BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

dokumen-dokumen yang mirip
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

Diterbitkan melalui:

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ibu memberi Air Susu Ibu (ASI) tidak datang secara tiba-tiba. Ada

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO) merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan yang membantu penyerapan nutrisi, membantu perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi, anti-peradangan dan zat-zat biologi aktif yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit (Depkes, 2008). ASI menjadi sumber utama gizi bagi bayi yang baru lahir sampai umur enam bulan, oleh karena itu ibu cukup memberi ASI secara eksklusif. ASI memiliki banyak kandungan, sehingga dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi (Soekirman dan Erikania, 2010). Pada bulan-bulan pertama, saat bayi berada pada kondisi yang sangat rentan, pemberian makanan atau minuman lain selain ASI akan meningkatkan risiko terjadinya diare, infeksi telinga, alergi, meningitis, leukemia, Sudden Infant Death Syndrome/SIDS (sindrom kematian tiba-tiba pada bayi), penyakit infeksi dan penyakit-penyakit lain (Depkes, 2008). Menurut Astutik (2014), bayi yang tidak diberi ASI memiliki risiko 17 kali lebih tinggi untuk mengalami diare dan 3-4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA. Pemberian ASI juga mampu mengurangi risiko kematian pada bayi (Kemenkes, 2015).

Zat kekebalan yang terdapat pada ASI dapat melindungi bayi dari alergi dan penyakit infeksi seperti diare, infeksi telinga, batuk, dan pilek. Menurut stadium laktasi, ASI terbagi menjadi kolostrum, ASI transisi/peralihan, dan ASI matur (Fikawati dkk, 2015). ASI yang pertama keluar mengandung kolostrum, atau yang sering disebut cairan emas karena berwarna kekuningan, mengandung protein dan antibodi yang tidak dapat diperoleh dari sumber lain termasuk susu formula (Depkes, 2008). ASI encer yang diproduksi pada awal proses menyusui memiliki kadar air tinggi, mengandung banyak protein, laktosa, serta nutrisi lain, tetapi rendah lemak. Sedangkan ASI yang mengandung tinggi lemak diproduksi menjelang akhir proses menyusui, karena ASI periode ini dapat memberi banyak zat energi (Depkes, 2007). ASI memiliki komposisi, jumlah kalori, dan kaya akan mineral yang dapat menunjang perkembangan psikomotorik bayi (Astutik, 2014). Selain bermanfaat bagi bayi, pemberian ASI juga menguntungkan ibu. Manfaat menyusui bagi ibu antara lain mengurangi kemungkinan perdarahan pasca ibu melahirkan bila bayi disusui segera sesudah dilahirkan, menjarangkan kehamilan, mempercepat rahim kembali ke ukuran semula, mempercepat tubuh langsing kembali, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan kanker indung telur (Beral dkk, 2004). Bukan hanya bermanfaat bagi bayi dan ibu, pemberian ASI juga memberi manfaat besar bagi negara, karena dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, mengurangi 2

devisa untuk pembelian susu formula, dan meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa (Astutik, 2014). World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan pelaksanaan program ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI sampai anak berumur dua tahun (WHO, 2005). Pemerintah Indonesia turut memberikan perhatian mengenai program ASI eksklusif dengan mengeluarkan landasan hukum terbaru. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, pemerintah Indonesia mewajibkan ibu, pihak keluarga, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk mendukung pemberian ASI ekslusif selama enam bulan. Setiap tahun program ASI eksklusif terus digalakkan di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan laporan tahunan Kementerian Kesehatan, capaian program ASI eksklusif secara nasional tahun 2014 sebesar 52,3% (Kemenkes, 2015), kemudian tahun 2015 naik menjadi 55,7%. Meskipun mengalami peningkatan, namun angka ini belum memenuhi terget nasional sebesar 80% (Kemenkes, 2016). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian Dinartiana dan Sumini (2011), serta penelitian Pricilla dan Sy (2011) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan IMD terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI kepada bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan dalam waktu 30 menit setelah lahir, dapat merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan produksi ASI selanjutnya, karena daya 3

isap bayi pada saat itu paling kuat (Widodo dkk, 2003). Menurut Astutik (2014), tidak melakukan IMD dalam jangka waktu satu jam setelah kelahiran dapat berdampak pada berkurangnya produksi ASI. Faktor sosiodemografi ibu turut menjadi faktor penentu keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2013) menunjukkan hasil jumlah terbesar ASI eksklusif didapatkan pada kelompok ibu usia 31-35 tahun (15,3%), dengan tingkat pendidikan ibu diploma/sarjana (23,3%). Hasil penelitian Gunasegaran dkk (2015), usia ibu yang paling banyak memberikan ASI eksklusif yakni kategori usia 18-30 tahun (76,9%), dengan paritas terbanyak yaitu kategori kurang dari dua (63,5%). Namun, penelitian yang dilakukan Ratnawati (2013) menyatakan bahwa paritas dan pendidikan ibu tidak mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa responden tidak mempunyai pengalaman menyusui eksklusif pada kehamilan yang lalu, sehingga sikap responden masih ada yang bersikap negatif meskipun berparitas multipara (telah melahirkan bayi hidup sebanyak dua kali atau lebih). Status pekerjaan ibu juga sering kali menjadi faktor pemicu dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Penelitian Kurniawan (2013), menyatakan bahwa ibu tidak bekerja (19,3%), atau mulai kerja kurang dari enam bulan setelah persalinan (25,9%) merupakan kelompok yang banyak memberikan ASI eksklusif. Meskipun, usia dan status bekerja ibu mempunyai korelasi lemah dengan pemberian ASI eksklusif. Menurut penelitian 4

Rahmawati (2010), faktor dominan yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik yakni status pekerjaan (p= 0,008; OR= 4,137). Berdasarkan laporan kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo mengenai cakupan ASI eksklusif, tahun 2014 capaiannya sebesar 54,7%, target yang ditetapkan Provinsi Jawa Tengah yaitu 60,7%. Tahun 2015 hasil capaian naik menjadi 60,4% dan telah memenuhi target yang ditetapkan Provinsi Jawa Tengah yaitu 61,6%. Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, Puskesmas Baki masuk dalam tiga urutan rendah capaian ASI eksklusif di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2013 hingga 2015. Pada tahun 2013 cakupan ASI eksklusif Puskesmas Baki sebesar 44,8%, tahun 2014 sebesar 38,9% dan tahun 2015 sebesar 50,6%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2017, di wilayah kerja Puskesmas Baki terdapat 414 bayi berusia 6-11 bulan. Hasil wawancara pada 10 ibu, diketahui 2 dari 5 ibu yang melakukan IMD telah menyusui secara eksklusif. Karakteristik ibu yaitu tamat sekolah dasar 6 orang (lulus SD dan SMP) dan yang ASI eksklusif 1 orang. Ibu tamat sekolah menengah dan pendidikan tinggi 4 orang, yang ASI eksklusif 1 orang. Usia ibu antara 22-39 tahun, dan diketahui yang ASI eksklusif yakni ibu berusia >30 tahun. Sedangkan 7 dari 10 ibu merupakan multipara (melahirkan >1 anak), dan 2 diantaranya telah ASI eksklusif. Ibu yang bekerja sebanyak 5 dari 10 orang yang diwawancara, 5 lainnya yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT), dan 2 dari 5 IRT telah berhasil menyusui bayinya secara eksklusif. Informasi 5

yang didapat, 6 dari 10 ibu telah memberi susu formula kepada bayinya sejak lahir dengan alasan ASI susah keluar dan ibu harus bekerja. Memberikan ASI pada enam bulan pertama, dapat menunjang kesehatan bayi dan proses tumbuh kembangnya. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, dan Puskesmas Baki dapat menjadi gambaran awal, bahwa cakupan ASI eksklusif di wilayah Kecamatan Baki belum memenuhi target nasional sebesar 80%. Peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan antara pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan faktor sosiodemografi ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan faktor sosiodemografi ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan faktor sosiodemografi ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. 6

2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pelaksanaan IMD, dan faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, paritas, status bekerja) ibu di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. b. Menganalisis hubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. c. Menganalisis hubungan umur ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. d. Menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. e. Menganalisis hubungan paritas dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. f. Menganalisis hubungan status bekerja ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. 7

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi baru kepada masyarakat terkait keberhasilan ASI eksklusif, sehingga dapat menjadi pembelajaran dikemudian hari. 2. Bagi Instansi Kesehatan Menjadi bahan informasi dan masukan terkait faktor yang yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif, serta dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya bagi ibu hamil. 3. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dan pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif, khususnya faktor pelaksanaan IMD dan faktor sosial demografi. 8