ARTIKEL PENELITIAN EXERCISE RINGAN MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI Rina Loriana 1), Ismansyah 1) 1) Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim, Jl. Wolter Monginsidi Samarinda Email : rinaloriana@yahoo.com Abstract This study is very helpful aerobic exercise against blood pressure in people with hypertension. This study used pre group and post randomized block design. The number of samples in this study were 30 respondents. Pre test performed before aerobic exercise. Intervention was administered for 10 weeks and then performed post test. Data were analyzed by using Wilcoxon test. The result showed that the average systolic blood pressure dropped after 10 weeks aerobic exercise was 10,71% with mean of sistol blood pressure drop 17 mmhg with p value = 0.000 <0,05, mean the decrease of diastole blood pressure equal to 9,31% With mean diastole blood pressure 9 mmhg with p value = 0.000 <0,05. Aerobic exercise can lower blood pressure sistole and diastole in people with hypertension done regularly. Keywords: exercise, hypertension Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh exercise aerobic terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan randomise pre and post test group design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Pre test dilakukan sebelum diberikan exercise aerobic. Intervensi diberikan selama 10 minggukemudian dilakukan post test. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Dari hasil penelitian didapatkan rerata penurunan tekanan darah sistole setelah diberikan exercise aerobic selama 10 minggu sebesar 10,71% dengan rerata penurunan tekanan darah sistole 17 mmhg dengan nilai p=0,000< 0,05, sedangkan rerata penurunan tekanan darah diastole sebesar 9,31% dengan rerata penurunan tekanan darah diastole 9 mmhg dengan nilai p=0,000< 0,05. Exercise aerobic dapat menurunkan tekanan darah sistole dan diastole pada penderita hipertensi apabila dilakukan secara teratur. Kata Kunci: exercise, hipertensi 1
PENDAHULUAN Pada tahun 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang di dunia yang menderita hipertensi. Data Global Status Report Noncommunicable Disease 2010 WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju berkisar 35%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika sebanyak 35%, 36% terjadi pada orang dewasa (Candra, 2013). Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Tahun 2007 jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Menurut penelitian Darmoyo (2005), didapatkan bahwa antara 1,8%- 28,6% penduduk dewasa adalah menderita hipertensi dengan rata-rata usia antara 35-65 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya aktivitas fisik, berat badan lebih, gangguan dari perubahan hormonal serta faktor genetika, serta kurangnya pengetahuan penderita hipertensi dan keluarga tentang pencegahan, penanganan dan perawatan dengan baik dan benar (Yudini, 2006). Canadian Society for Exercise Physiology (1998), dalam physical activity guide menyebutkan bahwa untuk menjaga tubuh tetap sehat diperlukan aktifitas fisik seperti berjalan kaki selama 60 menit per hari. Sedangkan untuk aktifitas fisik yang lebih berat,seperti bersepeda atau 2
berenang diperlukan waktu 30-60 menit 4 kali seminggu. Apabila seseorang melakukan olahraga aerobic atau jogging maka diperlukan waktu 20-30 menit. Namun, aktifitas ini harus dilakukan secara bertahap dan teratur untuk mencapai hasil yang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Sohn, Hasnain dan Sinakore (2007), yangmenemukan efek positif jalan terhadap penurunan tekanan darah. Efek positif itu berupa prosentase penurunan tekanan darah yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yaitu 9,0% berbanding dengan 2,33% pada kelompok kontrol. Efek positif tersebut diperoleh setelah latihan jalan selama 30 menit setiap hari selama 6 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum pemberian exercise dan setelah pemberian exercise pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas bengkuring. Penelitian ini sangat bermanfaat dalam pelayanan pasien untuk mengatasi pasien dengan hipertensi sebagai kategori tindakan yang berkontribusi untuk menyelesaikan permasalahan pasien dengan hipertensi non farmakologi. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengatasi masalah pasien dengan hipertensi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain penelitian menggunakan metode eksprimen semu (quasi experiment) dengan rancangan one group pretest and posttest (Natoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang terdaftar di Puskesmas Bengkuring. Besar sampel ditentukan dengan cara mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (total sampling) sesuai kriteria inklusi sebanyak 30 orang. Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Bengkuring Samarinda pada bulan Agustus s.d Oktober 2016. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian untuk melihat distribusi frekuensi. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan. Uji berpasangan digunakan untuk melihat signifikansi dari masing-masing kelompok perlakuan pada pengukuran pre test dibandingkan dengan post test. Uji berpasangan untuk distribusi data yang normal menggunakan uji Paired T- Test. 3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Bengkuring Samarinda Karakteristik n % N Jenis Kelamin 30 Laki-laki 12 40 Perempuan 18 60 Umur (Tahun) 30 45-59 14 46,7 60-74 16 53,3 Pendidikan Terakhir 30 SD 8 26,7 SMP 12 40,0 SMA/ SMK 10 33,3 Sumber: Analisis data primer, 2016 Tabel di atas menunjukkan data deskriptif karakteristik responden yang mencakup jenis kelamin, umur, dan pendidikan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh sebagian besar perempuan yaitu sebanyak 60% dari 30 responden. Karakteristik responden berdasarkan umur diperoleh sebagian besar responden berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 53,3% dari 30 responden. Sedangkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir diperoleh hampir setengah responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP yaitu sebesar 40% dari 30 responden. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah di Puskesmas Bengkuring Samarinda Pre Test Post Test Tekanan Darah n % n % Pre Hipertensi 0 0 5 16,7 Hipertensi Grade 1 7 23,3 22 73,3 Hipertensi Grade 2 23 76,7 3 10 Total 30 100 30 100 Sumber: Analisis data primer, 2016 Tabel di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tekanan darah di Puskesmas Bengkuring Samarinda. Hasil uji statistik menunjukkan tekanan darah responden pada pre test sebagian besar mengalami hipertensi grade 2 yaitu sebesar 76,7%, sedangkan setelah diberikan intervensi exercise aerobic selama 10 minggutekanan darah responden sebagian besar mengalami penurunan menjadi hipertensi grade 1 yaitu sebesar 73,3% dari 30 responden. 4
Tabel 3 Uji Beda Rerata Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberikan Exercise Aerobic Pre test Post test % z Sistole 158,67±1 141,67±1 10,7-1,366 1,769 4,312 Diastole 96,67±8, 87,67±5, 9,31-023 683 4,540 Sumber : Analisis data primer, 2016 Tabel di atas menunjukkan rerata penurunan tekanan darah responden setelah diberikan exercise aerobic selama 1 bulan. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai p =0,000< 0,05 dan rerata tekanan darah sistole sebelum diberikan exercise aerobic sebesar 158,67 mmhg dengan standar deviasi 11,366 sedangkan setelah diberikan intervensi exercise aerobic rerata tekanan darah sistole menunrun menjadi 141,67 mmhg dengan standar deviasi 11,769. Persentase rerata penurunan tekanan darah sistole sebesar 10,71%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistole secara signifikan setelah diberikan intervensi exercise aerobic. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan rerata penurunan tekanan darah diastole di mana didapatkan nilai p =0,000< 0,05 dan rerata tekanan darah diastole sebelum diberikan exercise aerobic sebesar 96,67 mmhg dengan standar deviasi 8,023 sedangkan setelah p diberikan intervensi exercise aerobic rerata tekanan darah diastole menunrun 0,000 menjadi 87,67 mmhg dengan standar 0,000 deviasi 5,683. Persentase rerata penurunan tekanan darah diastole sebesar 9,31 %. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah diastole secara signifikan setelah diberikan intervensi exercise aerobic. Tabel tersebut menunjukkan rerata penurunan tekanan darah responden setelah diberikan exercise aerobic selama 10 minggu. Dari hasil uji Wilcoxon didapatkan rerata persentase penurunan tekanan darah sistole setelah diberikan intervensi exercise aerobic sebesar 10,71% sedangkan persentase rerata penurunan pada tekanan darah diastole sebesar 9,31%. Penurunan tekanan darah baik sistole maupun diastole disebabkan karena exercise aerobic bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi (Getchel B., 1976) sehingga menurunkan resiko 5
terjadinya hipertensi (Hernelahti M, Levalahti E, Simonen RL, et al., 2004). Senam aerobik juga dapat merilekskan pembuluh-pembuluh darah penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat aktivitas memompa jantung berkurang. Otot jantung pada orang yang rutin berolahraga sangat kuat, maka otot jantung dari individu yang rajin berolahraga berkontraksi lebih sedikit dari pada otot jantung orang yang jarang berolahraga untuk memompakan volume darah yang sama. Karena latihan aktivitas fisik senam aerobik dapat menyebabkan penurunan denyut jantung maka akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah. Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik (Harber, 2009). Saat melakukan aktivitas aerobik, tekanan darah akan naik Sebaliknya, segera setelah latihan aerobik selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30-120 menit. Apabila olahraga aerobic dilakukan berulang-ulang dan teratur, lama-kelamaan penurunan tekanan darah tadi berlangsung lebih lama. Itulah sebabnya latihan olahraga berupa aerobic secara teratur akan menurunkan tekanan darah. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya detak jantung sebagai kompensasi dari meningkatnya kebutuhan nutrisi dan oksigen jaringan, selain itu juga terjadi peningkatan volume sekuncup jantung. Penelitian yang dilakukan oleh Claire et al pada tahun 2011 mengatakan bahwa volume sekuncup jantung saat berjalan dengan kecepatan 4 km/jam berkisar 65 ml/denyut dan dapat meningkat menjadi 120 ml/denyut saat reponden berlari dengan kecepatan 14 km/jam. Peningkatan tekanan darah juga terjadi karena peningkatan peningktan volume sekuncup yang diakibatkan oleh meningkatnya aliran balik vena karena adanya peningkatan pompa otot skelet selam melakukan olah raga. Saat olah raga pembuluh darah juga lebih cenderung megalami vasodilatasi karena adanya penurunan tahanan perifer total saat sedang olah raga. SIMPULAN Terjadi penurunan tekanan darah sistole setelah diberikan exercise aerobic selama 10 minggu sebesar 10,71% dengan rerata penurunan 6
tekanan darah sistole 17 mmhg dengan nilai p=0,000< 0,05. Terjadi penurunan tekanan darah diastole setelah diberikan exercise aerobic selama 10 minggu sebesar 9,31% dengan rerata penurunan tekanan darah diastole 9 mmhg dengan nilai p=0,000<0,05. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya Puskesmas Bengkuring Samarinda memberikan exercise aerobic sebagai alternatif terapi non farmakologi bagi penderita hipertensi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Poltekkes Kemenkes Kaltim yang telah memberikan dana untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Bompa, Tudor. O. (1994). Power Training For Sport. Canada: Mocaic Press. Claire, B, 2011. Cardiovascular Response To Acute Excercise. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 31-2 Depkes RI.(2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Djoko.(2004). Pedoman praktis berolahraga. Yogyakarta: Andi Offset. Getchel B. Physical fitness, 2 nd ed. Canada: John Wiley and Sons. Inc, 1979. p. 10. Harber, P.M., & Scoot, T. (2009). Aerobic exercise training improves whole muscle and single Myofiber size and function in older woman. Journal Physical Regular Integral Company Physical, Hayens, B., et. al., (2003). Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka dan Intimedia. Hernelahti M, Levalahti E, Simonen RL, Kaprio J, Kujala UM, Uusitalo-Koskinen ALT, et al. Relative roles of heredity and physical activity in adolescence and adulthood on blood pressure. J Appl Physiol, 2004; 97. pp. 1046-52. Hidayat.A.A.A.(2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2006). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking for Collaborative Care Edisi ke-5. St. Louis: Elsevier Inc. Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Menelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Notoadmodjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinekacipta. Palmer, Anna.(2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga. Price,S.A.,dan L.M.Wilson.(2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6.Jakarta: EGC. Sumosardjuno, Sadoso. (1995). Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.2. Jakarta: EGC. 7
Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta:Intisari Mediatama. 8