BAB 1 PENDAHULUAN. Padahal pendidikan seharusnya bersifat terbuka dan merata. Pendidikan harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di SMP Negeri 45 Bandung, kegiatan menulis tampaknya belum begitu

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara dengan guru mata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DI KELAS IX-7 SMP NEGERI 3 BERASTAGI

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB 1 PENDAHULUAN. terampil berbahasa. Adapun keterampilan berbahasa itu mencakup empat

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Untuk mencapai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis pendidikan di Indonesia saat ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang sangat rendah untuk membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan tetapi juga lemahnya tenaga ahli, visi serta politik pendidikan nasional yang tidak jelas. Padahal pendidikan seharusnya bersifat terbuka dan merata. Pendidikan harus membebaskan manusia dari kebodohan, dari ketertinggalan, dari penindasan, dan berbagai hal yang membelenggu pertumbuhan manusia. Pendidikan harus mengantarkan manusia menjadi pribadi yang merdeka dan senantiasa tumbuh berkembang. Konsep pendidikan saat ini telah menyempit menjadi pengajaran, dan pengajaran menyempit pada kegiatan di kelas, siswa duduk tenang mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru. Kegiatan pengajaran seperti ini berpusat pada guru, tidak pada siswa. Kegiatan belajar seperti ini membuat siswa bosan, jenuh dan materi yang terserap siswa hanya sedikit. Belajar itu seharusnya menyenangkan dan berlangsung dalam suasana gembira sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan baik.

2 Belajar bukan merupakan alur otomatis dari penyampaian informasi ke kepala seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan siswa itu sendiri. Hanya cara belajar yang aktif yang akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Pada saat pembelajaran aktif maka siswa tidak hanya duduk diam tetapi mereka akan bergerak, menggunakan otak mereka, mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan masalah, berdiskusi dengan teman dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran seperti ini akan berkesan pada siswa sehingga materi tidak akan terlupakan. Terdapat banyak teknik yang dapat digunakan sebagai aplikasi strategi pembelajaran aktif. Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian penerapan perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi, individual, dan situasional. Saksomo (Sudrajat, 2010:1) mengemukakan bahwa: Teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) ceramah, (2) tanya jawab, (3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan resitasi, (5) demonstrasi dan eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar di laboratorium, (8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11) karya wisata dan bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta merta. Salah satu teknik pembelajaran aktif sebagai bagian dari metode pembelajaran kolaboratif untuk pembelajaran Bahasa Indonesia adalah teknik exchanging viewpoint.

3 Teknik exchanging viewpoint adalah suatu teknik pembelajaran untuk merangsang kekritisan siswa dengan bertukar pendapat atau pemikiran mengenai suatu topik dengan orang lain. Teknik ini pernah digunakan oleh Mel Siberman pada tahun 2000. Mulanya teknik ini digunakan untuk merangsang minat siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran tetapi setelah diterapkan teknik ini dapat melatih daya pikir siswa untuk berpendapat atau merangkai gagasan yang dipikirkan. Selama ini banyak siswa mengeluhkan tidak dapat menemukan dan merangkai gagasan untuk menguatkan pendapat mereka mengenai suatu topik. Penggunaan teknik ini dapat merangsang siswa untuk berpikir dan berdiskusi dengan temanya, sehingga siswa mampu menemukan gagasan dan merangkainya dengan baik. Selain dapat merangsang daya pikir siswa, penggunaan teknik ini mengajarkan siswa untuk menjadi pendengar yang hati-hati dan membuka diri mereka terhadap berbagai macam sudut pandang tanpa melemahkan argumen yang siswa miliki. Pada tahun 2002 Schamber dan Mahoney (2006:1) melakukan penelitian dengan teknik yang sama dengan judul penelitian Assessing and Improving the Quality of Group Critical Thinking Exhibited in the Final Projects of Collaborative Learning Groups pada mahasiswa Penn State University. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kekritisan siswa dalam mengemukakan argumen. Penelitian ini dinilai berdasarkan proyek penulisan berbentuk rubrik. Pada rubrik tersebut mahasiswa menulis dan mengkritisi isu sosial dan kontroversial yang sedang hangat dibicarakan pada saat itu. Pada proses pembelajaranya siswa diajak berdiskusi mengenai isu tersebut dan diajak berasumsi atau berpendapat dengan teman sekelompoknya, setelah itu

4 barulah mereka mulai menulis dan hasil tulisan mereka itu disunting oleh temannya lalu hasil suntingan tersebut diberikan lagi kepada pengarangnya untuk diperbaiki. Kemudian rubrik yang ditulis mahasiswa ini dipantau oleh dosen untuk diberi umpan balik dalam hal penulisan atau kekuatan argumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan sebelum dan sesudah diterapkanya teknik ini pada pembelajaran menulis. Penggunaan teknik ini membuat mahasiswa pandai membuat pembukaan yang menarik, tubuh argumen (isi tulisan) yang kuat dan kesimpulan yang logis. Pada tahun 2006 teknik serupa juga digunakan oleh Tsang (2011:1). Teknik ini diujicobakan pada mahasiswa kesehatan gigi di The University of Queensland Bachelor of Oral Health. Anneta mengujicoba teknik ini selama tiga tahun, mulai tahun 2006 sampai 2009. Aplikasi teknik ini yaitu berdiskusi, mengeluarkan pendapat, menyanggah dan menyetujui pendapat seseorang pada setiap akhir pemberian materi. Teknik ini bertujuan agar mahasiswa mendapat penguatan dari materi yang mereka dapatkan. Jika materi hari itu mengenai struktur gigi mereka berdiskusi, mengeluarkan pendapat, membenarkan pendapat teman yang kurang tepat mengenai materi tersebut. Kemudian di hari lain jika tugas yang diberikan oleh dosen adalah menulis esay maka mereka berdiskusi, bertukar pendapat mengenai isi tulisan, apa saja materi yang akan mereka tulis, kemudian memberikan umpan balik mengenai hasil tulisan temannya. Penerapan teknik ini ternyata membuahkan hasil yang baik, karena hasil ujian praktik, ujian tulis, dan penulisan esay mereka pada akhir tahun meningkat secara signifikan.

5 Pada pembelajaran Bahasa Indonesia teknik exchanging viewpoint dapat diterapkan pada pembelajaran keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sulit dibandingkan empat keterampilan bahasa lainya. Keterampilan menulis membutuhkan banyak latihan agar proses kreatifitas siswa meningkat. Oleh karena itu diperlukan teknik pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan proses kreatifitas siswa. Dawson et all (Tarigan, 2008:1) mengemukakan bahwa: Sebagai aspek kemampuan berbahasa keterampilan menulis memang dapat dikuasai siapa saja yang memiliki kemampuan intelektual atau pengalaman yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan, namun berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara, ia tidak diperoleh secara alamiah. Kemampuan menulis harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh. Keterampilan hanya dapat diperoleh dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Peck &Schulz (Abdillah, 2011: 3) mengemukakan bahwa: Keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya. Dia menuntut latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang berprogram. Dan biasanya programprogram dalam bahasa tulis direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: a) membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis; b) mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan; c) mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis; d) mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas Hairston dalam Anshori (2010:5) mengemukakan bahwa penyelenggaraan pembelajaran menulis bertujuan untuk: 1) recognizing and appreciating good writing,

6 2) understanding the writing process, 3) learning how to get started writing, 4) learning how to organize writing, 5) learning how to unify writing. Dari tujuan tersebut, jelas bahwa pada akhirnya pembelajaran menulis ingin melahirkan akademisi yang handal dalam bidang menulis. Berdasarkan uraian tersebut maka tidak salah jika dikatakan pembelajaran menulis yang sudah ada pada kurikulum sekolah perlu ditingkatkan pembelajaran dan pengajaranya. Hal ini guna meningkatkan kegairahan dan kegemaran menulis generasi penerus bangsa. Sujana (Reza, 2011:4) menyatakan hasil belajar yang dicapai siswa dapat dipengaruhi dua faktor utama yaitu dari dalam siswa berupa kemampuan yang dimiliki siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan berupa kualitas pengajaran. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun ajaran 2011/2012 terdapat standar kompetensi menulis pada SMA kelas X semester 2 yaitu mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Kompetensi dasar yang terkandung dalam standar kompetensi ini adalah menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif. Dari kompetensi dasar tersebut dapat diartikan bahwa Dinas Pendidikan berharap pelajar, khusunya pelajar kelas X, dapat menulis. Pada kompetensi dasar ini dikhususkan untuk penulisan paragraf argumentatif. Kemampuan menulis paragraf argumentasi penting dimiliki oleh siswa karena bangsa Indonesia perlu memilik tunas-tunas bangsa yang mampu mengeluarkan pendapatnya tidak saja secara lisan, tetapi dalam tulisan. Dunia memperhatikan apa yang ditulis bukan yang dikatakan tanpa dasar-dasar pemikiran yang jelas dan data-data

7 yang akurat. Ucapan akan hilang, tetapi tulisan akan abadi sepanjang masa, tetapi pada kenyataan siswa kurang tertarik untuk menulis paragraf argumentasi. Hasil wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Negeri 1 Margahayu, yaitu Dra. Haryati, didapat kesimpulan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi. Permasalahan tersebut diantaranya: (1) kurangnya minat siswa dalam menulis ; (2) siswa sulit memilih fakta yang sesuai dengan tujuan dan topik; (3) siswa sulit merangkai kalimat untuk membuktikan keyakinan atau pendapat. Sebelum menulis, siswa harus dirangsang untuk berpikir sehingga mampu mengungkapkan pendapatnya dalam bentuk tulisan. Teknik exchanging viewpoint yaitu teknik pembelajaran yang merangsang daya pikir siswa dengan bertukar pendapat dengan siswa lain, dirasa dapat memecahkan permasalahan penulisan paragraf argumentasi yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya. Teknik pembelajaran ini merangsang siswa untuk membuat pernyataan yang provokatif dan menantang. Selain itu teknik ini membuat siswa belajar untuk menjadi pendengar yang hati-hati dan membuka diri siswa terhadap berbagai macam sudut pandang tanpa melemahkan argumen yang mereka miliki. Berdasarkan uraian para pakar di atas tentunya teknik pembelajaran sangat mendukung proses pembelajaran menulis. Penggunaan teknik yang inovatif mampu merangsang daya pikir siswa sehingga tidak ada alasan lagi siswa enggan menulis karena tidak ada ide. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Karwati dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Curah Pendapat (Brainstorming) untuk Meningkatkan

8 Motivasi Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran PKn di Kelas VII B SMP Negeri 1 Lembang) tahun ajaran 2010/2011. Penelitian tersebut dilakukan pada pembelajaran PKN dengan mengganti metode ceramah dengan teknik curah pendapat. Penelitian ini dilakukan karena metode ceramah dalam pembelajaran PKN seringkali membuat siswa mengantuk. Pada pelaksanaanya siswa diberi stimulus mengenai suatu materi kemudian siswa berdiskusi atau melakukan curah pendapat. Teknik curah pendapat ini kemudian membuat siswa mampu berpikir kritis, berani mengemukakan pendapat, meningkatan hasil belajar, kerjasama, saling menghargai, dan adanya peningkatan minat baca siswa serta adanya partisipasi siswa dalam pembelajaran PKN. Penelitian tersebut dilakukan pada keterampilan berbicara, sedangkan penelitian teknik curah pendapat pada keterampilan menulis belum pernah dilakukan. Berdasar pada fakta di lapangan dan harapan dari para pakar di bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia serta penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan teknik curah pendapat atau exchanging viewpoint, peneliti bermaksud melaksanakan penelitian sebagai bahan inovasi dalam pembelajaran menulis kalimat paragraf argumentasi. Peneliti memberi judul penelitian ini Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi Dengan Menggunakan Teknik Exchanging Viewpoint (Curah Pendapat). 1.2 Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: identifikasi, pembatasan masalah dan perumusan masalah

9 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa hal yang bisa diidentifikasi untuk diteliti. Beberapa hal tersebut diantaranya sebagi berikut. 1. Siswa kurang berminat untuk menulis. 2. Siswa sulit memilih fakta yang sesuai dengan tujuan dan topik 3. Siswa sulit merangkai kalimat untuk membuktikan keyakinan atau pendapat. 4. Teknik pembelajaran untuk merangsang kekreatifan siswa menulis paragraf argumentasi yang dilakukan guru di sekolah belum memberikan solusi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menulis paragraf argumentasi. 5. Kurangnya motivasi yang diberikan guru untuk mengembangkan kreatifitas dalam menulis paragraf argumentasi. 1.2.2 Pembatasan Masalah Penulis membatasi permasalahan penelitian ini pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi menggunakan teknik exchanging viewpoint. 1.2.3 Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Margahayu dalam menulis paragraf argumentasi sebelum menggunakan teknik exchanging viewpoint?

10 2. Bagaimana kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Margahayu dalam menulis paragraf argumentasi setelah menggunakan teknik exchanging viewpoint? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis paragraf argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan teknik exchanging viewpoint pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Margahayu? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan menulis paragraf argumentasi sebelum menggunakan teknik exchanging viewpoint; 2. Mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan menulis paragraf argumentasi setelah menggunakan teknik exchanging viewpoint; 3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis paragraf argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan teknik exchanging viewpoint. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

11 1.4.1 Manfaat Teoretis Beberapa manfaat dari penelitian ini secara teoretis yaitu: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mencari alternatif pembelajaran menulis paragraf argumentasi. 2. Penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pembelajaran menulis paragraf argumentasi di kelas X 3. Penelitian ini akan menguatkan berbagai teori menulis, teknik serta pengetahuan baru mengenai teknik exchanging viewpoint. 4. Guru bidang studi Bahasa Indonesia dapat menggunakan teknik exchanging viewpoint sebagai alternatif lain dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi. 1.4.2 Manfaat Praktis Selain manfaat teoritis dalam penelitian ini terdapat juga manfaat praktis. 1. Bagi Siswa a. Meningkatkan keterampilan berpikir siswa b. Mengembangkan kekritisan berpikir siswa. c. Menumbuhkan minat siswa. d. Memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis paragraf argumentasi. e. Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa. f. Siswa dapat menulis paragraf argumentasi dengan kritis dan kreatif menggunakan teknik exchanging viewpoint

12 2. Bagi Guru. a. Memiliki referensi strategi pengajaran dalam menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan teknik exchanging viewpoint 3. Bagi Peneliti a. Memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga bagi peneliti sebagai calon tenaga pendidik b. Mengembangkan wawasan mengenai penggunaan teknik yang relevan dalam proses pembelajaran c. Melatih penulis untuk menerapkan teknik yang menarik dalam proses pembelajaran\ d. Mengukur seberapa besar prestasi yang dicapai siswa pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi menggunakan teknik exchanging viewpoint e. Memperoleh bukti keefektifan teknik exchanging viewpoint dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi 1.5 Anggapan Dasar Anggapan dasar merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan penyajian lagi, sekurang-kurangnya bagi peneliti pada waktu itu. Anggapan dasar yang penulis rumuskan adalah teknik exchanging viewpoint merupakan teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf argumentasi. Anggapan dasar tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Jon F Schamber dan Sandra L Mahoney pada tahun 2002 dengan judul penelitian Assessing

13 and Improving the Quality of Group Critical Thinking Exhibited in the Final Projects of Collaborative Learning Groups pada mahasiswa Penn State University yang menunjukkan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan sebelum dan sesudah diterapkanya teknik ini pada pembelajaran menulis. Penggunaan teknik ini membuat mahasiswa pandai membuat pembukaan yang menarik, tubuh argumen (isi tulisan) yang kuat dan kesimpulan yang logis. Selain itu, berdasarkan penelitian Anneta Kit Lam Tsang pada tahun 2006 yang mengujicobakan teknik ini pada mahasiswa kesehatan gigi di The University of Queensland Bachelor of Oral Health didapatkan hasil bahwa penerapan teknik ini membuahkan hasil yang baik, karena hasil ujian praktik, ujian tulis, dan penulisan esay mereka pada akhir tahun meningkat secara signifikan. 1.6 Hipotesis Penelitian alternatif. Terdapat dua hipotesis yang penulis ajukan, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis H1: Hipotesis kerja Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar menulis paragraf argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan teknik exchanging viewpoint. Ho: Hipotesis alternatif Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar menulis

14 paragraf argumentasi sebelum dan sesudah menggunakan teknik exchanging viewpoint. 1.7 Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi tafsiran mengenai istilah yang digunakan oleh penulis. Ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran. Definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut ini. 1. Pembelajaran menulis paragraf argumentasi adalah suatu proses belajar membuat paragraf argumentasi berdasarkan pendapat pribadi. 2. Teknik pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien 3. Teknik exchanging viewpoint adalah suatu teknik pembelajaran untuk merangsang kekritisan siswa dengan bertukar pendapat atau pemikiran mengenai suatu topik dengan orang lain.