HUBUNGAN RAWAT GABUNG DENGAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS HARI PERTAMA DI BPS ENDANG DESA BANARAN KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN KEDIRI Elly Puji Lestari Abstract Rooming in-system had many advantages. One of them can be used in giving health education to the post partum so they have intention to wake up from bed, keep on their infant and taking care themselves that will quicken mobilization process. Rooming in and early mobilization was very important for post partum health, but there were still many mothers afraid of early mobilization and have not realized the benefits. The goal of this research was to know the correlation of rooming in with early mobilization to the first day post partum in Endang Private Practical Midwife in Banaran Village, Kandangan Sub District, Kediri Regenc. This research was held on January 8 February 3, 008. Populations in this research consisted of all the first day post partum in Endang Private Practical Midwife in Banaran Village, Kandangan Sub District, Kediri Regency with samples consisted of 0 respodents. Research design used analytic research design with cross sectional approach. Sampling technique used total sampling, while statistical test used chi-square with significant level 95% or = 0,05. From research result showed that most of respondents (55%) could implement rooming in with good criteria and implementation of early mobilization, most of them (60%) included in good criteria. From data analysis result showed that x count > x table (4,85 > 3,48), so H 0 was rejected and H 1 was accepted, it meant that there was correlation between rooming in with early mobilization to the first post partum. The intention from mother to wake up from bed as soon as possible because of seeing her infant, intention of mother to take care her infant as soon as possible, and intention of mother in breast feeding her infant caused increase in mother s motivation to do early mobilization. Key words : Rooming in, Early mobilization, Post partum Latar Belakang Masa nifas atau puerperium merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali pada keadaan tidak hamil (Farrer, 1999 : 5). Masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah 6 minggu. Seluruh alat genital pada masa nifas ini dapat pulih kembali seperti keadaan sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan, sehingga pada masa ini memerlukan perawatan nifas yang dimulai sejak kala uri yaitu dengan menghindari adanya kemungkinan-kemungkinan terjadinya perdarahan post partum dan infeksi (Wiknjosastro, 00 : 4). Perawatan nifas penting baik bagi ibu maupun bayinya. Pengaturan waktu perawatan nifas juga penting. Dua hari pertama setelah melahirkan merupakan masa kritis, karena kematian ibu dan bayi paling banyak terjadi pada masa ini. Dalam Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 00-003, ibu yang melahirkan di luar fasilitas kesehatan ditanya tentang apa mereka mendapat perawatan nifas. Secara keseluruhan delapan dari sepuluh ibu mendapat perawatan nifas, terdiri dari 6 % mendapat perawatan dalam hari, 13 % mendapat perawatan dalam 3-6 hari, dan 8 % mendapat perawatan dalam 7-41 hari setelah melahirkan (SDKI, 003 : 134). Konsep perawatan nifas yang dikembangkan pada persalinan normal mengikuti pola tradisional yang dikemas secara modern yaitu mobilisasi dini, rawat gabung (rooming-in) dan pemberian ASI. Pola ini melalui penelitian terbukti mempunyai keuntungan bagi ibu maupun bayinya. Keuntungannya yaitu menggalakkan pemakaian ASI, kontak emosi ibu dan bayi lebih dini, ibu dapat belajar merawat bayi, dan ibu dapat segera melaporkan keadaan-keadaan bayi yang aneh ditemuinya (Manuaba, 1999 : 151). Kontak kulit dengan kulit dan mata dengan mata antara ibu dan bayi yang telah dibina segera setelah lahir harus tetap dipertahankan. Untuk persalinan di rumah sakit, hubungan ibu dan bayi dibatasi yaitu dengan menempatkan bayi dalam suatu station bayi yang dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapat melihat bayi. Sistem rawat pisah seperti ini bertujuan agar tidak terjadi 44
kontaminasi dengan pengunjung, tetapi sebaiknya ibu tidak dibatasi untuk berhubungan dengan bayinya. Mengingat masalah tersebut, sistem rawat pisah dimana ibu dan bayi hanya dibolehkan mengunjungi bayinya menurut jadwal yang ditentukan harus diganti dengan sistem rawat gabung (Anonim, 1994 : ). Rawat gabung atau rooming-in ialah suatu sistem perawatan bayi dan ibu nifas yang dirawat dalam satu unit. Menurut Wiknjosastro, di Indonesia persalinan 80% terjadi di rumah dan bayinya langsung dirawat secara rawat gabung terutama di daerah pedesaan, banyak ibu nifas yang melakukan rawat gabung di rumah masing-masing (Soetjiningsih, 1997 : 97). Soetjiningsih (1998), pada penelitiannya di RS. Sanglah Denpasar, menyimpulkan bahwa dengan adanya rawat gabung sangat menguntungkan, karena terdapat penurunan angka morbiditas dan mortalitas bayi. Pada saat melaksanakan rawat gabung juga dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, sehingga ibu mempunyai keinginan untuk segera bangun dari tempat tidur, menggendong bayi serta merawat diri dan hal ini akan mempercepat mobilisasi sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan (Soetjiningsih, 1997 : 97). Di masa lampau, ibu nifas diharuskan tidur telentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah dijumpai di Surabaya yaitu terjadi adhesi antara labium minus dan labium mayus kanan dan kiri dan telah berlangsung hampir enam tahun. Dampak yang lain yaitu terhambatnya proses involusi alat kandungan, menimbulkan terjadinya trombosis dan emboli, menghambat kelancaran peredaran darah sehingga akan berakibat terhambatnya fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme (Manuaba, 1998 : 193). Kini perawatan nifas lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini (early mobilization). Mobilisasi dini dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu (pada persalinan normal). Sekarang tidak dianggap perlu lagi menahan ibu telentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 4-48 jam post partum (Sastrawinata,1983 : 34). Berdasarkan data yang didapatkan tanggal 8 Oktober 007 di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri, pada bulan September 007 terdapat 0 ibu nifas yang sistem perawatannya secara rawat gabung. 11 orang (55 %) dari ibu nifas tersebut sudah melakukan mobilisasi dini dalam 4 jam pertama setelah melahirkan, akan tetapi 9 orang (45 %) dari ibu nifas tersebut melakukan mobilisasi dini lebih dari 4 jam pertama atau masih takut untuk melakukan mobilisasi dini. Mengingat banyaknya keuntungan dari sistem rawat gabung maupun mobilisasi dini, maka sebagai tenaga kesehatan seharusnya dapat memfasilitasi dan menjelaskan tentang pentingnya rawat gabung, tentunya dengan melihat syarat dan kontra indikasi dari rawat gabung itu sendiri, serta memberikan bimbingan dan penjelasan agar ibu mempunyai keinginan untuk segera melakukan mobilisasi secara teratur, bertahap dan diikuti istirahat yang cukup. Berdasarkan paparan di atas, penyusun berkeinginan untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Rawat Gabung dengan Mobilisasi Dini pada Ibu Nifas Hari Pertama di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara rawat gabung dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama di BPS Endang Desa banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode observasional jenis cross sectional. Variabel penelitian yang diamati adalah kegiatan rawat gabung (rooming in) sebagai variabel independent; sedangkan variabel dependennya adalah perilaku mobilisasi dini. Variabel independent yang diukur antara lain: waktu interaksi antara ibu dan bayi; serta penempatan bayi. Adapun variabel mobilisasi meliputi gerakan ibu, mulai dari miring kanan kiri, duduk, turun dari tempat tidur, berdiri disisi tempat tidur dan berjalan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu nifas hari pertama yang menjalani persalinan di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri, yang rata-rata tiap bulan sebanyak 0 ibu nifas. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh karena populasi penelitian yang relative sedikit, sehingga seluruh populasi digunakan menjadi sampel penelitian. 45
Pengambilan data dilakukan pada 8 Januari- 3 Februari 008, di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri. Pengambilan data dilakukan menggunakan lembar observasi terhadap situasi rawat gabung serta perilaku mobilisasi ibu postpartum hari pertama. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik editing, coding, scoring dan tabulating, sedangkan presentasi data dengan menggunakan tabel dan diagram. Analisis data dilakukan secara inferensial menggunakan uji Koefisien Kontingensi. Hasil Penelitian Data Umum 1. Karakteristik responden berdasarkan umur Diagram 1 (3 responden) 15% Umur 85% (17 responden) 16-35 th > 35 th Karakteristik responden berdasarkan umur ibu nifas hari pertama di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tanggal 8 Januari 3 Februari 008.. Karakteristik responden berdasarkan paritas 55% (11 responden) Diagram Paritas (9 responden) 45% 1 anak - 4 anak Karakteristik responden berdasarkan paritas ibu nifas hari pertama di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tanggal 8 Januari 3 Februari 008. Data Khusus 1. Pelaksanaan rawat gabung pada ibu nifas hari pertama Tabel 1 No 1 Pelaksanaan rawat gabung pada ibu nifas hari pertama Rawat Gabung Jumlah Prosentase Kurang baik 9 45% 11 55% Jumlah 0 100 % Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden melaksanakan rawat gabung dengan kriteria baik yaitu sebanyak 11 responden (55%) dari total 0 responden.. Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama Tabel Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama No 1 Mobilisasi Dini Jumlah Prosentase Kurang baik 8 40% 1 60% Jumlah 0 100 % Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebagian besar responden dapat melaksanakan mobilisasi dini dengan kriteria baik yaitu sebanyak 1 responden (60%) dari total 0 responden. 3. Hubungan rawat gabung dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama Tabel 3 Hubungan rawat gabung dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama No Mobilisasi Rawat Dini Gabung Kurang Total 1 Kurang baik 6 3 9 9 11 Total 8 1 0 Chi kuadrat : x hitung = 4,85 > x tabel = 3,48 ; Ho ditolak KK = 0,44 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara rawat gabung 46
pertama di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri, yang ditunjukkan dengan harga x hitung = 4,85 > x tabel = 3,48 dengan derajat kepercayaan 95%. Kuatnya hubungan ditunjukkan oleh Koefisien Kontingensi (KK) = 0,44, yang berarti hubungannya lemah. Pembahasan 1. Pelaksanaan rawat gabung pada ibu nifas hari pertama di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden dapat melaksanakan rawat gabung dengan kriteria baik yaitu sebanyak 11 responden (55%) dan hampir setengahnya dari responden melaksanakan rawat gabung dengan kriteria kurang baik sebesar (45%) atau 9 responden dari 0 responden yang ada. Rawat gabung yang baik yang dimaksudkan disini adalah sesuai dengan pengertian rawat gabung itu sendiri yaitu satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 4 jam penuh sehingga ibu dapat melihat dan menjangkau kapan saja bayi atau ibu membutuhkannya (Suradi, 004 : 3). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden dapat melaksanakan rawat gabung dengan baik yang dilihat dari segi waktu dan penempatan. Di tempat penelitian, perawatan ibu nifas dilakukan dalam 4 jam penuh dan bayi ditempatkan pada tempat tidur yang sama dengan ibu sehingga ibu akan sangat senang dan bahagia bila dekat dengan bayi dan bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, mendengar suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu ( bonding effect). Hubungan ibu dan bayi ini sangat penting untuk saling mengenal terutama pada hari-hari pertama setelah persalinan. Pada penelitian, hampir setengahnya dari responden melaksanakan rawat gabung dengan kurang baik yaitu ditempatkan bersama dengan ibu selama < 4 jam dan dalam boks yang terpisah. Rawat gabung yang kurang baik tersebut disebabkan oleh keinginan ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahatnya yang kurang, sehingga bayi ditempatkan dalam boks yang terpisah tidak dalam satu tempat tidur dengan ibu dan juga disebabkan oleh kondisi tertentu dari bayi misal hipotermi dan asfiksi ringan sehingga bayi harus ditempatkan dalam ruangan khusus bayi, yang berarti bahwa bayi tidak bersama dengan ibu dalam 4 jam penuh.. Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dapat melaksanakan mobilisasi dini dengan kriteria baik yaitu sebanyak 1 responden (60%) dan sebagian kecil dari responden yaitu 8 responden (40%) melaksanakan mobilisasi dini dengan kriteria kurang baik dari total 0 responden. Mobilisasi dini yang termasuk dalam kriteria baik yang dimaksudkan disini adalah ibu nifas yang dapat selekas mungkin berjalan, tentunya dengan tahapan miring kanan/kiri, duduk, turun dari tempat tidur dan kemudian berjalan dalam waktu sekitar 6 jam setelah persalinan (Bennet, 1996 : 44). Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan merupakan masa ketergantungan bagi ibu atau disebut fase taking in (menerima) Rubin (1961) menjelaskan bahwa hari tersebut merupakan waktu dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan serta memfokuskan energi pada bayinya yang baru (Hamilton, 1995 : 93). Pernyataan Rubin tersebut berhubungan dengan pelaksanaan mobilisasi dini yang kurang baik atau pada ibu nifas yang tidak bisa melakukan tahapan gerakan sampai dengan berjalan dalam waktu 6 jam pertama setelah persalinan atau bisa melakukannya tetapi dalam waktu lebih dari 6 jam. Mobilisasi dini yang kurang baik tersebut disebabkan karena ibu nifas masuk pada fase taking in, sehingga ibu masih sangat tergantung pada orang lain. Juga disebabkan oleh rasa takut dan khawatir dari ibu untuk melakukan gerakan segera karena rasa nyeri dari luka jalan lahir. 3. Hubungan rawat gabung dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama di BPS Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Dari hasil analisa data diperoleh x hitung = 4,85 > x tabel = 3,48 dengan derajat kepercayaan 95%, artinya antara rawat gabung 47
pertama terdapat hubungan yang signifikan. Kuatnya hubungan ditunjukkan oleh Koefisien Kontingensi (KK) = 0,44, yang berarti hubungannya lemah karena mendekati 0. Hubungan rawat gabung dengan mobilisasi dini sesuai dengan teori yang ada bahwa dalam kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, tentang bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasehat makanan yang baik, maka ibu mempunyai keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan merawat diri sehingga akan mempercepat mobilisasi, dan ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan (Wiknjosastro, 00 : 66). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara rawat gabung pertama, dan hubungannya lemah. Bisa ditunjukkan pada pelaksanaan rawat gabung yang baik maka akan menyebabkan mobilisasi dini menjadi baik pula atau sebaliknya, apabila pelaksanaan rawat gabung kurang baik maka akan berpengaruh terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama menjadi kurang baik. Dari hasil analisa data diketahui bahwa hubungan tersebut lemah sehingga masih terdapat juga responden yang melaksanakan rawat gabung baik, tetapi mobilisasi dini menjadi kurang baik ataupun sebaliknya. Keinginan ibu untuk segera merawat bayinya sendiri, serta keinginan ibu untuk segera menyusui bayinya menyebabkan meningkatnya motivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini. Simpulan Berdasarkan penyajian dan pengolahan data dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar dari responden (11 orang atau 55%) dapat melaksanakan rawat gabung dengan kriteria baik.. Sebagian besar dari responden (1 orang atau 60%) dapat melaksanakan mobilisasi dini dengan kriteria baik. 3. Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara rawat gabung pertama (x hitung > x tabel dengan derajat kepercayaan 95%, berarti Ho ditolak dan H 1 diterima). Hubungan ini lemah yang ditunjukkan oleh Koefisien Kontingensi (KK) = 0,44 (mendekati 0). Saran 1. Bagi Responden Diharapkan ibu nifas dapat segera atau selekas mungkin berjalan sehingga akan diperoleh manfaat yang berguna untuk kesehatan ibu maupun bayi. Diharapkan ibu nifas lebih menyadari pentingnya rawat gabung yang merupakan kebijakan dari tempat persalinan dan ibu dapat menjalankannya dengan baik.. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat mempertahankan kualitas dan pemahaman tentang rawat gabung, memfasilitasi pelaksanaan rawat gabung serta terus memberikan motivasi kepada ibu nifas untuk melaksanakan mobilisasi dini dalam sistem rawat gabung dengan baik, misalnya dengan segera melakukan tahapan miring kanan/kiri, duduk, turun dari tempat tidur dan berjalan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut dengan permasalahan yang lebih luas dan metode yang lebih berkualitas misalnya dengan instrumen penelitian yang lebih lengkap dan jumlah sampel yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1994). Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung Menyusui : Peran Khusus pada Pelayanan Kesehatan Ibu Menyusui, Ed.1. Jakarta : Perinasia. Hal.. (005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Hal 416. Arikunto, Suharsimi. (006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 149. Cunningham, F Gary. (1995). Obstetri Williams (Williams Obstetrics) Ed.18. Jakarta : EGC. Hal 90. Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Marco. (003). Survei Demografi Kesehatan Indonesia 00-003. Calverton Maryland, USA : ORC Marco. Hal 161. 48
Danim, Sudarwan. (003). Metode Penelitian Kebidanan : Prosedur, Kebijakan Dan Etik. Jakarta : EGC. Hal 46 Djarwanto. (001). Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Yogyakarta : Liberty. Hal. Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Hal 5. Hadi, Sutrisno. (001). Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta : Andi. Hal 90. Hidayat, Alimul. (006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal 173. Jones, Liewellyn. (005). Setiap Wanita. Jakarta : Delapratasa. Hal 66-67. Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan. Hal 151..(1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Hal 191-193 Marjono, Anthonius Budi. (1999). Kamar Bersalin dan Rawat Gabung. Jakarta : Cakul Obstetri. Hal 1-7. Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC. Hal 115. Notoatmodjo, Soekidjo. (005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 69-70. Nursalam. (003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal 85-1. Ruth Bennet, et al. (1996). Myles Textbook for Midwives. United State of america : Churcill Livingstone. Hal 44. Sastrawinata, Sulaiman. (1983). Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman. Hal 34. Soetjiningsih. (1997). ASI : Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC. Hal 100. Suradi, Rulina. (004). Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Hal 3-4. Sugiyono. (006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Hal 56-61. Wiknjosastro, Hanifa. (00). Ilmu Kebidanan Ed. 3 Cet. 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 4-66. 49