TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN BAJA TULANGAN YANG DIPASANG MENYILANG PASCA BAKAR NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG DI BAWAH PADA TULANGAN GESER NASKAH PUBLIKASI

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN TAMBAHAN TULANGAN BAJA MENYILANG PASCA BAKAR DENGAN BERBAGAI VARIASI WAKTU

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA. Naskah Publikasi

PENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

NASKAH PUBLIKASI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : DIKA SETIAWAN NIM : D

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DIPERKUAT DENGAN KAWAT GALVANIS YANG DIPASANG SECARA MENYILANG.

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

ANALISIS KEKUATAN BETON PASCABAKAR DENGAN METODE NUMERIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL SAMBUNGAN DINDING PANEL DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN TAMBAHAN TULANGAN BAJA MENYILANG PASCA BAKAR DENGAN BERBAGAI VARIASI WAKTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beton merupakan material konstruksi yang sangat handal, sehingga

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

REKAYASA TULANGAN SENGKANG VERTIKAL PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PERENCANAAN PLAT LANTAI BETON GRID DENGAN TULANGAN WIRE MESH MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH ABU SEKAM

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA EKSPERIMENTAL KUAT TARIK BELAH BETON PASCA PEMBAKARAN JURNAL TUGAS AKHIR

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN KAWAT YANG DIPASANG SEJAJAR TULANGAN POKOK. Tugas Akhir

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

PEMANFAATAN BETON SERAT ANYAMAN KAWAT SEBAGAI PERKUATAN METODE PREPACKED CONCRETE PADA BALOK BETON BERTULANG (161S)

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN BAJA TULANGAN YANG DIPASANG MENYILANG PASCA BAKAR NASKAH PUBLIKASI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : DONY PURNOMO NIM : D 100 090 072 Kepada : PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN BAJA TULANGAN YANG DIPASANG MENYILANG PASCA BAKAR Dony Purnomo 1),Basuki 2) dan Muhammad Ujianto 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Surakarta 57102. Email : poenomo.1@gmail.com 2), 3) Staf pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Surakarta 57102. ABSTRAK Pelat beton yang telah dibakar akan mengalami kerusakan struktur akibat perubahan komposisi kimia beton, retak, sehingga akan mengakibatkan penurunan kapasitas lentur. Peristiwa kebakaran akan meninggalkan ketakutan akan runtuhnya suatu bangunan akibat tidak dapat diyakini suatu kondisi dimana bangunan tersebut masih aman atau tidak dari sudut kontruksi bangunan. Oleh karena itu tulangan pelat perlu diperkuat dengan menyilang yang bertujuan untuk menambah kekuatan lentur pelat dan mengurangi resiko pertambahan retak memanjang. Perencanaan beton dengan berdasarkan perbandingan antara semen, pasir, dan kerikil adalah 1 :2 : 3 yang menghasilkan f c = 16,26 MPa. Faktor air semen (f.a.s) yang digunakan adalah 0,5. Penelitian ini telah diketahui besarnya kuat lentur pelat pelat beton bertulang dengan penambahan baja tulangan yang dipasang menyilang sebelum dan sesudah dibakar dan perbandingan kuat lentur pelat beton bertulang secara pengujian dengan kuat lentur pelat beton bertulang secara analisis. Dalam penelitian ini,varisasi waktu pembakaran adalah 0, 30, 60, 90, 120 menit. Hasil dari penelitian ini didapatkan momen kapasitas pelat beton bertulang tanpa pembakaran 8,727 kn.m, momen kapasitas pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 30 menit 7,883 kn.m, momen kapasitas pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 60 menit 7,039 kn.m, momen kapasitas pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 90 menit 6,580 kn.m, momen kapasitas pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 120 menit 4,339 kn.m Hasil momen kapasitas secara analitis pelat beton bertulang tanpa pembakaran 10,408 kn.m, momen kapasitas pelat beton dengan pembakaran selama 30 menit 9,120 kn.m, momen kapasitas pelat beton bertulang dengan dengan pembakaran selama 60 menit 6,220 kn.m, momen kapasitas pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 90 menit 5,063 kn.m, momen kapasitas pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 120 menit 2,245 kn.m.. Kata kunci :Momen kapasitas pelat, Pasca bakar, Pelat beton bertulang PENDAHULUAN Beton bertulang banyak diterapkan pada bangunan teknik sipil, misalnya: bangunan gedung, dinding penahan tanah, bendungan, perkerasan jalan dan bangunan teknik sipil lainnya. Beton bertulang pada bangunan gedung terdiri dari beberapa elemen struktur, misalnya tie beam, balok, kolom, pondasi dan pelat Gabungan antara besi dan beton pada beton bertulang, akan menghasilkan material kontruksi yang dapat diandalkan. Bangunan sangat rawan terhadap bahaya kebakaran yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan suhu dalam waktu yang singkat. Beton bertulang tidak terbakar atau tidak menghasilkan titik api tetapi menyimpan panas, sehingga air yang terjebak dalam pori akan menguap. Secara teoritis air menguap pada suhu 100 o C akan tetapi karena terjebak pori, diperkirakan menguap pada suhu 200 o C, hingga pada kondisi ini beton belum terpengaruh kuat tekannya. Pada kondisi kebakaran akan menimbulkan suhu yang tidak terkontrol dan memungkinkan suhu melebihi 200 o C, pada kondisi ini yang akan mempengaruhi kekuatan struktur beton bertulang. Pelat beton yang telah dibakar akan mengalami kerusakan struktur akibat perubahan komposisi kimia beton, retak, sehingga akan mengakibatkan penurunan kapasitas lentur. Peristiwa kebakaran akan meninggalkan ketakutan akan runtuhnya suatu bangunan akibat tidak dapat diyakini suatu kondisi dimana bangunan tersebut masih aman atau tidak dari sudut kontruksi bangunan. Oleh karena itu tulangan pelat akan diperkuat dengan penambahan baja tulangan yang dipasang menyilang yang diharapkan akan memberikan kontribusi yaitu menambah kekuatan lentur pelat dan mengurangi resiko pertambahan panjang retak. Pokok pikiran penelitian ini berorientasi pada pengaruh menyilang pada pelat beton setelah dibakar dengan variasi waktu bakar 0, 30, 60, 90, 120 menit, ditinjau dari kekuatan lenturnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir, semen, krikil, air, tulangan baja. TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah campuran yang terdiri dari semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil/batu pecah)

dan air. Semen berfungsi sebagai bahan pengikat/perekat agregat kasar dan agregat halus yang merupakan komponen utama kekuatan tekan beton, sedangkan air sebagai bahan pembantu reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung.kekuatan, keawetan dan sifat beton yang lain tergantung pada sifatsifat bahan-bahan dasar, nilai perbandingan bahanbahannya, cara pengadukan maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan, dan cara perawatan selama proses pengerasan. Oleh karena itu cara pembuatannya perlu diketahui dengan benar agar sesuai dengan ketersediaan bahan dasarnya di lapangan maupun persyaratan pemakaiannya. Perilaku beton terhadap perubahan suhu sangat dipengaruhi sifat material pembentuk yang tidak menimbulkan titik api, atau tidak dapat terbakar akan tetapi dapat menyerap dan menyimpan panas dalam satuan waktu tertentu Perubahan sifat fisis material pembentuk beton akibat peningkatan suhu pada kejadian kebakaran akan mengakibatkan perubahan sifat mekanis beton, dalam hal ini kuat tekan beton. Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli menunjukan penurunan kuat tekan beton dimulai setelah suhu di atas 200 o C, selanjutnya penurunan sangat drastis setelah suhu di atas 500 o C. Pelat beton bertulang menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur, maka akan terjadi deformasi lentur didalam pelat tersebut. Pada kejadian momen lentur positif, tegangan tekan terjadi pada bagian atas dan regangan tarik terjadi di bagian bawah dari penampang, besarnya kuat lentur beton dari benda uji dihitung dengan rumus: M pengujian = P.L + q.l²......(1) dengan : M = Momen pengujian kuat lentur, (kn.m) P = Beban maksimum, (kn). L q = Jarak antar tumpuan, (mm). = Berat sendiri beton, (kn/mm). Bahan yang dipergunakan sebagai tambahan perkuatan pelat beton yaitu tulangan baja. Fungsi utama dari besi tulangan adalah menahan gaya tarik ( meskipun kuat juga terhadap gaya tekan ) dan mencegah retak beton agar tidak melebar. Besi tulangan ini memperoleh kekuatan dari daya lekat beton, hal ini sangat dipengaruhi perubahan panas, yang sangat dipengaruhi oleh panas jenis dan daya hantar panas besi. Pada penelitian ini baja tulangan yang dipasang menyilang menggunakan baja tulangan dengan ukuran ø 6. Penambahan tulangan baja yang dipasang menyilang ini bertujuan untuk menambah kuat lentur pelat beton dan mngurangi resiko retak yang melebar. LANDASAN TEORI Penampang beton bertulang pada penelitian ini dirancang mengalami keretakan di tengah bentang (pada momen maksimum) dan dihindari adanya keretakan akibat geser dekat tumpuan. Apabila beban bertambah terus, maka retak-retak di tengah bentang bertambah dan retak awal yang sudah terjadi semakin lebar dan semakin panjang menuju sumbu netral penampang. Hal ini bersamaan dengan semakin besarnya lendutan di tengah bentang. Besarnya momen maksimal adalah besarnya momen akibat beban. Pada pelat terjadi keruntuhan di daerah tarik. Besarnya momen maksimal dapat dihitung sebagai berikut : 3a). Momen kapasitas pelat beton tulangan baja dan tulangan baja yang diperkuat dengan kawat secara hasil uji. Pengujian momen maksimal pelat persegi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya momen yang dapat ditahan oleh pelat. Besarnya momen maksimal oleh beban luar pada benda uji dapat diuraikan sebagai berikut : 1 1 2 Mmak =.Pmaks.L +.q. L........(2) 4 8 3b). Momen kapasitas pelat beton tulangan baja secara teoritis. Untuk perhitungan gaya -gaya yang ditimbulkan oleh tulangan baja dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini : As.f y = 0,85.f c. a.b...........(3) a A s.f 0,85.f' y =..........(4) c.b M kap = A s.f y.(d a/2).........(5) dengan : A s = Luas longitudinal tekantulanganbaja, (mm 2 ). f y = Kuattarikbaja, (N). f c = tegangan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, (MPa). a = tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekivalen, (mm) b = lebar penampang pelat, (mm) d = tinggi efektif penampang pelat, (mm) 3c). Momen kapasitas pelat persegi panjang tulangan baja biasa dengan penambahan baja yang dipasang menyilang secara teoritis. Untuk perhitungan gaya-gaya yang ditimbulkan oleh tulangan baja biasa dan kawat dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini : Tulangan tekan baja diabaikan. (As.f y ) + (As bj silng.f bj silang ) = 0,85.f c. a.b......(6) a (A s.f y ) + (As bjslng.fy bjsilng) =...(7) 0,85.f' c.b M kap = ((A s.f y ) + (As bj slng.f y bj slng )).(d a/2).....(8) dengan : A s = Luas longitudinal tekan tulangan baja, (mm 2 ). A sbj slng = Luas longitudinal tekan baja silang, (mm 2 ). f y = Kuat tarik baja, (N). f y bj slng = Kuat tarik baja silang, (N). d s = Jarak tepi beton dengan tulangan pada baris paling dalam, (mm) f c = tegangan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari, (MPa). a = tinggi pelat tegangan beton tekan persegi ekivalen, (mm) b = lebar penampang pelat, (mm) d = tinggi efektif penampang pelat, (mm)

METODE PENELITIAN Desain benda uji baja yang dipasang menyilang tulangan pokok tulangan bagi 50 cm 100 cm Ø 6-1 3 0 m m Ø 8-1 0 0 m m 6 c m 4 c m 1 0 c m 5 0 c m Gambar 1. Pemasangan tulangan pada benda uji pelat. Tahapan Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam 5 tahap yang dijelaskan sebagai berikut: 1. TahapI : Persiapan bahan bahan dan alat alat penelitian. 2. TahapII : Pemeriksaan kualitas bahan bahan penelitian. 3. TahapIII : Penyediaan benda uji a. Perencanaan campuran (mixdesign), pembuatan adukan beton dan sampel pengujian kuat tekan beton berbentuk silinder berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 10 buah b. Pembuatan rangkaian tulangan baja dapat dilihat pada Gambar IV.1 c. Pembuatan sampel pelat beton bertulang dengan menyilang berukuran100 x 50 cm dengan tebal 10 cm tanpa pembakaran sebanyak 2 buah d. Pembuatan sampel pelat beton bertulang dengan menyilang berukuran100 x 50 cm dengan tebal 10 cm dengan pembakaran selama 30 menit sebanyak 2 buah. e. Pembuatan sampel pelat beton bertulang dengan menyilang berukuran100 x 50 cm dengan tebal 10 cm dengan pembakaran selama 60 menit sebanyak 2 buah f. Pembuatan sampel pelat beton bertulang dengan menyilang berukuran100 x 50 cm dengan tebal 10 cm dengan pembakaran selama 90 menit sebanyak 2 buah. g. Pembuatan sampel pelat beton bertulang dengan menyilang berukuran100 x 50 cm dengan tebal 10 cm dengan pembakaran selama 120 menit sebanyak 2 buah 4. TahapIV : Pengujian, meliputi : kuat tekan beton dan kuat lentur pelat beton bertulang sederhana. 5. TahapV : Analisis data dan pembahasan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sesuai dengan berbagai tahap, seperti yang telah dijabarkan dalam tahap -tahap penelitian. Pengujian Kuat Lentur Pelat Beton 1. Hasil pengujian pelat Beton bertulang tanpa pembakaran. Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan, didapatkan momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulangan baja dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Momen kapasitas pelat beton bertulangan baja tanpa pembakaran dari hasil pengujian ( menit) P Q L M uji (kn) (kn/m) (m) (knm) 1 0 37,5 1,19 0,9 8,558 2 0 39 1,19 0,9 8,895 Rata-rata 8,727 2. Hasil Perhitungan secara analisis Pelat Beton Bertulang tanpa pembakaran. Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis, didapatkan berat jenis, momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulangan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Momen kapasitas pelat beton bertulangan baja dari perhitungan secara teoritis b h d s d ø baja ø bj slng f' c f y baja f y bj slng A s baja A s bj slng a M kap (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa) (MPa) (mm 2 ) (mm 2 ) (mm) (kn.m) 1 500 100 40 60 8 6 16,26 524,4 629,9 251,328 182,76 35,724 10,408 2 500 100 40 60 8 6 16,26 524,4 629,9 251,328 182,76 35,724 10,408 3. Hasil pengujian pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 30 menit.berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan, didapatkan momen kapasitas yang terjadi pada Pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 30 menit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Momen kapasitas pelat beton bertulang baja dengan pembakaran selama 30 menit dari hasil pengujian (menit) P q L M uji (kn) (kn/m) (m) (knm) 1 30 35,5 1,19 0,9 8,108 2 30 33,5 1,19 0,9 7,658 Rata-rata = 7,883 4. Hasil perhitungan secara teoritis pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 30 menit. Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis, momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 30 menit dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Momen kapasitas pelat beton bertulangan dengan pembakaran selama 30 menit dari perhitungan secara teoritis b h d s d ø baja ø bj slng f' c f y baja f y bj slng A s baja A s bj slng a M kap (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa) (MPa) (mm 2 ) (mm 2 ) (mm) (kn.m) 1 500 100 40 60 8 6 12,59 524,4 629,9 251,328 182,76 46,16 9,120 2 500 100 40 60 8 6 12,59 524,4 629,9 251,328 182,76 46,16 9,120 5. Hasil pengujian pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 60 menit. Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan, didapatkan momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 60 menit dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Momen kapasitas pelat beton bertulangan dengan pembakaran selama 60 menit dari hasil pengujian P q L M uji (kn) (kn/m) (m) (knm) 1 60 menit 32,5 1,19 0,9 7,433 2 60 menit 29 1,19 0,9 6,65 Rata-rata = 7,039 6. Hasil perhitungan secara teoritis pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 60 menit. Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis, didapatkan momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulangan dengan pembakaran selama 60 menit dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Momen kapasitas pelat beton bertulangan dengan pembakaran selama 60 menit dari perhitungan secara teoritis b h d s d ø baja ø bj slng f' c f y baja f y bj slng A s baja A s bj slng a M kap (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa) (MPa) (mm 2 ) (mm 2 ) (mm) (kn.m) 1 500 100 40 60 8 6 8,35 524,4 629,9 251,328 182,76 69,63 6,22 2 500 100 40 60 8 6 8,35 524,4 629,9 251,328 182,76 69,63 6,22 7. Hasil pengujian pelat beton bertulang dengan pembakran selama 90 menit. Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan, didapatkan momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 90 menit dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Momen kapasitas pelat beton bertulangan dengan pembakaran selama 90 menit dari hasil pengujian (menit) P q L M uji (kn) (kn/m) (m) (knm) 1 90 30 1,19 0,9 6,87 2 90 27,5 1,19 0,9 6,30 Rata-rata = 6,58 8. Hasil perhitungan secara teoritis pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 90 menit. Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis, didapatkan momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulang dengan pembakarans selama 90 menit dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Momen kapasitas pelat beton bertulangan dengan pembakaran selama 90 menit dari perhitungan secara Teoritis b h d s d ø baja ø bj slng f' c f y baja f y bj slng A s baja A s bj slng a M kap (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa) (MPa) (mm 2 ) (mm 2 ) (mm) (kn.m) 1 500 100 40 60 8 6 7,36 524,4 629,9 251,328 182,76 79,01 5,063 2 500 100 40 60 8 6 7,36 524,4 629,9 251,328 182,76 79,01 5,063 9. Hasil pengujian pelat beton bertulang dengan pembakran selama 120 menit. Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan, didapatkan momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 120 menit dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Momen kapasitas pelat beton bertulangan dengan pembakaran selama 120 menit dari hasil pengujian (menit) P q L M uji (kn) (kn/m) (m) (knm) 1 120 20 1,19 0,9 4,620 2 120 17,5 1,19 0,9 4,620 Rata-rata = 4,339 10. Hasil perhitungan secara teoritis pelat beton bertulang dengan pembakaran selama 120 menit. Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis, didapatkan momen kapasitas yang terjadi pada pelat beton bertulang dengan pembakarans selama 120 menit dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Momen kapasitas pelat beton bertulangan dengan pembakaran selama 120 menit dari perhitungan secara Teoritis b h d s d ø baja ø bj slng f' c f y baja f y bj slng A s baja A s bj slng a M kap (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa) (MPa) (mm 2 ) (mm 2 ) (mm) (kn.m) 1 500 100 40 60 8 6 5,8 524,4 629,9 251,328 182,76 100,2 2,445 2 500 100 40 60 8 6 5,8 524,4 629,9 251,328 182,76 100,2 2,445

11. Perbandingan Momen Kapasitas Teori/ Hasil uji tanpa pembakaran. Perbandingan antara momen kapasitas secara pengujian dan momen kapasitas secara teori. Berdasarkan Tabel 1 diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 8,727kN.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh berdasarkan Tabel 2 yaitu sebesar 10,408 kn.m. Ini menunjukan bahwa hasil penelitian perlu untuk dikoreksi karena seharusnya kondisi yang ideal momen teoritis lebih kecil dari momen penelitian. Hal ini bisa terjadi karena adanya kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi saat pelaksanaan pembuatan benda uji maupun pencampuran beton yang kurang homogen karena terlalu banyak 12. Perbandingan Momen Kapasitas Teori/Hasil uji untuk pelat beton dengan pembakaran selama 30 menit. Perbandingan antara momen kapasitas secara pengujian dan momen kapasitas secara teori. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 7,883 kn.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh berdasarkan Tabel 4 yaitu sebesar 9,120 kn.m. Menunjukan bahwa hasil penelitian perlu untuk dikoreksi karena seharusnya kondisi yang ideal momen teoritis lebih kecil dari momen penelitian. Hal ini bisa terjadi karena adanya kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi saat pelaksanaan pembuatan benda uji, seperti pencucian pasir kurang bersih serta ketelitian dalam menimbang agregat dan proses pembakaran benda uji. 13. Perbandingan Momen Kapasitas Teori/Hasil uji untuk pelat beton denga pembakaran selama 60 menit. Perbandingan antara momen kapasitas secara pengujian dan momen kapasitas secara teori. Berdasarkan Tabel 5 diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 7,039 kn.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh berdasarkan Tabel 6 yaitu sebesar 6,22 kn.m 14. Perbandingan Momen Kapasitas Teori/ Hasil uji untuk pelat beton dengan pembakaran selama 90 menit. Perbandingan antara momen kapasitas secara pengujian dan momen kapasitas secara teori. Berdasarkan Tabel 7 diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 6,58 kn.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh berdasarkan Tabel 8 yaitu sebesar 5,063 kn.m 15. Perbandingan Momen Kapasitas Teori/ Hasil uji untuk pelat beton denga pembakaran selama 120 menit. Perbandingan antara momen kapasitas secara pengujian dan momen kapasitas secara teori. Berdasarkan Tabel 9 diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 4,339 kn.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh berdasarkan Tabel 10 yaitu sebesar 2,245 kn.m. Menunjukan bahwa hasil penelitian perlu untuk dikoreksi karena seharusnya kondisi yang ideal momen teoritis dan momen penelitian perbedaan tidak terlalu jauh. Hal ini bisa terjadi karena adanya kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi saat pelaksanaan pembuatan benda uji, seperti proses pembakaran benda uji dan saat proses pengujian 16. Tabel momen kapasitas pelat beton bertulang dengan menyilang dengan pembakaran selama 0, 30, 60, 90, 120 menit secara pengujian dan teoritis. Tabel 11. Momen kapasitas pelat beton secara pengujian laboratorium dan teoritis ( menit ) M kap.uji rata- rata (kn.m) M kap.teori rata- rata (kn.m) Penurunan M kap terhadap pelat tanpa pembakaran ( % ) uji teori 1 0 8,727 10,408 - - 2 30 7.883 9,120 9,67 % 27,86 % 3 60 7,039 6,220 19,34 % 40,23 % 4 90 6,580 5,063 33,53 % 51,35 % 5 120 4,339 2,245 50,28 % 78,43 %

17. Grafik perbandingan antara momen kapasitas pengujian antara pelat bertulang tanpa bakar dengan variasi waktu bakar. Momen Kapasitas (kn.m) 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Perbandingan Pelat rmal dengan Pelat yang di Bakar 8.81 8.81 8.81 8.81 7.88 rmal 7.04 6.59 4.34 0 menit vs 30 menit 0 menit vs 60 menit 0 menit vs 90 menit 0 menit vs 120 menit Variasi ( menit ) Variasi Grafik 1. Hubungan perbandingan momen kapasitas pelat tanpa bakar dengan variasi waktu bakar 18. Momen Kapasitas beton semakin menurun sejalan dengan penambahan suhunya. Ini dikarenakan penambahan suhu terhadap beton sangat berpengaruh terhadap momen kapasitas dan porositas beton Penurunan Momen kapasitas di sebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1. Terjebaknya uap air dalam pori beton sehingga menyebabkan adanya tekanan dari dalam beton. Semakin lama dibakar, seiring dengan bertambahnya temperature, maka semakin tinggi pula tekanan dari dalam. Tekanan inilah yang menyebakan terjadinya explosive spalling ( rompal disertai ledakan ) 2. Terjadinya reaksi friksi antara material penyusun beton akibat perbedaan koefisien muai thermal yang cukup besar. Jika perbedaan koefisien muai agregat dan pasta semen terlalu besar maka apabila terjadi perubahan suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan sehingga dapat melepaskan lekatan antara agregat dan pasta, akibatnya beton akan mudah retak dan momen kapasitasnya juga akan berkurang KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Besarnya kuat lentur pelat berdasarkan hasil pengujian. Kuat lentur pelat beton bertulang dengan menyilang tanpa pembakaran sebesar 8,727 kn.m. Kuat lentur pelat beton bertulang dengan menyilang dengan pembakaran selama 30 menit sebesar 7,883 kn.m mengalami penurunan sebesar 9,6 % dari pelat beton dengan menyilang tanpa pembakaran. Kuat lentur pelat beton bertulang dengan menyilang dengan pembakaran selama 60 menit sebesar 7,039 kn.m mengalami penurunan sebesar 19,3 % dari pelat beton dengan menyilang tanpa pembakaran. Kuat lentur pelat beton bertulang dengan menyilang dengan pembakaran selama 90 menit sebesar 6,589 kn.m mengalami penurunan sebesar 24,4 % dari pelat beton dengan menyilang tanpa pembakaran Kuat lentur pelat beton bertulang dengan menyilang dengan pembakaran selama 120 menit sebesar 4,339 kn.m mengalami penurunan sebesar 50,28 % dari pelat beton dengan menyilang tanpa pembakaran. 2. Perbandingan momen lentur pengujian dengan momen lentur analitis.

Hasil pengujian dan perhitungan pelat beton bertulang yang dipasang baja tulangan menyilang tanpa pembakaran diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 8,727 kn.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh sebesar 10,408 kn.m Hasil pengujian dan perhitungan pelat beton bertulang yang dipasang baja tulangan menyilang dengan pembakaran selama 30 menit diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 7,883 kn.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh sebesar 9,120 kn.m. Hasil pengujian dan perhitungan pelat beton bertulang yang dipasang baja tulangan menyilang dengan pembakaran selama 60 menit diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 7,039 kn.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh sebesar 6,22 kn.m Hasil pengujian dan perhitungan pelat beton bertulang yang dipasang baja tulangan menyilang dengan pembakaran selama 90 menit diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 6,58 kn.m sedangkan M kap.teori rata-rata diperoleh sebesar 5,063 kn.m DepartDepartemen Pekerjaan Umum, 1982. Persyaratan Umum Hasil pengujian dan perhitungan pelat beton Bahan Bangunan di Indonesia, Depatemen bertulang yang dipasang baja tulangan menyilang Pekerjaan Umum, Jakarta. dengan pembakaran selama 30 menit diperoleh M kap.uji rata- rata sebesar 4,339 kn.m sedangkan Mulyono, T., 2005.Teknologi Beton, C.V. Andi Offset, M kap.teori rata-rata diperoleh sebesar 2,245 kn.m. Yogyakarta. Saran saran Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Pencampuran agregat sebaiknya dilakukan lebih teliti agar beton yang dihasilkan sesuai yang diharapkan. 2. f c seharunya sesuai dengan yang direncanakan semula 3. Perlu dilakukan uji tarik tulangan baja dengan 5. Jumlah benda uji ditambah untuk memperoleh hasil yang bervariasi 6. Penelitian serupa perlu dikembangkan pada mutu yang bervariasi dan dimensi pelat.. DAFTAR PUSTAKA Asroni, A., 1997. Struktur Beton I (Balok dan Plat Beton Bertulang), Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Asroni, A.,2001.Struktur Beton Lanjut, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Departemen Pekerjaan Umum, 1971. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Murdock, L.J dan Brook, K.M. 1991. Bahan dan Praktek Beton (diterjemahkan oleh Stepanus Hendarko).Erlangga. Jakarata. Setiawan., 2001.Kajian Kuat Tarik Langsung Beton Ringan Metakaloin Berserat Almunium Pasca Bakar. Skripsi Universitas Sebelas Maret, Surakarta. pengaruh pembakaran sehingga didapatkan data yang Sirait, Koresj., 2003.Kajian Perilaku Beton Bertulang Pasca lebih valid Bakar, Tesis Universitas Sumatera Utara, 4. Metode perencanaan campuran beton sebaiknya Medan. menggunakan metode yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SK.SNI.T-15-1990-03). Tjokrodimulyo, K., 1996, Teknologi Beton, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.