BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata. Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi semua anak. Sebab

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan merealisasikan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut pada Bab II pasal 3 menegaskan, bahwa fungsi dari pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Berdasarkan uraian tersebut menggambarkan bahwa yang harus dikembangkan oleh peserta didik adalah potensi-potensi yang ada pada diri 1

peserta didik itu sendiri. Proses pengembangan potensi peserta didik terjadi di dalam proses belajar dan mengajar di lingkungan lembaga formal dan nonformal. Menurut pasal 37 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang panjang sejak tahun 1957, yang dimulai dari Kewarganegaraan, civics, Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Kewarganegaraan (Citizenship), hingga berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2006. Pendidikan kewarganegaraan memuat peranan yang sangat penting, karena pendidikan kewarganegaraan itu mencakup tentang mengembangkan kemampuan, watak, dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Menurut (Dianti: 2014: 3) bahwa: Peran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan leading sector dari pendidikan karakter, sudah jelas harus mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kegiatan belajar mengajarnya karena hal tersebut sudah jelas diuraikan dalam tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang muatannya penuh dengan nilai-nilai karkater. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu konsep pendidikan yang berfungsi untuk membentuk peserta didik sebagai warga negara yang mempunyai karakter. 2

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Kementerian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab (Samani, Muchlas: 2012: 9). Salah satu karakter bangsa yang paling pertama dan paling penting yang harus ditanamkan dan dimiliki adalah karakter religius. Menurut (Azzet: 2013: 18) mengungkapkan bahwa: Nilai religius yang dijadikan dalam pendidikan karakter sangat penting karena keyakinan seseorang terhadap kebenaran nilai yang berasal dari agama yang dipeluknya bisa menjadi motivasi kuat dalam membangun karakter. Sudah tentu peserta didik dibangun karakternya berdasarkan nilai-nilai agama yang dipeluknya masing-masing sehingga peserta didik akan mempunyai keimanan dan ketakwaan yang baik sekaligus memiliki akhlak mulia. Pada kenyataannya, para pelajar saat ini banyak melakukan tindakan tidak bermoral. Cilacap, Suara Merdeka 5 November 2016 - Hasil survai Pusat Studi Remaja dan Perubahan Sosial (PSR-PS) menunjukan akhir-akhir 3

ini banyak remaja yang berperilaku kurang baik. Bahkan tidak sedikit remaja yang nekat melakukan perbuatan yang tidak seharusnya diperbuat oleh remaja. Tingkah laku dan perbuatan remaja yang menyimpang dari norma-norma sosial sering menimbulkan permasalahan. Banyak contoh penyimpangan moral di kalangan remaja. Bahkan perilaku itu sering muncul dan menjadi pemberitaan di berbagai media. Seperti tawuran, pemerkosaan, pergaulan bebas, penggunaan narkoba, mabuk-mabukan, membolos. Kasus tersebut di atas menunjukan karakter religius belum benar-benar tumbuh dalam diri seseorang. Oleh karena itu penanaman nilai religius perlu diajarkan kepada siswa sejak dini karena ajaran agama sangatlah penting untuk pedoman hidup manusia karena dengan bekal agama yang cukup akan memberikan dasar yang kuat ketika akan bertindak, dalam nilai religius berisi tentang aturan-aturan kehidupan dan pengendali diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat agama. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn di Sekolah Mengengah Pertama (SMP) Se-Gugus Kutasari, Purbalingga yang terdiri dari 4 sekolah yaitu SMP Negeri 1 Kutasari, SMP Negeri 2 Kutasari, SMP Negeri 3 Kutasari, dan SMP Negeri 4 Kutasari, secara umum ke-empat sekolah tersebut telah menerapkan pembiasaan kereligiusan kepada peserta didik seperti kegiatan sholat berjamaah setiap hari, tadarus setiap hari tetapi pelaksanaan dari peserta didiknya masih kurang meskipun sudah diberi pembinaan peserta didik terkadang kabur tidak melaksanakan, adapun peserta didik yang mabuk-mabukan. Hal tersebut menunjukan bahwa beriman dan 4

No bertakwa kurang tertanam dalam diri peserta didik. Selain itu juga terdapat peserta didik yang berperilaku tidak sopan dalam bertutur kata dan berperilaku, mencuri, berbuat asusila yang dapat dikatakan bahwa peserta didik kurang memiliki akhlak mulia. Kemudian peserta didik tidak jujur yang dapat dikatakan bahwa peserta didik kurang menanamkan kejujuran. Berikut tabel permasalahan peserta didik terkait karakter religius: Tabel 1.1 Daftar Pelanggaran Peserta Didik Tahun 2016 / 2017 SMP Negeri SMP Negeri SMP Negeri 1 Kutasari 2 Kutasari 3 Kutasari (838 siswa) (555 siswa) (249 siswa) Masalah terkait dengan karakter religius SMP Negeri 4 Kutasari (487 siswa) Jum prosen Jum prosen Jum prosen Jum prosen lah tase lah tase lah tase lah tase 67 8 % 88 16 % 37 15 % 97 20 % 1. Tidak melaksanakan sholat dhuhur berjamaah 2. Tidak tadarus 100 12% 88 16 % 50 20 % 92 19 % 3. Mencuri 4 0,5% 9 1,3 % 6 2,5 % 10 2 % 4. Mabuk-mabukan 4 0,5% 5 0,9 % 5 2 % 10 1 % 5. Asusila 3 0,3% 22 4 % 6 2,3 % 19 4 % (Sumber: data kesiswaan SMP Negeri 1 Kutasari, SMP Negeri 2 Kutasari, SMP Negeri 3 Kutasari, SMP Negeri 4 Kutasari: Januari 2017) Ke-empat sekolah tersebut diatas menerapkan sistem pemberian poin kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran. Pihak sekolah telah melakukan beberapa usaha untuk mengembangkan karakter religius peserta didik seperti adanya pembiasaan kereligiusan, pemberian poin bagi yang melanggar aturan, tetapi memang belum menunjukkan hasil yang maksimal. Menurut (Yaumi: 2014: 35) menyatakan bahwa: Semua agama mengajarkan tentang moral, nilai etika, pentingnya melakukan perbuatan baik, tidak diperbolehkan untuk melakukan perbuatan jelek, dan berbagai ajaran spiritualitas. 5

Perlu disadari, bahwa karakter religius merupakan karakter yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, apalagi Indonesia merupakan negara yang beragama. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Zubaedi: 2013: 73) bahwa: Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa harus selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraanpun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Karenanya, nilai-nilai pendidikan karakter harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. Dari pernyataan di atas bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang harus didasari pada nilai religius, ber-ketuhanan Yang Maha Esa maka tentu saja pemahaman tentang hal-hal tersebut harus bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa / ajaran agama sebagai pedoman hidup. Religius sendiri tidak hanya menyangkut kepada persoalan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan juga menyangkut persoalan hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Salah satu mata pelajaran yang dapat dijadikan media pengembangan karakter religius adalah pendidikan kewarganegaraan. Karakteristik pendidikan kewarganegaraan sebagai ilmu sosial yang mempelajari masyarakat, membuat pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang yang dapat di integrasikan dengan pendidikan karakter, utamanya adalah karakter religius. Nilai-nilai religius yang disisipkan melalui pendidikan kewarganegaraan lebih menekankan pada hubungan manusia dengan manusia, agama dan etika. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Somantri: 2001: 276) bahwa: 6

Pelajaran civics mencerminkan juga hubungan perilaku warga negara dalam kehidupannya sehari-hari dengan manusia lain dan alam sekitarnya. Karena itu, materi civics memasukkan unsur-unsur: (a) lingkungan fisik, (b) sosial, pendidikan, kesehatan, (c) ekonomi keuangan, (d) politik, hukum, pemerintahan, (e) agama dan etika, (f) ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan dapat dijadikan sarana pengembangan karakter, salah satunya karakter religius yang cenderung berbeda pelaksanaannya dengan penanaman nilai-nilai religius melalui mata pelajaran pendidikan agama. Menurut (Muhamaddin: 2013: 2) menyatakan bahwa: Nilai religius mengatur tanggung jawab kepada Tuhan, kepada masyarakat dan alam sekitarnya. Oleh karena itu, kewajiban semua orang untuk menyadarkan bahwa nilai religius merupakan kebutuhan umat manusia. Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian terkait Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter peserta didik. Dengan demikian peneliti mengambil judul yaitu Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Karakter Religius Peserta Didik di SMP Se-Gugus Kutasari Kabupaten Purbalingga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Karakter Religius. Rumusan penelitian tersebut dapat dirinci kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 7

1. Bagaimana peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter religius peserta didik di SMP se-gugus Kutasari Purbalingga tahun pelajaran 2016 / 2. 2017? 3. Apa saja kendala pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter religius peserta didik di SMP se-gugus Kutasari Purbalingga tahun pelajaran 2016 / 2017? 4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter religius peserta didik di SMP se-gugus Kutasari Purbalingga tahun pelajaran 2016 / 2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter religius peserta didik di SMP se-gugus Kutasari Purbalingga tahun pelajaran 2016 / 2017. 2. Untuk mengetahui kendala pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter religius peserta didik di SMP se-gugus Kutasari Purbalingga tahun pelajaran 2016 / 2017. 3. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi kendala pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter religius 8

peserta didik di SMP se-gugus Kutasari Purbalingga tahun pelajaran 2016 / 2017. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khusunya Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengembangkan karakter religius peserta didik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan peserta didik pada khususnya untuk mempunyai karakter religius. b. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya. c. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penanganan masalah karakter religius, agar dapat meningkatkan pengembangan karakter religius peserta didik. d. Bagi guru Pendidikan Kewarganergaraan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal mengembangkan karakter 9