DOMINASI VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI NANGROE ACEH DARUSSALAM: Kajian Penyebaran Varietas dan Preferensi Petani Ruly Krisdiana Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak Km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 email: rulykrisdiana@yahoo.com ABSTRAK Varietas unggul merupakan komponen teknologi usahatani yang mudah diadopsi petani. Sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan produksi dapat dilihat dari kenaikan produktivitas dan pendapatan petani. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi: (1) varietas unggul kedelai yang dominan ditanam petani; (2) preferensi petani dalam memilih varietas kedelai. Obyek penelitian adalah petani yang menanam kedelai pada musim tanam 2011. Penelitian dilakukan di sentra produksi kedelai di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), yaitu di Kabupaten Pidie Jaya, Beureun, dan Aceh Utara. Metode penelitian adalah survei ke petani yang mengusahakan kedelai sebagai data primer dan diambil secara acak sederhana. Data dianalisis secara tabulasi, untuk memahami varietas kedelai yang dominan diusahakan petani, berdasarkan jumlah petani pengguna dan luas areal tanam, serta preferensi petani dalam memilih benih kedelai.hasil penelitian menunjukkan di daerah NAD hampir seluruh petani kedelai telah menggunakan varietas unggul, dan yang paling dominan adalah Anjasmoro, dan sebagian lainnya Kipas Merah, Kipas Putih dan Wilis. Preferensi petani dalam memilih kedelai adalah karakteristik tanaman, yaitu warna kulit biji kuning, warna bunga ungu, tanaman berbunga 35 40 HST, umur panen 70 75 HST, tinggi tanaman sedang, bentuk biji bulat, ukuran biji besar, dan tipe percabangan banyak. Kata kunci: varietas unggul, kedelai, dominan ABSTRACT The dominant of soybean superior variety in Nangroe Aceh Darussalam: Study the spread of varieties and farmers preferences. Potentially superior varieties result is a simple component of farming technology adopted by farmers. Donations superior varieties can be seen from the increase in the level of productivity and income levels of farmers. Research objectives are: (1) to identify the dominant soybean superior varieties planted by farmers, (2) to identify the preferences of farmers in selecting soybean varieties. Estimated output is: (1) data information that dominant soybean varieties planted by farmers, (2) data information preferences in selecting seed soybean farmers. Object of study is the farmers who grow soybeans in the growing season in 2011. This activity is carried out by examining the central areas of soybean production in the Province of Nangroe Aceh Darussalam (NAD), which is in Pidie Jaya, Beureun, and Aceh Utara. The research method is a survey to commercialize soybean farmers as primary data were taken at random sample. Analysis of the data used is tabulated analysis, which is used for the understanding of the dominant varieties of cultivated soybean farmers based on the number of users and farmers planted acreage, as well as farmers' preferences in selecting soybean seed. The result showed that in areas of NAD almost all soybean farmers have used superior varieties. Soybean superior varieties most farmers predominantly used is Anjasmoro, and a few others are respectively Kipas merah, Kipas putih and Willis. Preferences in selecting soybean farmers are the characteristics of the soybean plant seed coat color of yellow, purple flower color, age 35 40 DAP, harvesting age 70 75 DAP, medium plant height, seed round shape, large seed size, and type of branching lot. Keywords: superior varieties, soybean, dominant Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 293
PENDAHULUAN Varietas unggul merupakan komponen teknologi usahatani yang mudah diadopsi petani. Sumbangan varietas unggul kedelai terhadap peningkatan produksi dapat dilihat dari kenaikan produktivitas dari 1,1 t/ha (tahun 1989), meningkat menjadi 1,3 t/ha. Dengan pengelolaan tepat, produktivitas kedelai mampu mencapai 2,5 t/ha bahkan 3,40 t/ha. Hingga tahun 2011 pemerintah telah melepas 72 varietas unggul kedelai (Balitkabi 2011). Namun penyebaran varietas unggul kedelai masih lambat dan petani belum mengetahui varietas unggul baru kedelai. Santen dan Heriyanto (1996) menyatakan bahwa varietas unggul kedelai yang dominan di sentra produksi kedelai di Indonesia adalah Wilis, kecuali di NAD varietas Kipas Putih. Di Jawa Barat varietas unggul Lokon dan Orba (biji besar) menempati urutan kedua. Adisarwanto dan Wudianto (1999) mengungkapkan bahwa sampai dengan tahun 1999 telah dilepas 32 varietas unggul kedelai, tetapi yang banyak diusahakan petani adalah varietas Wilis. Krisdiana dan Heriyanto (1999) menyatakan pula bahwa di sentra produksi kedelai di Jawa varietas Wilis menduduki urutan tertinggi dibanding varietas unggul lainnya. Urutan kedua adalah Argomulyo dan Burangrang di Jawa Timur dan Orba di Jawa Barat. Heriyanto et al. (2004) menjelaskan bahwa varietas unggul Wilis menduduki urutan pertama dalam usahatani kedelai di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan masih terdapat varietas lokal di beberapa daerah di Jawa Tengah. Menurut Krisdiana et al. (2008), di sentra produksi kedelai di Jawa Timur, luas tanam varietas Wilis menduduki urutan pertama, diikuti Anjasmoro dan Argomulyo. Dari sisi jumlah petani, pengguna varietas Anjasmoro menempati urutan pertama, diikuti varietas Wilis dan Argomulyo. Di sentra produksi di Nusa Tenggara Barat, berdasarkan luas tanam dan jumlah petani, varietas Wilis masih menempati urutan pertama dan diikuti oleh varietas Anjasmoro dan Bromo. Syarat yang harus dipenuhi agar varietas unggul dapat diterima petani adalah bentuk biji oval, ukuran biji besar, dan jumlah cabang banyak. Selain itu perlu pula informasi harga kedelai, kemudahan menjual, dan kebiasaan petani. Penelitian Krisdiana (2009) kembali mengungkapkan penggunaan varietas unggul kedelai yang dominan di Indonesia adalah Wilis (46%), Mahameru (12%), varietas lokal (11%), dan varietas lainnya (31%). Di wilayah NAD, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat keragaman penyebaran varietas unggul. Di Provinsi NAD, varietas kedelai yang dominan adalah Anjasmoro (52%). Keragaman penggunaan varietas kedelai yang digunakan petani menunjukkan adanya faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan varietas. Adjid (1985) menyatakan bahwa dengan mengetahui faktor penentu, selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam kebijakan pengembangan dan penyebaran suatu teknologi baru. Dengan demikian faktor penentu tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam pembentukan varietas unggul kedelai. Mengingat kedelai merupakan komoditas strategis maka varietas unggul kedelai yang telah dilepas perlu dikembangkan untuk diadopsi petani.tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi varietas unggul kedelai yang dominan ditanam petani; (2) mengidentifikasi preferensi petani dalam memilih varietas kedelai. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan institusi (Balitkabi- BPTP-Dinas Pertanian) di sentra produksi kedelai di Prov NAD. Ruang lingkup penelitian 294 Krisdiana: Kajian penyebaran varietas dan preferensi petani di Provinsi NAD
akan mencakup penyebaran varietas kedelai (varietas lokal dan varietas unggul), yang akan terkait dengan masalah preferensi petani terhadap varietas dan adopsi varietas unggul. Obyek penelitian adalah petani yang menanam kedelai pada musim tanam tahun 2011, di Kabupaten Pidie Jaya, Beureun, dan Aceh Utara. Pada setiap kabupaten ditetapkan dua kecamatan dan setiap kecamatan ditetapkan dua desa. Pada setiap desa diambil lima petani sampel, sehingga total keseluruhan sampel adalah 60 petani. Metode penelitian adalah survei ke petani yang mengusahakan kedelai sebagai data primer dan diambil secara acak sederhana. Selain itu juga dilakukan pengambilan data sekunder yang merupakan data pendukung. Data yang dikumpulkan antara lain: (1) umur petani, (2) pengalaman berusahatani kedelai, (3) tingkat pendidikan, (4) luas garapan usahatani kedelai, (5) varietas kedelai yang digunakan dan alasan penggunaan, (6) asal benih dan jumlah yang digunakan; (7) kualitas benih, (8) kesulitan memperoleh benih; (8) karakteristik benih yang disukai. Data secara tabulasi untuk pemahaman tentang varietas kedelai yang dominan diusahakan petani berdasarkan jumlah petani pengguna dan luas areal tanam, serta preferensi petani dalam memilih benih kedelai. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Kedelai Petani kedelai di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) rata-rata berumur 42 tahun dengan kisaran 17 69 tahun, tingkat pendidikan terbanyak pada Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebagian kecil petani memiliki tingkat pendidikan D-1 dan S-1. Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi tingkat adopsi suatu inovasi/teknologi. Dalam berusahatani kedelai rata-rata petani telah berpengalaman selama 13 tahun. Sebagian petani masih belajar bercocok tanam kedelai dengan pengalaman 2 hingga 40 tahun. Jumlah anggota keluarga petani rata-rata 4 orang dengan kisaran 2 8 orang. Karakteristik petani kedelai dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik petani kedelai di NAD, MT 2012. Keterangan Rata-rata Umur (tahun) 42 (17 69) Tingkat pendidikan (%): SD 38 SMP 27 SMA 31 D-1 2 S-1 6 Pengalaman berusahatani kedelai (tahun) 13 (2 40) Jumlah anggota keluarga (orang) 4 (2 8) Luas lahan yang ditanami kedelai (ha) Sawah 0,67 Tegal 1,99 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 295
Profil Usahatani Kedelai di NAD Dalam berusahatani kedelai, petani di NAD pada tahun 2012 hampir seluruhnya telah menggunakan varietas unggul (98%), dan sisanya (2%) menggunakan varietas lokal. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran petani untuk memilih varietas unggul sangat tinggi. Beberapa petani yang masih bertahan memilih varietas lokal kemungkinan karena kesulitan mendapatkan benih varietas unggul. Harga benih yang ditanam rata-rata Rp6.461/kg, terendah Rp6.000/kg dan tertinggi Rp8.000/kg. Harga jual hasil kedelai yang diusahakan rata-rata Rp4.508/kg, terendah Rp3.000/kg dan tertinggi Rp6.000/kg (Tabel 2). Tabel 2. Usahatani kedelai di NAD, MT 2012. Uraian Rata-rata Penggunaan varietas (%) - Varietas unggul 98 - Lokal 2 Harga beli benih (Rp/kg) 6.461 (6.000 8.000) Harga jual hasil panen (Rp/kg) 4.508 (3.000 6.000) Terdapat beberapa alasan petani dalam memilih benih kedelai yang digunakan. Alasan yang terbanyak berturut-turut adalah karena mereka mendapat bantuan dari Dinas Pertanian (57%). Lebih dari separoh petani di daerah NAD menggunakan benih kedelai bantuan Dinas Pertanian, ini berarti benih yang ditanam petani adalah varietas unggul. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 (Krisdiana 2009), dimana petani yang mendapat bantuan benih dari pemerintah/dinas Pertanian hanya 6%. Hal ini berarti usahatani kedelai di NAD pada tahun 2012 telah mengalami peningkatan kualitas yang cukup tinggi. Jelas di sini bahwa dengan adanya benih bantuan pemerintah/dinas Pertanian maka benih yang digunakan petani akan lebih terjamin kualitasnya dibandingkan periode sebelumnya. Alasan lain petani dalam memilih benih adalah karena hasil tinggi (50%) pada tahun 2009 dan menurun (menjadi 22%) pada tahun 2012. Dampak lain dari adanya benih bantuan pemerintah, alasan petani dalam memilih benih adalah mudah didapat (22%) pada tahun 2009 dan menurun (menjadi 10%) pada tahun 2012, kebiasaan (22%) pada tahun 2009 menurun (menjadi 3%) pada tahun 2012. Hal ini dapat diartikan bahwa bantuan benih sangat penting artinya dalam proses penyebaran varietas unggul kedelai. Benih kedelai terbanyak yang ditanam petani berasal dari bantuan Dinas Pertanian (77%), sedang sisanya berasal dari pembelian di pasar (9%), benih dari tanaman sebelumnya (8%), dan pembelian di PPL (6%). Benih kedelai yang bersertifikat atau berkualitas tinggi sulit didapat petani, karena tidak tersedia menjelang tanam dan benih tidak sesuai dengan keinginan mereka. Varietas Unggul Dominan Telah banyak varietas unggul kedelai yang yang dilepas pemerintah, baik yang berbiji besar maupun sedang. Di antara varietas-varietas unggul tersebut penyebaran varietas Anjasmoro yang dilepas tahun 2001 lebih luas dengan jumlah petani pengguna 80,6%, dan luas areal tanam 33.097 ha. Angka ini meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 2009 (Krisdiana 2009), di mana jumlah petani pengguna varietas unggul Anjasmoro 52%, 296 Krisdiana: Kajian penyebaran varietas dan preferensi petani di Provinsi NAD
yang berarti terdapat kenaikan penggunaan varietas unggul Anjasmoro sebesar 28,6%. Pada urutan kedua adalah varietas Kipas Merah yang dilepas pada tahun 1983 dengan jumlah petani pengguna 11,9%, dan luas tanam 4.203 ha. Urutan ketiga adalah varietas Kipas Putih yang dilepas pada tahun 1992 dengan jumlah petani 4,5% dan luas tanam 1.662 ha. Terakhir adalah varietas Wilis yang dilepas tahun 1983, dengan jumlah petani pengguna 3% dan luas tanam 1.564 ha. Dibandingkan tahun 2009, penggunaan benih di NAD pada tahun 2012 terjadi peningkatan penggunaan varietas Anjasmoro 28,6%. Hal ini juga berarti menggeser dominasi varietas unggul lainnya. Varietas yang tergeser dominasinya adalah Kipas merah 29% pada tahun 2009 menjadi 11,9% pada tahun 2012, atau turun 17,1%. Kipas Putih 5% pada tahun 2009 dan menjadi 4,5% pada tahun 2012, atau turun 0,5%. Varietas Wilis 9% pada tahun 2009 dan menjadi hanya 3% pada tahun 2012, atau turun 6%. Hal ini berarti bahwa petani kedelai di NAD telah bergeser menggunakan kedelai berbiji besar varietas unggul Anjasmoro. Selanjutnya penyebaran varietas unggul kedelai berdasarkan jumlah petani pengguna dan luas tanam disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. alasan penggunaan benih, asal benih, kesulitan peroleh benih dan penyimpanan kedelai di NAD, MT 2012. Uraian Rata-rata Alasan penggunaan benih (%): - Mudah di dapat 10 - Kebiasaan 3 - Produksi tinggi 22 - Dapat bantuan/bermitra dengan Dinas 57 - Tahan hama-penyakit 3 - Adanya hanya itu 5 Asal benih (%): - Benih sendiri dari tanaman sebelumnya 8 - Beli di PPL/Dinas Pertanian 6 - Beli di pasar 9 - Bantuan Dinas Pertanian 77 Kesulitan memperoleh benih (%): - Tidak tersedia benih saat tanam 60 - Benih tidak sesuai keinginan petani 32 - Jarak beli benih unggul jauh 8 Penyimpanan hasil panen (%): - Ada 45 - Tidak (dijual semua) 55 Preferensi Varietas Dalam memilih benih kedelai ada beberapa faktor fisik yang disukai petani. Faktor fisik tersebut adalah warna kulit, warna bunga, umur bunga, umur panen, tinggi tanaman, bentuk biji, ukuran biji, dan tipe percabangan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 297
Warna kulit biji yang disukai adalah kuning atau putih kekuningan, dengan tingkat kesukaan masing-masing 52% dan putih kekuningan 48%. Warna bunga juga menentukan preferensi petani dalam memilih varietas kedelai untuk dibuat benih. Warna bunga ungu lebih disukai (69%) daripada warna putih (31%). Umur berbunga tanaman mempengaruhi umur panen. Umur mulai berbunga yang disukai adalah 35 40 HST (79%) dan 40 45 HST (15%), dan sebagian menghendaki umur lebih dari 45 HST (6%). Umur panen yang disukai sebagian besar petani 70 75 HST (37%), dan sebagian lainnya secara berurutan lebih dari 90 HST (21%), 75 80 HST (17%), 85 90 HST (14%), dan 80 85 HST (11%). Untuk tinggi tanaman sebagian besar petani 73% menyukai tanaman kedelai yang berpostur sedang, 24% menyukai yang tinggi, dan 3% menyukai yang rendah. Bentuk biji yang disukai adalah yang bulat (74%) karena dianggap mempunyai kandungan protein lebih banyak dari yang lonjong, dan sebagian lainnya menyukai lonjong (26%). Petani menyukai biji ukuran besar (87%) dan sisanya (13%) menyukai ukuran sedang. Biji besar bagus untuk tempe karena akan menambah volume, dan sekarang pabrik tahu pun juga menggunakan kedelai biji besar (Krisdiana 2011). Semua petani (100%) menyukai yang bercabang banyak (Tabel 4). Tabel 4. Karakteristik tanaman kedelai yang disukai petani NAD, MT 2012. Keterangan Rata-rata (%) Warna kulit biji - Kuning 52 - Putih kekuningan 48 Warna bunga - Putih 31 - Ungu 69 Umur bunga - 35 40 HST 79-40 45 HST 15 - >45 HST 6 Umur panen - 70 75 HST 37-75 80 HST 17-80 85 HST 11-85 90 HST 14 - >90 HST 21 Tinggi tanaman - Tinggi 24 - Sedang 73 - Rendah 3 Bentuk biji - Bulat 74 - Lonjong 26 Ukuran biji - Besar 87 - Sedang 13 Tipe percabangan - Banyak 100 - Sedang 0 298 Krisdiana: Kajian penyebaran varietas dan preferensi petani di Provinsi NAD
KESIMPULAN 1. Di Nangroe Aceh Darussalam hampir seluruh petani responden telah menggunakan varietas unggul, yang dominan adalah Anjasmoro, dan sebagian kecil petani secara berturut-turut adalah Kipas Merah, Kipas Putih, dan Wilis. 2. Preferensi petani dalam memilih kedelai adalah varietas dengan warna kulit biji kuning, warna bunga ungu, umur nunga 35 40 HST, umur panen 70 75 HST, tinggi tanaman sedang, bentuk biji bulat, ukuran biji besar, dan tipe percabangan banyak. IMPLIKASI KEBIJAKAN 1. Bantuan benih kedelai oleh pemerintah berdampak terhadap pergeseran penggunaan varietas unggul, hampir seluruh petani responden di Nangroe Aceh Darussalam telah menggunakan varietas unggul, terutama Anjasmoro. 2. Dengan memperhatikan preferensi petani maka varietas unggul kedelai akan cepat diterima karena sesuai dengan yang mereka inginkan. 3. Diseminasi varietas unggul kedelai perlu lebih diintensifkan melalui berbagai program. Institusi terkait mulai dari pusat hingga pelaksana di lapangan harus lebih serius dalam pengembangan varietas unggul kedelai oleh petani. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto dan Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering- Pasang Surut. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Adjid, D.A., 1985. Pola partisipasi masyarakat pedesaan dan pembangunan pertanian berencana:kasus usahatani kelompok hamparan dalam intensifikasi khusus (Insus) padi di Jawa Barat. Disertasi, Universitas Padjadjaran. Bandung. Balitkabi, 2011. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Heriyanto. 2004. Tingkat Adopsi dan Penyebaran Varietas Unggul Kedelalei di Jawa Timur, dalam Makarim A.K, Marwoto, M.M. Adie, A.A. Rahmianna, Heriyanto, I.K. Tastra (Penyunting). Kinerja Penelitian Mendukung Agribisnis Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor, hlm. 527 633. Krisdiana, Ruly dan Heriyanto. 1999. Sistem Agribisnis Kedelai:Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 1998/1999. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 2008. Penyebaran Varietas Unggul Kedelai:Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2008. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 2009. Penyebaran Varietas Unggul Kedelai:Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2009. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Krisdiana, Ruly 2011. Penyebaran Varietas Unggul Kedelai:Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2011. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Santen, CE dan Heriyanto, 1996. The Source of Farmer s Soybean Seed in Indonesia. Dalam Van Amstel H, Bottema. J.W.T.,Sidik, M, dan Van Santen, CE. Eds. Integrating Seed Systems for Annual Food Crops. Proceeding of a Workshop Held in Malang, Indonesia. CGPRT No. 32. Bogor, The CGPRT Centre. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 299