PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa-masa permulaan kemerdekaan Republik Indonesia dapat dikatakan bahwa kota-kota di Indonesia tidak mengalami perkembangan, sehingga bentuk dan fungsinya masih seperti zaman kolonial. Barulah pada tahun 1960 seperti halnya negara-negara Asia lainnya, Indonesia sudah terjun dalam perekonomian dunia, yang menyebabkan makin pentingnya peranan kota sesuai dengan pengaruh perekonomian dunia yang makin meningkat, maka pada kotakota di Indonesia mulai bertambah kegiatan industri, fasilitas perdagangan, serta fasilitas perkotaan lainnya ( Sinulingga, 1999:19) Perkembangan kota memberikan berbagai pengaruh bagi masyarakat secara luas, baik pengaruh positif maupun negatif. Saat ini, pembangunan kotakota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan kota besar di Indonesia cenderung pada perencanaan dan pengembangan pembangunan kawasan-kawasan perumahan eksklusif, gedung-gedung, perkantoran, pusat perbelanjaan dan sarana-sarana rekreasi modern. ( Colombijn, 2005:148) Tentunya perkembangan kota ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin mengubah nasib hidupnya, baik oleh orang yang berada di perkotaan atau orang-orang yang bukan berasal dari perkotaan (masyarakat pedesaan). Orangorang di pedesaan yang ingin merubah nasib hidupnya ini harus pergi dari perkampungan mereka untuk mencari kehidupan baru diperkotaan yang menjanjikan hal-hal baru yang tidak mereka dapatkan di kampung mereka 1
Kesempatan-kesempatan yang ditawarkan oleh perkotaan tentunya menggugah selera migran untuk berbondong-bondong pergi ke perkotaan.mereka yang datang ke perkotaan tentunya tidak semua memiliki keterampilan atau pendidikan.sementara lapangan pekerjaan di perkotaan mengharuskan para pekerjanya memiliki keterampilan, pendidikan serta pengalaman kerja.sebagian migran yang datang kekota hanya bermodalkan nekat dan keberanian (beradu nasib). Pada akhirnya orang-orang migrant yang tidak bermodalkan keterampilan dan pendidikan ini akan kalah bersaing, mau tidak mau mereka harus rela bekerja apa saja demi menyambung hidup mereka. Menjadi buruh pabrik, kuli panggul, tukan becak, supir angkutan umum, tukang sampah, pemulung, memelihara ternak babi dirumah mereka adalah pilihan yang palig tepat sebagai strategi bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada. Para migran karena keterbatasan dana mendirikan permukiman secara berkelompok. Biasanya 80% dari perumahan penduduk asli atau para migran tidak memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dan tidak mengikuti pola tata kota dan karena miskin mereka berusaha memanfaatkan tanah dengan sebaikbaiknya agar tata bangunan menjadi tidak teratur dan jalan-jalan sempit. Pada saat mereka membangun perumahannya, prasarana pemukiman (jalan, drainase, dan lain-lain) belum ada.(sinulingga, 1999: 189). Menurut Gilbert dan Gugler kemiskinan di perkotaan akan sangat jelas terlihat pada kawasan permukiman. Permukiman atau perumahan merupakan dimensi kemiskinan yang paling nyata. Kita bisa saksikan misalnya di berbagai kota besar di Indonesia akan selalu terdapat kawasan-kawasan yang dihuni oleh 2
masyarakat miskin dengan tempat tinggal apa adanya. Biasanya mereka tinggal di tanah-tanah dengan status kurang jelas dan umumnya mereka menduduki begitu saja alias liar (wild occupation).permukiman orang-orang miskin di perkotaan atau perumahan spontan. (Basundoro, 2012 : 157) Rumah-rumah yang ada di permukiman kumuh di Desa Kenangan Lama ini sangat padat, hampir tidak berjarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya. Rumah-rumah ini juga menempati lahan dari P.T KAI yang digunakan sebagai rel kereta api yang artinya rumah mereka bersebelahan langsung dengan rel kereta api. Mereka melakukannya bukan tanpa alasan, adalah untuk menekan biaya pengeluaran apabila ingin memiliki rumah yang layak huni. Permukiman kumuh ini mulai ada sekitar tahun 1980-an, berarti sudah lebih kurang 36 tahun mereka hidup dilokasi tersebut. 36 tahun tentunya bukan waktu yang sebentar, pastinya mereka memiliki strategi untuk bertahan hidup dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, seperti makan, biaya sekolah, biaya kesehatan, membeli kebutuhan sehari-hari, membeli peralatan rumah tangga dan kebutuhan-kebutuhan rumah tangga yang lainnya. Masyarakat yang mendominasi di permukiman kumuh ini adalah etnis batak toba dan jawa.secara presentase mereka dibagi menjadi, etnis batak toba 70% etnis jawa 30%. Orang-orang batak toba dan juga orang-orang jawa pastinya memiliki perbedaan dalam menjalani roda-roda kehidupan, apalagi yang berkenaan dengan bagaimana mereka memanajemen hidup sehari-hari.strategi bertahan hidup orang batak toba tentunya berbeda dengan orang jawa, karena memiliki latar belakang budaya yang bertolak belakang. 3
Menurut Purba (1997) dalam sistem nilai tradisional (adat) Batak Toba selalu mendambakan banyak keturunan (gabe), setiap keluarga ingin sejahtera dan kaya (mamora), serta memiliki wibawa sosial (sangap). Tidak setiap orang atau keluarga mampu meraih dua nilai terakhir sesuai dengan zamannya didaerah sendiri karena tidak setiap keluarga misalnya memiliki tanah yang luas, mempunyai harta benda yang banyak, menjadi pendiri kampung dan sebagainya. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengatasi masalah yang dihadapi ialah meninggalkan kampung halaman dengan harapan akan mendapat sukses didaerah lain. Nilai-nilai tradisional dalam 3H walaupun dengan intensitas yang berbeda tetap hidup sesuai dengan zamannya.pilihan terhadap pekerjaan, daerah tempat tinggal, hubungan dengan orang lain, perkumpulan yang diikuti dan sebagainya ditentukan oleh cita-cita, idaman dan ide-ide yang selalu diperjuangkan dalam hidupnya, yakni untuk memperbesar sahala.sahala mencakup kewibawaan, kekayaan harta benda dan turunan, kecerdasan, pengetahuan yang luas dan sebagainya. Ini bertolak belakang dengan nilai-nilai hidup orang jawa, orang-orang jawa mengharuskan terbentuknya manusia-manusia yang bermoral, bertutur kata dan berprilaku baik, berdasarkan prinsip-prinsip migunani mring sesame, yakni berguna bagi sesama manusia dan seluruh alam semesta.orientasi hidup orangorang jawa berbeda dengan orang-orang batak toba yang mengutamakan kekayaan, keturunan serta kehormatan.orang jawa cenderung bersikap pasrah pada keadaan, asalkan mereka masih didalam koridor bermoral, bertutur kata baik, dan berprilaku baik. 4
Tataran inti dari falsafah jawa ialah terbentuknya manusia jawa yang bermoral, bertutur kata, dan berperilaku baik berdasarkan prinsip-prinsip mignunani mring sesami, yakni berguna bagi sesama manusia. Bahkan ia juga dituntut untuk memberi manfaat bagi alam semesta secara keseluruhan-meliputi manusia, tumbuhan, binatang, tata surya, bumi, air, udara, serta seluruh ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Berguna bagi alam semesta itulah yang menjadi tujuan masyarakat jawa menerapkan falsafahnya. (Bayuadhy, 2014:15) Untuk menuju kebahagiaan dan keharmonisan sosial, orang jawa lebih dominan dalam memecahkan problem dengan menggunakan sikap mawas diri, introspeksi diri dan sadar posisi sebelum mengambil keputusan yang memunculkan konsekuensi terhadap orang lain. Kemudian orang-orang jawa adalah tipe orang-orang yang pasrah dan tidak mau merubah keadaan. Apabila dihadapkan pada sebuah masalah, orang jawa cenderung pasrah dengan ungkapan-ungkapan seperti kita harus menerima keadaan dalam hidup ungkapan lain pasrah nan sumarah menyerah dan menerima keadaan. Nilai-nilai hidup yang masing-masing bertolak belakang tentunya menjadi pembeda orang-orang batak toba dan orang jawa dalam menjalani hidup di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan. Meskipun strategi bertahan hidup yang mereka jalani akan sama dengan pola strategi bertahan hidup dimanapun, tapi nilai-nilai hidup akan menjadi warna dan pembeda antara orang batak toba dan orang-orang jawa ini. Tentunya yang menjadi menarik bagi penulis adalah, bagimana awal terbentuknya permukiman kumuh ini kemudian bagaimana awalnya mereka dapat 5
tinggal di permukiman kumuh ini, serta bagaimana mereka bertahan hidup berdasarkan nilai-nilai hidup yang dimiliki.serta masalah-masalah yang mereka alami.menarik tentunya untuk dikaji. Penelitian ini merupakan kajian sejarah perkotaan dan juga kajian sosiologi historis dengan konsentrasi masyarakat permukiman kumuh, yang notabene hari ini masih sangat sedikit penelitian sejarah perkotaan, dan tentunya didalam penelitian ini akan ditemukan banyak sekali problem-problem sosial yang terjadi seperti kemiskinan, kejahatan, dan kriminalitas. 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang diatas, adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Awal masuknya orang-orang Batak toba dan Jawa di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan 2. Strategi bertahan hidup etnis Batak toba di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan 3. Strategi bertahan hidup etnis Jawa di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan. 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana proses awal masuknya orang-orang Batak toba dan Jawa di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan? 6
2. Bagaimana strategi bertahan hidup etnik batak toba di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan? 3. Bagaimana strategi bertahan hidup etnis jawa di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan? 1.4 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui penyebab awal masuknya orang-orang Batak Toba dan Jawa di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan 2. Untuk mengetahui strategi bertahan hidup etnis Batak Toba di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan 3. Untuk mengetahui strategi bertahan hidup etnis Jawa di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai Strategi Bertahan Hidup Etnis Batak Toba dan Jawa Di Permukiman Kumuh Desa Kenangan Lama Kecamatan Percut Sei Tuan. 2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang berkeinginan melakukan penelitian terhadap masalah yang sama. 3. Untuk menambah wawasan penulis dalam menuangkan buah pikiran dalam bentuk skripsi. 4. Untuk menambah bahan pembelajaran pada mahasiswa jurusan pendidikan sejarah UNIMED. 7