Cara uji penyulingan aspal cair

dokumen-dokumen yang mirip
Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Cara uji sifat tahan lekang batu

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Cara uji kadar air dalam produk minyak dan bahan mengandung aspal dengan cara penyulingan

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Spesifikasi aspal cair tipe penguapan sedang

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

METODE PENGUJIAN KADAR RESIDU ASPAL EMULSI DENGAN PENYULINGAN

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji geser langsung batu

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Analisis kadar abu contoh batubara

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

METODE PENGUJIAN KADAR AIR ASPAL EMULSI

Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Cara uji berat jenis tanah

Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Minyak terpentin SNI 7633:2011

METODE PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

METODE PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVE LAND OPEN CUP

Metode uji CBR laboratorium

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Tata cara pemulihan aspal dari larutan dengan penguap putar

Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Metode uji CBR laboratorium

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Kulit masohi SNI 7941:2013

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Cara uji berat isi beton ringan struktural

JOB SHEET PRATIKUM KONSTRUKSI JALAN

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

Cara uji bliding dari beton segar

Revisi SNI Daftar isi

Cara uji ketahanan campuran beraspal terhadap kerusakan akibat rendaman

PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL (RING AND BALL TEST) (PA ) (AASHTO-T53-74) (ASTM-D36-69)

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

METODE PENGUJIAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPAL

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Spesifikasi kompon cair pembentuk membran untuk perawatan beton

Bambu lamina penggunaan umum

Alat penyuling minyak atsiri - Bagian 1 : Sistem kukus Syarat mutu dan metode uji

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

PENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL. M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang. Abstrak 2.

SNI. Metode Pengujian Berat Jenis Dan penyerapan air agregat halus SNI Standar Nasional Indonesia

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Bab III Metodologi Penelitian

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ringkasan cara pengujian... 2 5 Peralatan... 2 6 Contoh uji... 3 7 Persiapan benda uji... 3 8 Persiapan alat... 4 9 Prosedur pengujian... 5 10 Perhitungan dan pelaporan... 5 11 Ketelitian... 6 Lampiran A (normatif) Koreksi temperatur... 8 Lampiran B (normatif) Formulir pengujian penyulingan aspal cair... 10 Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir hasil pengujian penyulingan aspal cair... 11 Bibliografi... 12 Gambar 1 - Labu destilasi... 2 Gambar 2 - Pelindung... 3 Gambar 3 - Rangkaian alat penyulingan... 4 Gambar A.1 - Termometer... 9 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Cara uji penyulingan aspal cair adalah revisi dari SNI 06-2488-1991, Metode pengujian fraksi aspal cair dengan cara penyulingan. Standar ini merupakan hasil adopsi dari AASHTO T 78-96 (2000) dan ASTM D 402-99, Standard Method of Test for Distillation of Cutback Asphaltic (Bituminous) Products yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia dengan melakukan modifikasi terhadap format, dan revisi tersebut antara lain adanya penutup wadah residual untuk mematikan api, koreksi temperatur dan cara pembulatan temperatur mendekati 1 C. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8 Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 17 April 2008 di Bandung, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait. ii

Pendahuluan Cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan pelaksana, teknisi laboratorium atau produsen dalam menentukan fraksi aspal cair dengan cara penyulingan agar diperoleh mutu aspal cair yang tepat untuk perencana dan pelaksanaan konstruksi jalan serta keseragaman cara uji. Cara uji ini mengukur jumlah bahan yang mudah menguap dalam aspal cair pada temperatur pengujian. Setelah penuangan residu, lengkapi wadah penampung residu dengan penutup. Secara garis besar pengujian ini dilakukan dengan cara: 200 ml contoh aspal cair disuling dalam labu destilasi 500 ml dengan cara mengontrol kecepatan tetesan 5 C per menit sampai temperatur larutan 360 C dan isi destilat yang diperoleh dicatat untuk setiap temperatur pengujian. Residu dan destilat mungkin diperlukan untuk pengujian selanjutnya. iii

1 Ruang lingkup Cara uji penyulingan aspal cair Cara uji penyulingan aspal cair jenis menguap cepat (RC), menguap sedang (MC), menguap lambat (SC) ini menggunakan satuan standar dalam SI dan tidak mencakup ketentuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja, bila ada menjadi tanggung jawab pengguna. Cara uji ini mengukur jumlah bahan yang mudah menguap dalam aspal cair pada temperatur pengujian. 2 Acuan normatif Dokumen referensi yang terkait dengan standar ini: SNI 03-6399, Tata cara pengambilan contoh aspal. ASTM D 370, Test method for dehydration of oil Type preservatives. ASTM E 133, Spesification for distillation equipment. IP 133 /ASTM D 86, Distillation of petroleoum products. 3 Istilah dan definisi Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut: 3.1 aspal cair aspal yang dihasilkan dengan cara melarutkan aspal keras dengan pelarut yang berasal dari penyulingan minyak bumi 3.2 aspal cair jenis menguap cepat (Rapid Curing/RC) aspal cair yang terdiri dari campuran antara aspal keras dan pelarut yang mempunyai daya menguap tinggi, contohnya premium 3.3 aspal cair jenis menguap sedang (Medium Curing/MC) aspal cair yang terdiri dari campuran antara aspal keras dan pelarut yang mempunyai daya menguap sedang, contohnya minyak tanah 3.4 aspal cair jenis menguap lambat (Slow Curing / SC) aspal cair yang terdiri dari campuran antara aspal keras dan pelarut (solar) yang mempunyai daya menguap lambat, contohnya minyak diesel (solar) 3.5 destilat larutan (cairan) hasil penyulingan yang tertampung dalam gelas ukur 3.6 penyulingan pemisahan fraksi dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didih 1 dari 12

4 Ringkasan cara pengujian Contoh aspal cair sebanyak 200 ml disuling dalam labu destilasi kapasitas 500 ml dengan cara mengontrol kecepatan tetesan sampai temperatur larutan 360 C dan tentukan isi destilat yang diperoleh untuk setiap temperatur pengujian. Residu dan juga destilat mungkin diperlukan untuk pengujian selanjutnya. Adanya Silikon dalam aspal cair mungkin dapat menyebabkan pengaruh terhadap residu penyulingan, dapat memperlambat kehilangan (penguapan) bahan yang mudah menguap setelah residu dituangkan ke dalam wadah. 5 Peralatan Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Labu suling kapasitas 500 ml sesuai Gambar 1; Gambar 1 - Labu destilasi b) Kondensor, dengan panjang pelindung dari 200 mm sampai dengan 300 mm dan panjang tabung 450 mm (± 10 mm), lihat Gambar 3; c) Tabung pengarah (adaptor) dengan tebal 1 mm yang ujungnya bengkok dengan sudut 105. Diameter dalam pada ujung bagian besar lebih kurang lebih 18 mm, dan ujung bagian kecil tidak kurang dari 5 mm. Bagian bawah permukaan adaptor dari bagian yang besar ke bagian yang kecil harus lengkung dengan permukaan bagian dalam halus dengan bagian ujung yang terpotong pada sudut 45 ± 5 ke bagian dalam; d) Penangas yang umumnya terbuat dari logam, yang dilapisi dengan asbestos 3 mm dengan jendela mika yang transparan sesuai Gambar 2. Pelindung digunakan untuk melindungi labu dari aliran udara dan mengurangi radiasi. Penutup pelindung (bagian atas) harus terdiri dari dua lempeng asbestos dengan tebal 6,4 mm; 2 dari 12

Gambar 2 - Pelindung e) Penyangga pelindung dan labu terdiri dari dua buah kasa krom dengan ukuran 150 mm x 150 mm; f) Pemanas gas yang dapat diatur atau pemanas lainnya yang setara; g) Gelas ukur dengan kapasitas 100 ml sesuai spesifikasi ASTM E 133; h) Penampung residu kapasitas 240 ml terbuat dari metal yang dilengkapi dengan penutup, berdiameter 75 mm ± 5 mm dan tinggi 55 mm ± 5 mm, i) Termometer, sesuai SNI 16-6421; j) Pengukur waktu (stop watch); k) Timbangan, kapasitas 1000 gram dengan ketelitian 0,1 gram. 6 Contoh uji Contoh uji adalah aspal cair sebanyak 500 ml yang pengambilannya sesuai SNI 03-6399. 7 Persiapan benda uji a) Aduk contoh uji agar homogen, bila perlu dipanaskan sebelum pengambilan benda uji; b) Apabila dalam contoh uji terdapat air yang dapat menyebabkan pembusaan atau letupan, keluarkan airnya dengan cara memanaskan 250 ml contoh uji dalam labu penyulingan yang kapasitasnya cukup besar untuk menjaga meluapnya busa ke bagian samping. Bila busa telah hilang, hentikan penyulingan. Apabila ada sedikit minyak yang tertampung, pisahkan dan tuangkan kembali ke dalam labu penyulingan apabila isi dalam labu telah dingin, hal ini untuk menjaga kehilangan minyak yang mudah menguap; Aduk isi labu dengan hati-hati sebelum dikeluarkan dari labu untuk pengujian. Prosedur alternatif lainnya dapat dilihat pada ASTM D 370; c) Tentukan berat jenis benda uji pada temperatur 15,6 C; 3 dari 12

d) Timbang labu penyulingan kosong = W1; e) Hitung berat contoh dari 200 ml aspal cair dengan berat jenis pada temperatur 15,6ºC. Timbang contoh tersebut dengan ketelitian ± 0,5 gram dalam labu; f) Masukkan benda uji ke dalam labu penyulingan sehingga berat benda uji dan labu W 1 + 200 xberat jenisaspalcair. penyulingan menjadi ( ) 8 Persiapan alat a) Letakkan labu yang berisi benda uji dalam pelindung pada dua lembar kasa di atas penyangga kaki tiga. Hubungkan dengan kuat kondensor dengan labu. Jepit tabung pendingin sehingga labu dalam posisi tegak. Atur tabung pengarah di ujung tabung pendingin sehingga jarak dari leher labu sampai ujung pengeluaran tabung pengarah adalah 650 mm ± 50 mm, lihat Gambar B.3; Gambar 3 - Rangkaian alat penyulingan b) Masukkan termometer melalui gabus penutup leher labu suling sehingga jarak ujung termometer berada 6,4 mm dari dasar labu (dengan menggunakan pembagian skala pada termometer untuk memperkirakan jarak 6,4 mm di atas bagian atas batang pengaduk); c) Lindungi pemanas dengan pelindung yang sesuai. Letakkan penampung sehingga ujung tabung pengarah berada sekurang-kurangnya 25,4 mm ke dalam tabung penampung namun tidak di bawah garis batas ukuran (tanda) 100 ml. Tutup gelas penampung dengan menggunakan kertas, atau bahan yang hampir sama, yang telah dipotong dengan bentuk yang sesuai ujung tabung pengarah; d) Labu, kondensor, tabung pengarah dan tabung/gelas penampung harus bersih dan kering sebelum penyulingan dimulai. Letakkan wadah residu beserta penutupnya pada daerah yang bebas aliran udara; e) Alirkan air dingin melalui tabung pendingin. Gunakan air hangat bila diperlukan untuk mencegah pembentukan kerak dalam tabung pendingin. 4 dari 12

9 Prosedur pengujian a) Koreksi temperatur yang akan ditentukan pada penyulingan apabila ketinggian laboratorium berada lebih dari atau sama dengan 150 m di atas permukaan laut. Koreksi temperatur ditunjukkan pada Tabel A1. Apabila pada lokasi tersebut tekanan atmosfer (milimeter Hg) diketahui, lakukan koreksi temperatur dengan menggunakan Tabel A2 pada Lampiran A; b) Atur nyala api pemanas sehingga tetesan pertama destilat mulai menetes dalam waktu antara 5 menit sampai dengan 15 menit; c) Atur pemanasan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) sampai dengan temperatur 260 C, kecepatan tetesan diatur 50 tetes sampai dengan 70 tetes per menit, 2) temperatur 260 C sampai dengan 316 C, kecepatan tetesan diatur 20 tetes sampai dengan 70 tetes per menit; 3) temperatur 316 C sampai dengan 360 C harus diselesaikan dalam waktu kurang dari 10 menit. d) Catat volume tiap fraksi destilat (hasil penyulingan) dalam tabung penerima masingmasing temperatur pada titik didih terkoreksi yang telah dikoreksi dengan ketelitian 0,5 ml; Apabila volume destilat yang diperoleh sangat sedikit (kritis) gunakan penampung dengan ketelitian 0,1 ml dan rendam dalam bak perendam yang transparan dengan temperatur 15,6 C ± 3 C; CATATAN 1 - Kadang-kadang aspal cair tidak menghasilkan destilat atau sangat sedikit destilat di atas temperatur 316 C. Pada kasus ini kecepatan tetesan tidak dapat dipertahankan. Untuk kondisi seperti ini cara uji dapat dipenuhi apabila kecepatan kenaikan temperatur melebihi 5ºC per menit. e) Apabila temperatur 360 C yang terkoreksi tercapai, matikan pemanas (api), lepaskan labu destilasi, tabung pendingin dan termometer. Letakkan labu destilasi pada posisi penuangan dan langsung tuangkan isinya ke dalam wadah. Total waktu dari mematikan api sampai mulai menuangkan residu tidak boleh melebihi 15 detik. Pada waktu penuangan pipa labu penyulingan harus horizontal untuk menjaga kondensat dalam pipa kembali masuk ke residu; CATATAN 2 - Pembentukan lapisan pada permukaan residu selama pendinginan menghalangi penguapan dan ini akan menyebabkan tingginya nilai penetrasi karena akan masuk kembali ke dalam contoh. Untuk mencegah terbentuknya lapisan tersebut maka harus dilakukan pengadukan dengan spatula secara perlahan. f) Biarkan tabung pendingin mengalirkan destilat ke dalam penampung dan catat total volume destilat pada 360 C; g) Apabila residu telah dingin atau sampai tidak ada asap, aduk secara perlahan dan tuangkan ke dalam cawan contoh untuk pengujian mutu antara lain penetrasi, kekentalan, dan titik lembek. 10 Perhitungan dan pelaporan a) Residu aspal; Hitung % residu dengan ketelitian 0,1 sebagai berikut: 5 dari 12

( 200 -TD) é ù R = ê ë 200 ú x 100................................................. (1) û Keterangan: R adalah kadar residu dinyatakan dalam % volume; TD adalah total destilat sampai dengan temperatur 360 C, dinyatakan dalam ml. b) Laporkan residu dari penyulingan sampai dengan 360 C dalam persen volume; c) Total destilat pada 360 C; Hitung total destilat pada 360 C dalam persen volume sampai 0,1 sebagai berikut: ( TD) é ù TD = ê ë 200 ú x 100 (%).................................................. (2) û d) Tentukan persen volume tiap fraksi dengan cara membagi volume yang diamati dalam ml dengan jumlah volume yang tertampung sampai temperatur 360 C dan kalikan dengan 100. Laporkan sampai mendekati 0,1 sebagai destilat, % volume total destilat sampai 360 C sebagai berikut: 1) % Volume fraksi sampai temperatur 190 C = TD a x 100; 2) % Volume fraksi sampai temperatur 225 C = TD b x 100; 3) % Volume fraksi sampai temperatur 260 C = TD c x 100; 4) % Volume fraksi sampai temperatur 316 C = TD d x 100; 5) % Volume fraksi sampai temperatur 360 C = TD / TD x 100. Keterangan: a adalah volume destilat pada temperatur 190 C; b adalah volume destilat pada temperatur 225 C; c adalah volume destilat pada temperatur 260 C; d adalah volume destilat pada temperatur 315 C; TD adalah total destilat pada temperatur 360 C, dalam ml. e) Laporkan hasil pengujian residu: 1) penetrasi; 2) kekentalan atau pengujian lainnya sesuai SNI atau standar pengujian lainnya yang berlaku. 11 Ketelitian a) Kriteria yang digunakan untuk menilai hasil yang dapat diterima (ketelitian 95%); b) Hasil pengulangan dari teknisi dan alat yang sama tidak boleh berbeda lebih dari 1% volume terhadap volume contoh asli; c) Perbedaan hasil dari dua laboratorium tidak boleh berbeda: 6 dari 12

Fraksi destilat terhadap isi contoh: - Sampai dengan 175 C 3,5 % - Diatas 175 C 2,0 % - Volume residu 2,0 % d) Batasan untuk menentukan variabilitas pengujian residu pada residu penyulingan belum ditentukan. 7 dari 12

Lampiran A (normatif) Koreksi temperatur Tabel A.1 - Koreksi temperatur fraksionasi untuk beberapa ketinggian, ( C) Ketinggian di atas muka air Fraksionasi temperatur untuk beberapa ketinggian, ( C) laut, (m) 0 190 225 260 316 360 152 189 224 259 315 359 305 189 224 258 314 358 457 188 223 258 313 357 610 187 222 257 312 356 762 186 221 256 312 355 914 186 220 255 311 354 1067 185 220 254 310 353 1219 184 219 254 309 352 1372 184 218 253 308 351 1524 183 218 252 307 350 1676 182 217 251 306 349 1829 182 216 250 305 349 1981 181 215 250 305 348 2134 180 215 249 304 347 2286 183 214 248 303 346 2438 179 213 248 302 345 Tabel A.2 - Faktor untuk menghitung koreksi temperatur Temperatur nominal, ( C) Koreksi* perbedaan tekanan per 10 mm Hg, ( C) 160 0,514 175 0,513 190 0,549 225 0,591 250 0,620 260 0,632 275 0,650 300 0,680 316 0,698 325 0,709 360 0,751 *Apabila tekanan udara (barometer) lebih kecil dari 760 mm Hg maka kurangi temperatur pengamatan dengan hasil koreksi, apabila tekanan udara lebih besar dari 760 mm Hg maka tambahkan temperatur pengamatan dengan hasil koreksi 8 dari 12

Koreksi = (Tekanan yang diamati 760) x koreksi per mm Koreksi per mm = 0,1 x koreksi per 10 mm yang diberikan dalam Tabel 3 Contoh: Tekanan atmosfer = 748 mm Hg Temperatur pengamatan nominal = 260 C Koreksi C = (748 760) x 0,0632 = - 0,758 Temperatur pengamatan = 260 0,758 = 259 C dengan pembulatan mendekati 1 C Tabel A.3 - Spesifikasi termometer Termometer SNI 16-6421-2000 Daerah pengukuran 2 C sampai dengan 400 C Skala terkecil 1 C Skala terbesar 10 C Kesalahan pada pembacaan skala bila distandarkan tidak akan melebihi 1 C Standarisasi Es, pada 50 C dan 70 C Panjang seluruhnya (A) Diameter batang (B) Diameter bagian cairan ujung (C) Ruang penampungan cairan 386 mm 6,0 sampai dengan 7,0 mm 5,0 sampai dengan 6,0 mm Cincin gelas Gambar A.1 - Termometer 9 dari 12

1 No. order/contoh : 2 Jenis contoh uji : 3 Jenis pekerjaan : 4 Diterima tanggal : 5 Di uji tanggal : 6 Metode uji : 7 Kondisi lingkungan: : - Suhu : - Kelembaban : 8 Hasil pengujian : Lampiran B (normatif) Formulir pengujian penyulingan aspal cair Kop instansi laboratorium penguji Kegiatan Pembacaan Waktu Temperatur Persiapan alat Mulai jam : Bak penampung :...... C Selesai jam : (12,8 18,3 C) Pemeriksaan Penyulingan 200 ml Mulai jam : Tetes pertama : Selesai jam : Dituangkan jam : Tekanan udara : Temperatur pengamatan: Penyulingan 200 ml Temperatur uji terkoreksi: Sulingan sampai 190 C Sulingan sampai 189 C 225 C 224 C 260 C 259 C 315 C 315 C 360 C 359 C Residu pada 360 C Residu pada 360 C Dikerjakan oleh Teknisi: Tanggal : Tanggal : Nama : Nama : Tanda tangan : Tanda tangan : Contoh ml %................. 200... Diperiksa oleh Penyelia 10 dari 12

Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir hasil pengujian penyulingan aspal cair 1 No. order/contoh : 2 Jenis contoh uji : MC-250 3 Jenis pekerjaan : 4 Diterima tanggal : 11 Agustus 2008 5 Di uji tanggal : 12 Agustus 2008 6 Metode uji : 7 Kondisi lingkungan: : - Suhu : - Kelembaban : 8 Hasil pengujian : Kop instansi laboratorium penguji Kegiatan Pembacaan Waktu Temperatur Persiapan alat Mulai jam : 09.00 Bak penampung :...... C Selesai jam : 09.30 (12,8 18,3 C) Pemeriksaan Penyulingan 200 ml Mulai jam : 09.35 Tetes pertama : 09.50 208 C Selesai jam : 10.20 Dituangkan jam : 10.30 Tekanan udara : 798 mmhg Penyulingan 200 ml Pada 15,5 C Temperatur pengamatan: Temperatur uji terkoreksi: Contoh ml % Sulingan sampai 190 C Sulingan sampai 189 C...... 225 C 224 C 7,5 18,36 260 C 259 C 15 36,60 315 C 315 C 25 60,97 360 C 359 C 41 100,0 Residu pada 360 C Residu pada 360 C 159 79,5 Bandung, 12 Agustus Dikerjakan oleh Teknisi: Diperiksa oleh Penyelia Tanggal : 12 Agustus 2008 Tanggal : 12 Agustus 2008 Nama : Tuti Rachmatiah Nama : Winne Herwina Tanda tangan : Tanda tangan : 11 dari 12

Bibliografi SNI 16-6421-2000, Spesifikasi standar termometer. 12 dari 12