Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Copperized-AISI 1006

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Fasa Dan Kekerasan Copperized-AISI 1006

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

Pengaruh Temperatur dan Waktu Tahan Aging Presipitasi Hardening terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Paduan Mg-6Zn-1Y

Perilaku Mekanik Tembaga Fosfor C1220T-OL Pada Proses Annealing dan Normalizing

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS

PEMBUATAN MATERIAL DUAL PHASE DARI KOMPOSISI KIMIA HASIL PELEBURAN ANTARA SCALING BAJA DAN BESI LATERIT KADAR NI RENDAH YANG DIPADU DENGAN UNSUR SIC

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

METALURGI Available online at

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni

Gambar 1. Standar Friction wedge

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

STUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA TURNING PROCESS TERHADAP KEKERASAN DAN KEDALAMAN PENGERASAN BAJA AISI

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

Pengaruh Solution treatment Singkat pada Paduan Al-Si-Mg : Sebuah Studi Awal

Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Aluminium A356.2 dengan Penambahan Manganese (Mn) dan Perlakuan Panas T6

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PROSES NITRIDASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN FCD 700 DENGAN MEDIA NITRIDASI UREA

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON ST 40 DENGAN METODE NITRIDASI DALAM LARURATAN KALIUM NITRAT

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

Journal of Mechanical Engineering Learning

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

ANALISA UKURAN BUTIR FERIT DAN LAJU KOROSI BAJA HSLA %Nb SETELAH CANAI PANAS SKRIPSI

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

EFFECT OF HEAT TREATMENT TEMPERATURE ON THE FORMATION OF DUAL PHASE STEEL AISI 1005 HARDNESS AND FLEXURE STRENGTH CHARACTERISTICS OF MATERIALS

ANALISA KEGAGALAN U FIRE TUBE HEATER TREATER SANTAN TERMINAL CHEVRON INDONESIA COMPANY

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

BAB IV HASIL PENELITIAN

EFFECT OF AGING AND HARDENING NITROKARBURISASI STAINLESS STEEL TYPE PRESPITASI ASSAB CORRAX. Eko Hadi Prasetio, Drs. Syahbuddin, MSc. Ph.

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

KARAKTETRISASI SIFAT MEKANIK DAN PEMBENTUKAN FASA PRESIPITAT PADA ALUMINIUM ALLOY 2024 T 81 AKIBAT PERLAKUAN PENUAAN

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Pengaruh Penambahan Yttrium Terhadap Struktur Mikro, Sifat Mekanik Dan Ketahanan Termal Pada Paduan Mg-6Zn Sebagai Aplikasi Engine Block

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PENGARUH TEMPERATUR PADA PEMBENTUKAN BAJA KARBON RENDAH ASTM A36 UNTUK APLIKASI HANGER ROD

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

Karakterisasi Sifat Mekanik Paduan Aluminium AA. 319-T 6 Akibat Pengaruh Waktu Tahan Pada Proses Precipitation Hardening

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Transkripsi:

Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Copperized-AISI 1006 Sutarsis 1,*, Widia Anggia Vicky 1,*, dan Hariyati Purwaningsih 1 1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jalan Raya ITS Kampus Sukolilo 60111, Indonesia *Penulis utama. Alamat email: sutarsis@mat-eng.its.ac.id ; anggiapiki@gmail.com ABSTRAK Sebagai salah satu unsur paduan yang digunakan pada baja karbon rendah, tembaga dapat meningkatkan kekuatan tanpa menurunkan keuletan secara signifikan. Tembaga meningkatkan kekuatan pada baja dengan mekanisme penguatan secara precipitation hardening. Pemaduan tembaga dan baja AISI 1006 pada penelitian ini dilakukan dengan mencelupkan baja AISI 1006 yang telah di-pre-heat ke dalam tembaga cair. Selanjutnya dilakukan precipitation hardening dengan variasi pada temperatur solution treatment dan aging. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa temperatur solution treatment dan aging tidak mempengaruhi fasa yang terbentuk pada copperized-aisi 1006, yaitu tetap berupa α-ferit. Kenaikan temperatur solution treatment sebanding dengan kenaikan diameter ratarata butir copperized-aisi 1006 yang berpengaruh terhadap turunnya nilai kekerasan. Sementara itu, temperatur aging 450 o C menghasilkan diameter butir rata-rata paling kecil dibanding temperatur aging yang lain, yaitu sebesar 49,23 μm dan 50,26 μm untuk sampel yang sebelumnya di-solution treatment 800 dan 900 o C. Sebagai akibatnya, copperized-aisi 1006 dengan temperatur aging 450 o C menghasilkan kekerasan tertinggi dibanding temperatur aging yang lain, yaitu 119, 47 VHN dan 115,75 VHN untuk sampel yang sebelumnya di-solution treatment 800 dan 90 0 o C. Kata kunci: copperizing, solution treatment, aging, struktur mikro, kekerasan Diterima 28 April 2016 Direvisi 4 September 2016 Disetujui 29 September 2016 Tersedia online 20 Juni 2017 Kutip artikel ini sebagai berikut: Sutarsis, W.A. Vicky, H. Purwaningsih, Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Copperized-AISI 1006, J. Matem. Sains, 2017, 22, 24-29. PENDAHULUAN Pada saat ini tembaga menjadi salah satu material yang berkembang pesat dan banyak digunakan sebagai logam berat non-ferrous [1]. Tembaga banyak digunakan karena memiliki konduktivitas listrik dan panas yang baik, ketahanan korosi yang baik, mudah difabrikasi, serta memiliki kekuatan dan ketahanan fatigue yang baik [2]. Pada umumnya tembaga dipadukan dengan timah, sehingga didapat paduan yang kita kenal sebagai perunggu. Selain itu tembaga juga sering dipadukan dengan seng untuk menghasilkan kuningan. Keuntungan dari paduan-paduan ini akan meningkatkan sifat mekanik dari tembaga itu sendiri. Namun, selain dengan kedua unsur di atas tembaga juga dipadukan dengan baja selaku logam yang banyak digunakan. Penggunaan tembaga dalam pemaduan ini dapat meningkatkan kekuatan, namun mempertahankan keuletannya [3]. Penurunan keuletan pada baja umumnya terjadi pada metode pengerasan yang biasa dilakukan, yaitu penambahan karbon (carburising) atau pun penambahan nitrogen (nitriding) [4]. Akan tetapi, jika penambahan unsur tembaga di dalam baja tidak dikontrol maka akan menurunkan sifat mekaniknya [5]. DOI Number: 10.5614/jms.2017.22.1.7 Pada penelitian ini akan dilakukan metode pemaduan baja dengan tembaga dengan mencelupkan baja yang telah dipreheat ke dalam tembaga cair. Metode ini selanjutnya akan disebut dengan coperrizing. Setelah proses copperizing akan dilanjutkan dengan precipitation hardening yang terdiri dari solution treatment dan aging. Pengaruh dari variasi temperatur solution treatment dan aging terhadap struktur mikro dan kekerasan copperized-aisi 1006 akan dianalisis lebih lanjut dengan berbagai pengujian. EKSPERIMEN Material yang digunakan pada penelitian ini adalah AISI 1006 dengan komposisi yang dicantumkan pada Tabel 1. Sampel baja yang telah di-pre-heat dicelupkan ke dalam tembaga cair selama 5 menit dan diikuti dengan pendinginan dengan media udara. Copperized-AISI 1006 dipanaskan kembali dengan variasi temperatur solution treatment 800 dan 900 o C. Tabel 1. Komposisi kimia baja AISI 1006 Komposisi [%] Fe C Mn Cu P S 99,5 0,0358 0,210 0,0375 0,0091 0,008 ISSN 0854-5154 eissn 2442-7349

25 Kemudian masing-masing sampel solution treatment di-aging dengan variasi temperatur 400, 450, dan 500 o C. Selanjutnya dilakukan pengamatan stuktur mikro, uji XRD, dan uji kekerasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan X-Ray Diffraction Pengujian XRD dilakukan pada baja AISI 1006 tanpa perlakuan, sampel copperizing, solution treatment, dan aging. Pengukuran difraksi sinar-x dilakukan dengan rentang sudut 10 90 o dan menggunakan panjang gelombang Cu-Kα 1.54060 Ǻ. Dari hasil XRD diperoleh peak-peak dengan intensitas tertentu yang selanjutnya dicocokkan dengan PDF Card untuk mengetahui fasa atau senyawa apa yang terdeteksi. Hasil pengujian XRD baja AISI 1006 dan copperized-aisi 1006 Gambar 1 menunjukkan grafik hasil XRD baja AISI 1006 dan copperized-aisi 1006. Hasil analisis pola difraksi baja AISI 1006 menunjukkan adanya kecocokkan dengan kartu PDF 87-0721 dan didapatkan bahwa ketiga intensitas tertingginya milik fasa Fe-α. Selain itu mengacu pada diagram fasa Fe- Fe 3 C, baja dengan kadar karbon 0,0375% memiliki fasa yang dominan berupa Fe-α pada temperatur kamar. Intensitas tertinggi terdapat pada 2θ = 44,6563 o dengan peak height sebesar 487,49 cts. Intensitas tertinggi kedua dengan peak height 73,89 cts terletak pada 2θ = 82,3476 o dan intensitas tertinggi ketiga memiliki peak height 68,47 cts pada 2θ = 64,9553 o. Pola difraksi dari copperized-aisi 1006 memiliki kemiripan dengan baja AISI 1006. Intensitas tertinggi terletak pada 2θ = 44,6594 o dengan peak height 585,4 cts. Intensitas -------------------------------------------------------------------------------- ABSTRACT: As one of the alloying elements used in low carbon steel, copper can increase the strength of steel without lowering its ductility significantly. Copper increases the strength of steel by precipitation hardening. In this research, copper and AISI 1006 steel were alloyed by immersing the pre-heated steel into molten copper. After the imersion process, the precipitation hardening was performed with variations in temperature of solution treatment and aging. From the results of this study, it was found that the solution treatment temperature did not affect the phase of copperized-aisi 1006, but the aging process affected the formation of secondary phase. The increase of solution treatment temperature is proportional to the increase of copperized- AISI 1006 average grain diameter. In contrast, the use of aging temperature of 450 o C obtained the smallest average grain diameter than others, in the amount of 49,23 μm and 50,26 μm for sample that previously being solution treatment at 800 and 900 o C. Besides, the increase of the solution treatment temperature is inversely proportional to the hardness number of copperized-aisi 1006. However, the aging temperature of 450 o C obtained the highest hardness number than other aging temperature, in the amount of 119,47 VHN and 115,75 VHN for sample that previously being solution treatment at 800 and 900 o C. Keywords: copperizing, solution treatment, aging, microtructure, hardness tertinggi kedua dan ketiga terletak pada 2θ = 82,2498 o dan 64,9733 o dengan peak height 124,98 cts dan 92,37 cts. Nilai tersebut juga memiliki kecocokan dengan kartu PDF 87-0721 dan merupakan puncak milik Fe-α. Hasil analisis tersebut sesuai dengan diagram fasa Fe-Cu, dimana fasa yang dimiliki oleh paduan Fe-Cu dengan kadar tembaga yang sangat rendah berupa Fe-α. Gambar 1. Hasil XRD Baja AISI 1006, copperized-aisi 1006, dan sampel solution treatment. Tabel 2 menunjukkan terjadinya perubahan nilai FWHM (full width at half maximum) pada intensitas tertinggi dari sampel sebelum dan sesudah di-copperizing. Perubahan nilai FWHM menunjukkan adanya peak broadening atau pelebaran puncak dan dapat digunakan untuk menghitung besarnya microstrain. Dari Tabel 2 terlihat adanya kenaikan nilai microstrain dari baja AISI 1006 ke copperized-aisi 1006. Hal tersebut mengindikasikan adanya unsur paduan (Cu) yang terlarut ke dalam Fe-α setelah baja di-copperizing. Tabel 2. Perbandingan hasil XRD baja AISI 100 dan copperized-aisi 1006. Sampel 2θ [ o ] Height [cts] FWHM ε AISI 1006 44,6563 487,49 0,0836 0,0005 Copperized- AISI 1006 44,6594 585,4 0,2342 0,0041 Hasil pengujian XRD sampel solution treatment Hasil XRD dari sampel solution treatment dapat dilihat pada Gambar 1. Intensitas tertinggi memiliki kesesuaian dengan

26 kartu PDF 87-0721 yang merupakan milik Fe-α. Intensitas tertingi ketiga dan keempat juga bersesuaian dengan puncak milik Fe-α. Hal ini sesuai dengan diagram fasa Fe-Cu, dimana dengan kadar Cu yang sangat rendah fasa yang terjadi adalah Fe-α. Pada hasil XRD kedua sampel solution treatment terdapat puncak yang memiliki kesesuaian dengan puncak milik Cu, yaitu pada sudut 2θ = 42,9228 o untuk solution treatment 800 o C dan 2θ = 42,7602 o untuk solution treatment 900 o C. Puncak ini bersesuaian dengan kartu PDF 85-1326. Munculnya puncak Cu ini terjadi karena difusi lanjutan dari Cu yang terdapat di permukaan sampel selama proses pemanasan solution treatment. Tetapi karena telah melewati batas kelarutan dari Cu di dalam Fe maka Cu yang baru berdifusi tersebut tidak terlarut di dalam larutan padat Fe, tetapi berdifusi ke batas butir. Yourong (1992) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa tembaga dapat berdifusi masuk ke dalam butiran ferit atau batas butirnya [6]. Hasil pengujian XRD sampel aging Hasil pengujian XRD dari sampel aging yang sebelumnya disolution tretament 800 o C dapat dilihat pada Gambar 2(a). Dari gambar tersebut nampak adanya puncak yang menunjukkan adanya Cu pada sampel setelah di-aging. Tetapi terjadi anomali pada sampel yang di-aging 400 o, dimana tidak terdapat peak Cu seperti pada sampel lainnya. Jika dilihat dari grafiknya, hasil XRD sampel aging 400 o C juga memiliki puncak pada 2θ sekitar 43 o, tetapi karena intensitasnya yang sangat rendah sehingga tidak terdeteksi sebagai salah satu puncak tertinggi. Sementara itu, hasil pengujian XRD dari sampel aging yang sebelumnya di-solution tretament 900 o C dapat dilihat pada Gambar 2(b). Dari gambar tersebut nampak adanya puncak milik Cu pada keseluruhan sampel setelah di-aging. Berdasarkan hasil pengujian XRD sampel setelah di-aging diperoleh fasa yang dominan adalah Fe-α, yang dilihat dari intensitas tertinggi pada semua sampel aging memiliki kesesuaian dengan peak milik Fe-α pada kartu PDF 87-0721. Hal tersebut juga sesuai dengan diagram fasa Fe-Cu yang menunjukkan bahwa fasa untuk paduan Fe-Cu dengan kadar Cu yang sangat rendah berupa α-ferit. Pengamatan hasil uji metalografi Pengujian metalografi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari temperatur solution treatment dan aging terhadap fasa yang terbentuk dan diameter rata-rata butir. Etsa yang dipakai yaitu Nital 2% sehingga yang terlihat adalah general structure dari sampel, yaitu α-ferit. Gambar 3 menunjukkan hasil uji metalografi dari baja AISI 1006, copperized-aisi 1006, dan sampel solution treatment. Dari gambar tersebut terlihat bahwa fasa yang terbentuk adalah α-ferit. Gambar 3(a) menunjukkan struktur mikro dari baja AISI 1006 yang terdiri dari α-ferit. Jika dilihat pada diagram fasa Fe- Fe 3C, baja AISI 1006 dengan kandungan karbon 0,003% memiliki fasa berupa α-ferit. Struktur mikro copperized-aisi 1006 ditunjukkan oleh Gambar 3(b) dengan fasa berupa α- ferit. Hal tersebut sesuai dengan diagram fasa Fe-Cu, dimana untuk paduan Fe-0,8% Cu memiliki fasa α-ferit. (a) (b) Gambar 2. Hasil XRD sampel aging 400, 450, 500 o C yang disolution treatment (a) 800 o C dan (b) 900 o C. Sampel yang telah di-solution treatment juga tidak mengalami perubahan fasa, yaitu tetap berupa α-ferit seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3(c) dan 3(d). Proses pendinginan pada solution treatment dilakukan secara water quench, tetapi tidak dihasilkan martensit sebagai struktur akhir karena temperatur yang dipakai tidak sampai menyebabkan solid solution bertransformasi menjadi austenit. Struktur mikro yang terdiri dari α-ferit ini sesuai dengan hasil pengujian XRD

27 yang menunjukkan bahwa fasa yang dominan pada baja AISI 1006, copperized-aisi 1006, dan sampel solution treatment adalah Fe-α. kesetimbangan Fe-Cu. Selain itu dari hasil XRD juga menunjukkan bahwa fasa yang dominan dari sampel aging berupa Fe-α. Gambar 4. Struktur mikro dengan perbesaran 500x (a) solution treatment 800 o C, aging 450 o C dan (b) solution treatment 900 o C, aging 450 o C. Gambar 3. Struktur mikro dengan perbesaran 500x (a) baja AISI 1006, (b) copperized-aisi 1006 (b), (c) solution treatment 800 o C, dan (d) solution treatment 900 o C. Perhitungan diameter rata-rata butir juga dilakukan terhadap sampel aging. Hasil perhitungan dari diameter rata-rata butir sampel aging pada berbagai temperatur dapat dilihat pada Gambar 5. Dimana diameter rata-rata butir terkecil dimiliki oleh sampel yang di-aging pada temperatur 450 o C untuk kedua variasi temperaur solution treatment. Setelah dilakukan perhitungan grain size number (G) dengan metode Abrams Three-Circle Intercept Procedure (ASTM E112), diperoleh perubahan ukuran butir dari baja AISI 1006, copperized-aisi 1006, dan sampel solution treatment seperti pada Gambar 4.8. Baja AISI 1006 memiliki diameter butir rata-rata 61,23 μm. Untuk copperized-aisi 1006 memiliki diameter butir rata-rata 75,36 μm dan bentuk butirnya menjadi lebih pipih. Sampel solution treatment memiliki diameter butir rata-rata 43,28 μm dan 49,76 μm untuk temperatur 800 o C dan 900 o C. Pemanasan pada waktu solution treatment tidak mencapai temperatur austenisasi, sehingga pemanasan yang dilakukan tidak merubah fasa dari ferit ke austenit, sehinga yang terjadi adalah peristiwa grain growth dari butir Fe-α. Akibatnya sampel yang di-solution treatment dengan temperatur 900 o C memiliki ukuran butir yang lebih besar daripada sampel solution treatment 800 o C. Tetapi, terjadi penurunan ukuran butir dari copperized-aisi 1006 ke sampel solution treatment karena adanya pengaruh dari Cu yang berdifusi masuk ke dalam baja. Dalam penelitian yang dilakukan Setuo Takaki, dkk (2004) dinyatakan bahwa ukuran butir dari ferit mengalami penurunan seiring dengan penambahan Cu ke dalam paduannya [3]. Pengujian metalografi juga dilakukan terhadap sampel aging. Keseluruhan sampel memiliki fasa dominan berupa ferit. Struktur mikro dari sampel yang di-aging pada temperatur 450 o C dapat dilihat pada Gambar 4. Jika dilihat pada diagram fasa Fe-Cu, temperatur pemanasan yang dipakai dalam aging ini tidak menyebabkan terjadinya transformasi fasa dari ferit, sehingga struktur mikro yang didapat sesuai dengan diagram Gambar 5. Diameter rata-rata butir sampel solution treatment dan aging pada berbagai variasi temperatur. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh diameter rata-rata butir sampel aging mengalami kenaikan dari sampel solution treatment. Temperatur yang dipakai saat aging tidak menyebabkan α-ferit mengalami perubahan fasa, sehingga yang terjadi adalah mekanisme pertumbuhan butir. Suatu kristal yang dipanaskan akan mengalami pengintian dan pertumbuhan. Kristal perlu untuk tumbuh besar karena kristal yang lebih besar memiliki energi yang lebih rendah [7]. Pertumbuhan butir terjadi melalui mekanisme kanibal, dimana butir yang besar memakan butiran yang kecil sampai akhirnya terbentuk butir yang kasar. Batas butir memiliki energi yang lebih tinggi dibanding butir, sehingga pengurangan batas butir akan mengurani energi dari material. Hal ini yang menyebabkan butir yang besar tumbuh semakin

28 besar, sedangkan butir yang kecil menyusut seakan dimakan oleh butir besar [8]. Hasil uji kekerasan Pengujian kekerasan dalam penelitian ini dilakukan terhadap fasa α-ferit dengan menggunakan metode microhardness (microvickers). Hasil pengujian terhadap baja AISI 1006, copperized-aisi 1006, dan sampel solution treatment dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai kekerasan α-ferit mengalami penurunan dari baja AISI 1006 sebesar 127,87 VHN menjadi 122,25 VHN setelah di-copperizing. Penurunan yang terjadi sebanding dengan kenaikan diameter butir rata-rata baja AISI 1006 sebelum dan sesudah di-copperizing. dislokasi saat pembebanan [10]. Hal tersebut juga berlaku saat material dikenai indentasi untuk mengetahui kekerasannya [11]. Gambar 7. Nilai kekerasan sampel aging pada berbagai variasi temperatur. Gambar 6. Nilai kekerasan baja AISI 1006, copperized-aisi 1006, dan sampel solution treatment. Angka kekerasan α-ferit mengalami kenaikan setelah sampel di-solution treatment. Dimana sampel yang di-solution treatment pada temperatur 800 o C memiliki nilai kekerasan sebesar 194,4 VHN dan untuk sampel solution treatment 900 o C memiliki nilai kekerasan 171,37 VHN. Kenaikan kekerasan ini sebanding dengan penurunan diameter rata-rata butir pada kedua sampel solution treatment. Pengujian kekerasan α-ferit selanjutnya dilakukan terhadap sampel aging yang hasilnya ditunjukkan oleh Gambar 7. Hasil pengujian menunjukkan penurunan kekerasan dari sampel setelah solution treatment dan setelah aging. Hal tersebut berkesinambungan dengan naiknya diameter rata-rata butir sampel aging, dimana diameter rata-rata butir untuk sampel yang di-aging pada temperatur 450 o C memiliki nilai yang lebih kecil daripada sampel yang di-aging pada temperatur 400 dan 500 o C. Dari hasil penelitian M. Mujahid, dkk (1997) juga diperoleh nilai kekerasan maksimum untuk baja dengan kadar karbon 0,3% yang di-aging pada temperatur 450 o C [9]. Meskipun angka kekerasannya lebih tinggi daripada hasil penelitian ini. Penurunan ukuran butir, yang dalam penelitian ini dilihat dari diameter rata-rata butir, menyebabkan peningkatan kekuatan material. Hal tersebut terjadi karena semakin banyak batas butir yang dimiliki oleh suatu material maka akan semakin besar energi yang dimiliki untuk menahan KESIMPULAN Struktur mikro dari copperized-aisi 1006 yang dihasilkan setelah solution treatment dan aging tidak mengalami perubahan, yakni tetap terdiri dari α-ferit. Kenaikan temperatur solution treatment sebanding dengan kenaikan diameter butir rata-rata copperized-aisi 1006 dan temperatur aging 450 o C menghasilkan diameter butir ratarata terkecil, yaitu sebesar 49,23 μm dan 50,26 μm untuk sampel yang sebelumnya di-solution treatment 800 dan 900 o C. Kenaikan temperatur solution treatment berbanding terbalik dengan nilai kekerasan dan temperatur aging 450 o C menghasilkan nilai kekerasan tertinggi dibanding temperatur aging yang lain, yaitu 119,47 VHN dan 115,75 VHN untuk sampel yang sebelumnya di-solution treatment 800 dan 900 o C. UCAPAN TERIMA KASIH - REFERENSI [1] F. Habashi, Handbook of Extractive Metallutgy Vol 2: Primary Metals, Secondary Metals, Light Metals, Wiley-VCH, Jerman, 1997. [2] ASM Metals Handbook Vol 2 10th Edition: Properties and Selection Non-Ferrous Alloys and Special Purpose Mate, ASM International, Ohio, 1992. [3] S. Takaki dkk, Effect of Copper on Tensile Properties and Grain- Refinement of Steel and its Relation to Precipitation Behaviour, Materials Transactions 4(7), 2239-2244, 2004.

29 [4] W. Suherman, Ilmu Logam I, ITS Press, Surabaya, 2003. [5] O. I. Sekunowo, D. Stephen, dan G. Oluwashina, Effect of Copper on Microstructure and Mechanical Properties of Construction Steel. International Journal of Chemical, Molecular, Nuclear, Materials and Metallurgical Engineering 8(8), 839-843, 2014. [6] Y. Xu dkk, Diffusion Behaviour of Fe-Cu Interface of Copper Brazed Double-wall Steel Tubes, Material Science Technology 9, 279-282, 1993. [7] W. Suherman, Perlakuan Panas, ITS Press, Surabaya, 2001. [8] R.A. Higgins, Engineering Metallurgy Part 1 Applied Physical Metallurgy Sixth Edition, Arrowsmith Ltd, Britain, 1993. [9] M. Mujahid dkk, HSLA-100 Steels: Influence of Aging Heat Treatment on Microstructure and Properties, ASM Internastional, Ohio, 1997. [10] G.E. Dieter, Introduction to Physical Metallurgy 2nd Edition, McGraw Hill, New Delhi,1997. [11] J.W. Morris, The Influence of Grain Size on Mechanical Properties of Steel, <URL: http://www.osti.gov/scitech/servlets/purl/861397/>, 2012.