPS Surya Sekawan Kudus juga menyalurkan Pembiayaan dalam akad musyarakah. Musyarakah adalah akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.8 Semakin banyak dana yang disalurkan tentu saja semakin besar potensi menimbulkan risiko kredit. Pembiayaan yang diberikan KSPPS Surya Sekawan Kudus juga berisiko bermasalah. Dan dari informasi diketahui bahwa pembiayaan bermasalah di KSPPS Surya Sekawan Kudus mengalami peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya. Data Statistik KSPPS Surya Sekawan Kudus tahun 2015 menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah dalam dua tahun terakhir adalah sebagai berikut : 7 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Alfabet, Jakarta, 2003, hlm. 24. Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Ed. Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 79. 8

6 KOLEKTIBILITAS PEMBIAYAAN KSPPS SURYA SEKAWAN KUDUS PERIODE 31 DESEMBER 2014 31 DESEMBER 2015 Kualitas Pembiayaan 2014 Pembiayaan Kurang Lancer Pembiayaan Diragukan Pembiayaan Macet Total Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan Disalurkan NPL 2015 Rupiah 342,000 Orang 1 Rupiah 20,840,000 Orang 3 2,364,000 2 16,623,000 5 2,706,000 3 4,279,000 41,742,000 2 10 2,943,524,000 190 2,101,526,000 166 0,1 % 1,4 % Data Statistik KSPPS Surya Sekawan Kudus. Data di atas menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah (kurang lancar, diragukan dan macet) dari tahun 2014 menunjukkan angka Rp. 2,706,000 dari Rp. 2,101,526,000 pembiayaan yang disalurkan sedangkan di tahun 2015 menunjukkan angka Rp. 41,742,000 dari Rp. 2,943,524,000 pembiayaan yang disalurkan. Dari persentase Non Performing Loan (NPL) pada periode 2014-2015 yang menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 2014 sebesar 0,1% dan pada tahun 2015 sebesar 1,4%.9 Terhadap pembiayaan bermasalah yang timbul tersebut diperlukan penanganan dengan cepat oleh pihak KSPPS agar tidak berkelanjutan dan jika presentasenya sudah melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia akan mempengaruhi kesehatan dari suatu bank. KSPPS Surya Sekawan Kudus tidak mengharapkan adanya pembiayaan bermasalah, namun pada kenyataannya terjadi peningkatan signifikan. Terhadap kenaikan pembiayaan bermasalah tersebut perlu dianalisa. KSPPS tidak 9 Data Statistik KSPPS Surya Sekawan KudusKudus Tahun 2014-2015, disalin tanggal 18 juni 2016.

7 mungkin menghindari adanya pembiayaan bermasalah, namun KSPPS bisa berusaha menekan seminimal mungkin besarnya pembiayaan bermasalah. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktof-faktor penyebab pembiayaan bermasalah dan penyelesaiannya oleh KSPPS tersebut untuk kemudian disusun menjadi sebuah skripsi dengan judul ANALISIS FAKTORFAKTOR PENYEBAB PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KSPPS SURYA SEKAWAN KUDUS. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini maka perlu dipertegas dan diperjelas beberapa istilah yang berkaitan dengan judul skripsi yang berjudul Analisis Pembiayaan Bermasalah di KSPPS Surya Sekawan Kudus. Penjelasan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Analisis Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya)10. 2. Pembiayaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Mentereri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah pasal 1 butir 17 Nomor 16 / per / M.KUKM / IX /2015 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : a. Traksaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah atau musyarakah b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijaroh muntahiyah bit Tamlik c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang, murabahah, salam dan istisna d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh 10 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1991, Hlm. 37.

8 e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijaroh untuk transaksi multi jasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara KSPPS dan/atau USPS koperasi dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan atau bagi hasil. 11 3. Pembiayaan Bermasalah pembiayaan bermasalah atau non performing loans (NPL) adalah suatu kredit dimana peminjam tidak dapat melaksanakan persyaratan perjanjian kredit yang telah ditanda tanganinya, yang disebabkan oleh berbagai hal sehingga perlu ditinjau kembali atau perubahan perjanjian.12 C. Fokus Penelitian Sesuai dengan judul yang peneliti telah ambil Analisis Pembiayaan bermasalah di KSPPS Surya Sekawan Kudus memfokuskan pada factorfaktor pembiayaan bermasalah serta strategi penyelesaiannya di KSPPS Surya Sekawan Kudus. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan pembiayaan bermasalah di KSPPS Surya Sekawan Kudus? 2. Bagaimana strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah di KSPPS Surya Sekawan Kudus? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisa faktor-faktor apa yang menyebabkan pembiayaan bermasalah di KSPPS Surya Sekawan Kudus. 11 https://www.ekon.go.id/ekliping/.../n.27-n.28-permen-kukm-nomor-16-tahun-2015, disalin tanggal 1 September 2016, hlm. 5. 12 Herman Dermawan, Manajemen Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 126.

9 2. Untuk mengetahui strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah di KSPPS Surya Sekawan Kudus. F. Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya ataupun untuk berbagai kalangan umumnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Teoritis a. Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan ekonomi, khususnya KSPPS Surya Skawan Kudus mengenai pembiayaan bermasalah. b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pembiayaan bermasalah. 2. Praktis a. Masyarakat Bagi kalangan masyarakat awam, apa yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat yang bekerja sama dengan KSPPS Surya Sekawan Kudus. b. KSPPS Surya Sekawan Kudus Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada instansi terkait, sehingga dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk bahan pertimbangan dan mengambil keputusan. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi atau penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagian Awal Dalam bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, dan halaman daftar gambar. 2. Bagian Isi Bagian isi ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:

10 BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang Pembiayaan meliputi : pengertian pembiayaan, jenis pembiayaan. Risiko pembiayaan dan penyelesain pembiayaan bermasalah. KSPPS meliputi : sejarah berdirinya KSPPS, pengertian, jenis usaha dan lgalitas usaha. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, obyek penelitian, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, yaitu tentang gambaran umum obyek penelitian, deskripsi data penelitian, analisis data dan pembahasan tentang pembiayaan bermasalah di KSPPS Surya Sekawan Kudus, serta hasil penelitian dan implikasi penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan,saran-saran dan penutup. 3. Bagian Akhir Dalam bagian ini berisi tentang daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan dan lampiran-lampiran.