BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah studi aplikatif terhadap materi penyadapan seni tradisi

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsanganrangsangan yang berasal dari lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atas. Bahkan saat ini sudah banyak sekolah-sekolah dan lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. Seni hadir di tengah-tengah masyarakat dan menyertai perjalanan hidup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai tunas bangsa dan generasi penerus perjuangan bangsa perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah dalam kurikulum pendidikan terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar dalam membentuk manusia. Di sekolah telah disusun. usaha tujuan pembelajaran pada mata pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah. Perubahan dalam arti perbaikan mutu pendidikan pada semua

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI METODE OUT BOND DI KELOMPOK BERMAIN PUTRA BANGSA PASUNGAN, CEPER, KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Sumedang. Dalam sebuah penelitian metode penelitian menjadi syarat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi sosial yang diakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Pembelajaran Rampak Bedug Pada Ekstrakurikuler Di SDN Cilegon-2 Kecamatan Jombang Banten

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah yang terbentang dari setiap pulau memiliki keunikan tersendiri, terutama pada seni tradisional yang telah secara turun temurun diwariskankan pada generasinya. Semuanya merupakan kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, maka sudah sepantasnya kekayaan itu harus tetap dijaga kelestariannya. Salah satu seni tradisional yang tetap hidup dan berkembang sejak abad 18 adalah seni Tarawangsa yang berada di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. Kesenian ini hidup pada masyarakat agraris, sehingga Tarawangsa identik dikaitkan dengan ritual penghormatan kepada Dewi Sri atau Nyi pohaci. Sebagaimana menurut kepercayaan masyarakat agraris, bahwa Dewi Sri adalah sumber kehidupan karena dianggap sebagai cikal bakal adanya padi. Tarawangsa sering diidentikan dengan unsur musik, karena dilihat dari dua alat musik yang digunakan yaitu Tarawangsa sendiri yang hampir menyerupai rebab, dan kecapi. Dalam struktur pertunjukannya terdapat tarian yang disebut dengan Badaya. Pengertian Badaya dalam Tarawangsa sendiri adalah tarian bebas yang hormat. Secara gerak memang tidak memiliki patokan, hanya gerak yang dilakukan haruslah rengkuh, karena sebagai perwujudan penghormatan, sehingga gerak tersebut juga disebut hormatan Tarawangsa. Tarawangsa memang masih hidup sebagai sebuah ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat dalam jangka waktu setahun sekali dalam acara Ngalaksa setelah panen raya. Tarawangsa telah berkembang, dengan tidak mengurangi unsur tradisinya dikembangkan menjadi sarana pertunjukan yang dapat dinikmati kapanpun. Pada perkembangan tersebut, terdapat hal positif yang dapat diambil, dimana seni tradisi yang sudah turun temurun ini bisa dijadikan sebagai potensi wisata, dan sekaligus menjadi sebuah media pembentuk identitas masyarakat pelakunya.

2 Tarawangsa sebagai potensi wisata memang sudah terlihat dan dikelola dengan baik, tidak jarang para wisatawan domestik maupun mancanegara berkunjung ke daerah Rancakalong dalam acara Ngalaksa untuk menyaksikan acara tahunan ini. Di daerah Rancakalong sendiri memang memfasilitasi dengan dibangunnya tempat untuk menyelenggarakan acara tersebut yaitu dikenal dengan desa wisata. Hal yang tidak kalah penting, adalah bagaimana Tarawangsa bisa menjadi pembentuk identitas bagi masyarakat itu sendiri. Tarawangsa adalah salah satu seni yang menjadi simbol bagi masyarakat Rancakalong. Seni inilah yang membedakan masyarakat Rancakalong dengan masyarakat yang lainnya, dimana dalam Tarawangsa ini terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang dibentuk oleh masyarakat sendiri. Nilai yang terkandung didalamnya merupakan sebuah perwujudan setiap prilaku dan tatanan masyarakat Rancakalong. Dalam Tarawangsa dapat terlihat adanya keharmonisan, baik itu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. Dengan demikian, diharapkan seni menjadi sebuah simbol keindahan yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal. Simbol lain dapat dilihat dari gerak pada tari Badaya dalam seni Tarawangsa. Setiap gerak yang tercipta memiliki simbol tersendiri bagi masyarakat pengikutnya, ada semacam kesepakatan makna yang dihasilkan dalam setiap gerak tari. Contohnya adalah ketika seorang penari perempuan mengajak lalayaran pada seorang penari yang lainnya, maka penari yang diajak secara langsung akan mengikuti gerak lalayaran. Dalam pemahaman mereka lalayaran ini adalah gerak ulin kersa nyai. Artinya, ada interaksi yang terjadi dalam gerak yang dapat mengolah rasa menjadi satu penafsiran dan tujuan yang sama antara penari satu dengan yang lainnya. Gerak seperti ini yang perlu dikenalkan, sehingga gerak tersebut bisa menjadi satu identitas yang ada dalam tari Badaya pada seni Tarawangsa. Agar kesenian ini tetap terjaga kelestariannya perlu adanya berbagai upaya yang dilakukan dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, masyarakatnya itu sendiri,

3 dan juga sekolah sebagai lembaga pendidikan. Hal tersebut sangatlah diperlukan sebagai upaya pewarisan budaya lokal kepada generasi penerus. Berkaitan dengan pengenalan Tarawangsa kepada siswa sekolah terutama untuk siswa SD, SMP dan SMA memang sudah dilakukan, hal ini tentu berkaitan dengan kurikulum yang ada di Indonesia. Dapat kita lihat adanya pelajaran seni budaya apalagi dipertegas semenjak adanya kurikulum 1994 yang terkait dengan adanya muatan lokal (MULOK), sehingga pengenalan seni Tarawangsa khusus untuk daerah setempat memang sudah dikenalkan dalam pelajaran seni budaya di tingkat SD, SMP maupun SMA. Namun, belum ada upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan seni Tarawangsa sebagai seni tradisi di daerah setempat kepada anak usia dini. Bukan hal yang tidak mungkin, karena seiring perkembangan dunia pendidikan banyak metode yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan seni yang pada anak usia prasekolah. Sekarang ini pendidikan di Indonesia mulai digencarkan dengan pendidikan yang dikhususkan pada anak usia dini. Tujuannya adalah mempersiapkan generasi yang cerdas sejak dini. PAUD nonformal baru berkembang dalam satu dekade terakhir. Perkembangannya memang tidak terlepas dari ketentuan Pasal 28 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), PAUD diselenggarakan melalui tiga jalur: formal, nonformal, dan informal. PAUD jalur formal diselenggarakan dalam TK dan raudlatul athfal atau TK Islam. Jalur nonformal khusus menangani anak-anak usia 2-4 tahun yang diserap Kelompok bermain (Play Group) dan Tempat Penitipan Anak. Sedangkan jalur informal adalah pendidikan di keluarga. Usia dini merupakan usia yang sering disebut dengan masa keemasan atau golden age. Pada masa inilah anak memerlukan pendidikan khusus untuk mengoptimalisasikan kecerdasannya. Dengan demikian, adanya PAUD diharapkan dapat menjadi sebuah tempat untuk anak-anak dalam mencapai tugas-tugas

4 perkembangannya, sehingga fungsi PAUD bukan hanya tempat bermain semata, namun dapat menjadi sarana bermain yang edukatif. Pemberian pendidikan seni pada anak usia dini bukan hal yang tidak memungkinkan, karena dalam kurikulum PAUD, aspek yang harus dikembangkan salah satunya adalah aspek seni. Dalam hal ini seni dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat menyenangkan, karena dapat mengekspresikan perasaan. Kegiatan untuk memperkenalkan seni setempat dapat dilakukan dengan kegiatan mengapresiasi dalam pembelajaran seni. Dengan kegiatan mengapresiasi ini diharapkan anak bisa melihat secara langsung dan ikut melakukan apa yang mereka lihat, bahkan di usianya mereka yang masih anak-anak. Dengan demikian pengalaman mengapresiasi seni yang dilakukan bisa mereka ingat sampai dewasa. PAUD Ananda Putra Bungur adalah salah satu PAUD nonformal yang berada di daerah Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Keberadaan PAUD ini tepat berada di daerah asal seni Tarawangsa. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tidaklah salah jika PAUD Ananda Putra Bungur memperkenalkan seni daerah setempat sebagai upaya pewarisan budaya lokal dan belajar untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalan seni Tarawangsa sedini mungkin dalam pembelajaran seninya. Dalam kegiatan apresiasi ini, siswa tidak dituntut menirukan secara persis gerak-gerak atau kegiatan orang dewasa dalam sebuah ritual Tarawangsa, tetapi lebih pada menanamkan sikap apresiatif pada tari Badaya dalam seni Tarawangsa dengan kegiatan mengapresiasi dan bermain peran. selain itu, pembelajaran dengan mengenalkan seni Tarawangsa ini dapat mengasah kreativitas anak baik secara berfikir, sikap, dan gerak anak. Melalui penerapan tari pendidikan dengan materi tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa, diharapkan siswa mendapatkan pengalaman belajar menyenangkan dan tentu bertujuan meningkatkan kreativitas anak. Penggunaan media pembelajaran sebagai alat atau bahan untuk mengajarkan aspek seni dalam kurikulum PAUD, diharapkan dapat dilakukan secara optimal. Permasalahan pokok dalam penelitian ini

5 adalah memperkenalkan tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa sebagai seni tradisi pada siswa PAUD. Berangkat dari masalah di atas, maka peneliti terinspirasi untuk menerapkan tari pendidikan dengan materi tari Badaya Tarawangsa dalam pembelajaran yang dilakukan pada PAUD. Penelitian ini akan dilaksanakan pada PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan judul Apresiasi Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa pada Siswa PAUD Ananda Putra Bungur Sumedang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah proses apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang? 2. Bagaimanakah hasil apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan sebagai bahan masukan pembelajaran terhadap dunia pendidikan anak usia dini 2. Tujuan khusus 2.1 Untuk mendeskripsikan tentang proses apresiasi siswa PAUD Ananda Putra Bungur dalam mengapresiasi tari Badaya Tarawangsa yang berada di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang.

6 2.2 Untuk mendeskripsikan tentang hasil apresiasi siswa PAUD Ananda Putra Bungur dalam mengapresiasi tari Badaya Tarawangsa yang berada di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang. D. Manfaat Penelitian terhadap apresiasi tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang diharapkan mampu memberikan manfaat kepada: 1. PAUD Ananda Putra Bungur Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan catatan penting bagi para pengajar PAUD Ananda Putra Bungur selaku penentu dan pengembang kurikulum untuk dapat memilih metode dan materi yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dan mengasah pengetahuan, sikap dan motorik anak sesuai dengan tahapan dan tugas perkembangan anak usia dini. Serta dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang baru. 2. UPI Dengan hasil penelitian ini pula diharapkan UPI lebih banyak memperhatikan lagi, baik para calon peneliti maupun hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa UPI. Oleh karena, dukungan dan perhatian serius dari lembaga akan turut pula menentukan kuantitas dan produktivitas hasil-hasil riset yang dilakukan para mahasiswa. 3. Peneliti Dalam hal ini peneliti mengharapkan adanya tindak lanjut dari para calon peneliti lainnya di dalam melihat peluang lebih banyak lagi sebagai upaya turut mengembangkan ilmu dan pengetahuan khususnya dalam hal pengayaan metode yang dapat meningkatkan sikap apresiatif siswa PAUD terhadap seni tradisi.

7 E. Definisi Operasional Untuk menegaskan definisi istilah agar tidak terjadi salah penafsiran dalam judul penelitian ini, maka perlu adanya penafsiran terhadap istilah-istilah tersebut. Oleh karena itu peneliti akan mendefinisikan secara operasional terhadap istilahistilah tersebut sebagai berikut. Apresiasi berasal dari kata asing appreciatie (Belanda), appreciation (Inggris) yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian, bentuk itu berasal dari bahasa kedua to appreciate yang berarti menghargai, menilai mengerti. Apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan. Secara umum mengapresiasi berarti mengerti dan menyadari sepenuhnya sehingga mampu menilai semestinya. Apresiasi dalam judul penelitian ini dapat diartikan sebagai mengajarkan, menanamkan sikap menghargai sebuah karya seni dari apa yang mereka lihat dan dengar, sehingga mampu menilai semestinya sesuai dengan kemampuan anak usia dini. Tari Badaya dalam seni Tarawangsa ini adalah gerak tarian bebas yang hormat. Secara gerak memang tidak memiliki patokan, hanya gerak yang dilakukan haruslah rengkuh, karena sebagai perwujudan penghormatan, sehingga gerak tersebut juga disebut hormatan Tarawangsa. Siswa PAUD adalah anak usia dini antara 3-6 tahun. Anak-anak pada usia ini cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Siswa PAUD memang tergolong

8 pada anak prasekolah, namun untuk membantu tugas-tugas perkembangan dan menyiapkan diri untuk masuk ke dunia sekolah, maka anak-anak mulai belajar di pendidikan anak usia dini baik formal maupun informal. Berdasarkan batasan istilah tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa apresiasi tari Badaya Tarawangsa dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD adalah sebuah proses pembelajaran untuk mengenalkan seni daerah setempat yang dalam penelitian ini adalah tari Badaya dalam seni Tarawangsa kepada siswa PAUD sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan dasar tentang seni yang berada di daerah setempatnya sehingga dapat mengembangkan kemampuan kogbitif, afektif, psikomotor, serta menumbuhkan rasa menghargai terhadap seni sejak usia dini. I. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dipahami sebagai penelitian bersifat induktif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Alasan pemilihan metode ini adalah beberapa permasalahan yang ingin diteliti tentang proses apresiasi dan hasil apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur dapat ditemukan solusinya melalui metode deskriptif analisis. Subjek Penelitian Adapun subjek penelitian dalam apresiasi tari Badaya Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD ini adalah siswa yang bersekolah di PAUD Ananda Putra Bungur yang berjumlah 20 siswa, dengan rincian sebelas siswa laki-laki dan sembilan siswa perempuan. Siswa yang dijadikan subjek penelitian juga disebut dengan sampel penelitian. Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Pada penelitian kali ini menggunakan purposive sampling. Sugiyono (2009:300) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

9 pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan purposive sampling dengan memakai seluruh siswa dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang akurat. 2. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini berada di dusun Rancakalong RT/RW 02/08 desa Rancakalong Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Alasan pemilihan lokasi ini, karena PAUD ini telah menerapkan model pembelajaran bermain sambil belajar. Namun, di PAUD Ananda Putra Bungur belum menerapkan pelajaran tari yang tetap, sehingga pembelajaran tari hanya diberikan menjelang perpisahan saja. Selain itu lokasi keberadaan PAUD Ananda Putra Bungur berada di daerah asal seni Tarawangsa. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen penelitian yang sesuai dengan metode yang dipilih. Teknik tersebut diantaranya adalah: 1. Observasi digunakan untuk mengamati proses apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur. Proses yang diamati diantaranya adalah kegiatan siswa PAUD Ananda Putra bungur selama mengapresiasi Tarawangsa dan hasil kegiatan setelah siswa mengapresiasi Tarawangsa. 2. Wawancara adalah teknik yang digunakan sebagai acuan untuk mengajukan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian pada guru dan siswa PAUD Ananda Putra Bungur.

10 Hasil pedoman wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan datadata penelitian, yang selanjutnya dijadikan salah satu referensi untuk membuat laporan hasil penelitian. 3. Dokumentasi dan video shooting sebagai bukti nyata adanya penelitian tentang apresiasi tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang 4. Studi pustaka adalah mempelajari sumber atau buku-buku yang relevan dengan masalah pada penelitian ini. 4. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data, data yang dihimpun sebanyakbanyaknya secara global atau menyeluruh dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian, sehingga mengerucut dan merujuk pada data-data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. 5. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data penelitian berupa apresiasi tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan untuk meningkatkan apresiasi siswa PAUD Ananda Putra Bungur di Daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang digunakan instrument berupa: 1. Lembaran observasi proses dan hasil kegiatan 2. Pedoman wawancara 3. Studi pustaka 4. Dokumentasi 5. Tes

11