A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produk dengan kualitas-kualitas yang lebih baik. Untuk memenuhi. sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pelajar di negeri ini. Fenomena mencontek, tawuran antar pelajar, orang tuanya juga semakin memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak. memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal sholeh)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Manusia moderen seharusnya mampu memadukan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. karakter agar terwujud mahasiswa yang berkarakter, berbudaya dan

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan pendahuluan penelitian yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa perkembangan dimana merupakan fase yang sangat penting dalam rentang kehidupan karena pada masa ini banyak hal yang terjadi. Masa ini dikenal sebagai masa peralihan, perubahan, usia yang bermasalah, masa pencarian identitas, masa tidak realistik dan masa ambang dewasa. Dengan melihat keadaan sekarang ini,tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang kriminalitas yang dilakukan oleh siswa-siswa seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Siswa sekolah yang melakukan tawuran (perkelahian antar remaja) yang tidak sedikit menimbulkan korban, pergaulan yang menimbulkan seks bebas dikalangan pelajar yang dapat merusak moral. Wabsite Koran harian Kompas pada tanggal 27 September 2012 menunjukkan "Tercatat sepanjang tahun 2012, telah terjadi perkelahian pelajar sebanyak sebelas kali. Dari sebelas kejadian, ada 5 korban jiwa," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Kamis (27/9/12) di Mapolda Metro Jaya. Tahun lalu jumlah korban jiwa sebanyak lima orang. Hal diatas menambah panjang deretan kekerasan yang terjadi dikalangan antarpelajar, tidak sedikit pelajar yang terlibat kekerasan antar pelajar tersebut. Padahal kekerasan dan kericuhan yang terjadi memiliki dampak yang sangat tidak baik bagi pelajar itu sendiri, lingkungan sekitarnya dan juga memberikan image negatif bagi sekolah. Website Okezone.com pada tanggal 28 maret 2013 menunjukkan. Gerakan moral Jangan Bugil di Depan Kamera (JBDK) mencatat adanya 1

2 peningkatan secara signifikan peredaran video porno yang dibuat oleh anakanak dan remaja di Indonesia. Jika pada tahun 2007 tercatat ada 500 jenis video porno asli produksi dalam negeri, maka pada pertengahan 2010 jumlah tersebut melonjak menjadi 800 jenis. Fakta paling memprihatinkan dari fenomena di atas adalah kenyataan bahwa sekitar 90 persen dari video tersebut, pemerannya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Sesuai dengan data penelitan yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Watak tidak bermoral yang kian marak di negeri ini, sudah saatnya siswa-siswa mengakhirinya dengan menumbuhkan prinsip-prinsip ajaran Ilahi, akal pikiran, dan moral yang dijunjung tinggi agar siswa dapat meneruskan eksistensinya sebagai generasi harapan bangsa. Sepanjang rentang hidupnya seorang individu atau remaja memiliki sejumlah tugastugas perkembangan yang harus terselesaikan pada setiap tahapannya untuk menghindari berbagai hambatan atau permasalahan dalam diri individu tersebut. Dalam upaya mewujudkan manusia yang seutuhnya atau sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, diperlukan upaya-upaya konkrit secara maksimal. Salah satu diantaranya adalah pendidikan melalui pambinaan dan peningkatan moral siswa. Setiap orang berhak mandapatkan pendidikan sesuai usianya sebagai kebutuhan hidup dimasa depannya. Kebutuhan pendidikan setiap orang berbeda-beda karena setiap orang memiliki bakat, minat, dan kemampuannya di bidang yang berbeda-beda serta tingkat yang berbeda pula. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, diperlukan pelayanan pendidikan yang optimal sehingga mencapai hasil yang maksimal. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

3 Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Penyelenggaraan pendidikan disekolah dilakukan melalui proses belajar mengajar. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada saat ini mempengaruhi cara pandang masyarakat dan orang tua siswa dalam memberikan aprisiasi terhadap proses yang dijalankan oleh lembaga pendidikan secara cepat dan akurat, sejak dari sistem, layanan, metode pembelajaran serta dampak hiden kurikulum yang muncul dalam perilaku siswa. Dengan demikian pentingnya menanamkan kecerdasan Spiritual sebagai acuan dari agama dapat mempermudah siswa dalam memahami makna dari nilai dalam kehidupan ini. Seperti yang dikemukakan Ian Marshall dan Dana Zohar ( 2002:10) bahwa siswa yang memiliki kemampuan bersikap dapat melepaskan diri dari pengaruh budaya masyarakat modern. Menurut Ari Ginanjar (2001:44) bahwa kecerdasan spiritual adalah upaya menjernihkan hati agar bersih dari belenggu paradikma dan prasangka yang salah satu upayamemunculkan fitnah manusia. Lain halnya yang dikemukakan oleh Dana Zohar Marshall dalam Ari Ginanjar (2001 :46) mengemukakan bahwa, kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadap persoalan makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku hidup kita dalam konteks makna yang lebih luasdan kaya, Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

4 kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik kenyataan apa adanya. Kecerdasan ini lebih berusaha pada pencerahan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinyasecara utuh. Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau nilai-nilai masyarakat yang ada, tetapi menciptakan untuk memiliki dasardasar spiritual, sehingga siswa secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan dan kekhawatiran. Dengan demikian kecerdasan spiritual (Spiritual Quatien) tampaknya merupakan jawaban terhadap kondisi semacam itu. Seseorang dalam membangun dasar kecerdasan spiritualnya harus berdasarkan rukun iman dan lima rukun Islam. Walaupun kecerdasan spiritual berasaskan agama Islam, ini tidak berarti kecerdasan spiritual hanya ditunjukkan secara eksklusif untuk individu Islam saja, tapi kecerdasan spiritual adalah untuk semua tanpa melihat agama atau bangsa. Kecerdasan spiritual juga merupakan suatu usaha yang telah dapat menghubungkan agar siswa bermoral. Jadi siswa harus dididik untuk mempunyai beberapa kecerdasan dalam dirinya sebelum tumbuh menjadi siswa yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai moral ditanamkan dalam diri siswa sedini mungkin. Jadi dalam upaya pembinaan moral dilakukan untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam rangka mengembangkan kualitas manusia tentang pemahaman dan nilai-nilai yang buruk dan baik melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang pelaksanaannya berkesinambungan sehingga siswa tumbuh menjadi yang berahklaq, bermoral, beretika dan berbudi pekerti. Berbagai layanan pendidikan dan motede pendekatan yang efektif, secara terencana dan terus-menerus diusahakan oleh para guru, pembina dan seluruh element yang terlibat dalam peroses pendidikan dan pengajaran, agar menghasilkan output siswa yang berprestasi sesuai dengan visi lembaga yang dicanangkan. Salah satu program yang ada di Indonesia adalah Sekolah Berasrama. Sekolah Berasrama adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta didik, para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada

5 dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya. Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan optimal. Perkembangan sekolah berasrama saat ini tidak hanya sebatas dalam bentuk pondok pesantren atau berbasis agama Islam saja, namun juga sudah memulai memadukan unsur lain, seperti pendidikan umum dan pendidikan kedisiplinan. Beberapa lembaga pendidikan berbasis agama (selain Islam) yang menerapkan sekolah berasrama pun mulai bermunculan. Ada juga sekolah berasrama yang berbasis nasionalis, yang mencoba memindahkan pola pendidikan kedisiplinan di militer kedalam pendidikan di sekolah berasrama. Selain itu berkembang juga sekolah berasrama yang bersifat umum, yang siswanya berasal dari berbagai kalangan. Saat ini semakin banyak sekolah yang menggunakan sistem sekolah berasrama. Salah satunya Pesantren Daarut Tauhiid Bandung yang dikembangkan oleh K.H Abdullah Gymnastiar yaitu Sekolah Menengah Pertama, Di sekolah para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional. Untuk menjawab kemajuan jaman, sekolah-sekolah dengan sistem sekolah berasraman telah merancang kurikulumnya dengan orientasi kebutuhan masa depan. Kurikulum yang disajikan kepada para siswa pun sedikit berbeda di banding sekolah lainnya. Sekolah Menengah Pertama Daarut Tauhiid Boarding School memiliki banyak keunggulan, antara lain menyediakan program pendidikan komprehensif yang menyentuh berbagai aspek perkembangan siswa didik, keberadaan fasilitas yang lengkap, keberadaan guru-guru yang berkualitas yang umumnya tidak hanya berfungsi sebagai pengajar di kelas, lingkungan yang kondusif untuk siswa, keberadaan siswa yang heterogen dan jaminan

6 keamanan dan kualitas. Latar belakang siswa yang berasal dari berbagai daerah dengan kodisi sosial budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam berkontribusi bagi siswa untuk membangun wawasan nasional dan juga siswa terbiasa berinteraksi dengan temantemannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk lebih menghargai perbedaan. Kehidupan di sekolah dikenal dengan kepatuhan dan kemandirian siswanya yang dapat tercermin dari kemampuan siswa untuk mandiri tidak hanya secara emosi melainkan juga melainkan juga tingkah laku dan nilai dalam membangun pandangan hidup. Di sekolah siswa diajarkan untuk memiliki disiplin dan kesadaran diri dalam melakukan kegiatan apa pun, sehingga nantinya mereka dapat memahami manfaat dari apa yang telah mereka lakukan. Kemandirian di sekolah meliputi kemandirian dari segi pribadi dan kemandirian dari segi sosial, bergaul dengan teman-temannya secara baik dengan tidak membeda-bedakan antara teman satu dengan teman yang lain, selalu berpikir positif tidak terlalu berburuk sangka, saling bekerja sama dan tolong menolong dalam kebaikan. Selain itu juga terlihat dari aturan-aturan yang dibuat untuk menunjang terciptanya kepatuhan dan kemandirian siswa dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari, walaupun tetap saja semua itu kembali kepada kepribadian masing-masing siswa dan kecerdasan emosi yang dimilikinya. Budaya disiplin dan mandiri ini juga diharapkan mampu menimbulkan jiwa kepemimpinan siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi di atas, maka peneliti merumuskan judul penelitian HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEKOLAH BERASRAMA DENGAN PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA (Studi Deskriptif Korelasional terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung).

7 B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah yang dipaparkan, rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengemembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding school Bandung?. Adapun rumusan masalah secara khusus yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?; 2. Bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?; 3. Apakah terdapat hubungan yang posistif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung?. C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School. 2. Memperoleh data pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui kegiatan pembelajaran sekolah berasrama di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung. 3. Mengetahui apakah terdapat hubungan yang posistif dan signifikan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan

8 pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang hubungan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan perkembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Taauhiid Boarding School Bandung diharapkan dapat memberikan manfaat positif, diantaranya: 1. Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dalam pengembangan dan evaluasi yang dianggap positif untuk perbaikan kegiatan pembelajaran; 2. Praktis a. Lembaga yang diteliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi posotif kepada lembaga diantaranya dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada orang tua, konselor dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa untuk menggali serta mengambangkan kecerdasan spiritual yang dimilikinya. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan evaluasi yang dianggap positif untuk melakukan peningkatan dan perbaikan berbagai upaya untuk menumbuh kembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Bandung, diantaranya dengan : 1) Pengenalan dan pemahaman siswa tentang Kecerdasan Spiritual melalui pembinaan oleh Guru, baik guru di sekolah atau di asrama; 2) Mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan Kecerdasan Spiritual siswa.

9 b. Jurusan Kurikulum dan Teknologi pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi mengenai hubungan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Daarut Tauhiid Boarding School. Hal ini juga menjadi bagian dari kawasan teknologi pendidikan, yakni kawasan implementasi; c. Peneliti Memberikan gambaran dan wawasan pengetahuan yang lebih dalam serta menjawab rasa keingintahuan peneliti mengenai Hubungan antara pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah berasrama dengan pengembangan kecerdasan spitiual siswa di SMP Daarrut Tauhiid Boarding School Bandung.