BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI JUAL BELI SISTEM CAWUKAN DI DESA GEMPOLMANIS KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI JANGKRIK DENGAN SISTEM PERKIRAAN DI DESA KACANGAN KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Kerjasama antara Pemilik Modal. dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK MERTELU LAHAN PERTANIAN CABAI MERAH DI DESA SARIMULYO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

al-ba>i dalam terminologi fiqh kadang digunakan untuk pengertian

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INSTRUMEN HEDGING PADA TRANSAKSI SWAP

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PELAYANAN PAKET PERAWATAN JENAZAH ONLINE DI KELURAHAN SUMBER REJO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

GAME RISING FORCE ONLINE

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV. suatu transaksi. Pembiayaan yang terjadi yaitu pembiayaan mura>bah}ah bi alwaka>lah.

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kepada umatnya yang beriman kepada-nya dan menjadikan Al-Quran

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI JUAL BELI SISTEM CAWUKAN DI DESA GEMPOLMANIS KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis terhadap proses jual beli di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Berbagai jenis ilmu pengetahuan telah dijelaskan di dalam al-quran, yang demikian itu menjadi salah satu bukti kesempurnaan agama Islam. Mengatur segala bentuk interaksi, baik hubungan dengan sesama makhluk maupun dengan Tuhan. Manusia yang notabenenya makhluk sosial dalam menjalani hidup memerlukan campur tangan orang lain. Mereka membutuhkan segala bentuk transaksi ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya. Islam memberikan keleluasaan kepada manusia untuk melakukan inovasi dalam hal muamalah dengan syarat tidak ada dalil yang melarangnya. Salah satu transaksi ekonomi yang dianjurkan dalam muamalah adalah jual beli. Jual beli merupakan salah satu jenis transaksi yang sering dijumpai dan dipakai dalam masyarakat. Dasar dibolehkannya transaksi jual belipun telah termaktub di dalam al-qur an. Selain itu, telah dijelaskan di dalam al- Qur an mengenai larangan yang harus dihindari dari transaksi ini. Sehingga jelas batasan-batasan yang harus dijaga dalam menjamin kehalalannya. Jika dilihat dari rukun dan syarat jual beli, praktik jual beli di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan telah memenuhi syarat, hal ini sebagaimana pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa 70

71 rukun jual beli adalah: bay (penjual), mushtari> (pembeli), s{i>ghat (i>ja>b dan qabu>l) dan ma qu>d alayh (benda atau barang). 135 Sebagaimana rukun di atas praktik jual beli yang terjadi di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng dinilai sah dan sesuai dengan hukum Islam. Dengan analisis adanya seorang penjual dalam hal ini adalah lijo, kemudian beberapa pembeli yakni warga Desa Gempolamanis. Ada s{i>ghat (lafal i>ja>b dan qabu>l) yaitu terlihat dari terjadinya serah terima barang dan alat tukar tersebut. Serta terdapat bermacam-macam barang dagangan yang menjadi objek dari jual beli, seperti bahan dapur, makanan pokok, obat-obatan dll. Selain rukun dalam jual beli yang harus terpenuhi terdapat syaratsyarat yang harus dicapai, dari praktik jual beli yang terjadi di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan. Penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai syarat-syarat mulai dari subjek, objek dan akad jual beli, sebagai berikut: 1. Dari segi subjek jual beli, praktik jual beli sistem cawukan yang terjadi di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan dinyatakan sah karena dilakukan antara penjual dalam hal ini adalah lijo dan pembeli adalah warga desa Gempolmanis, transaksi ini dilakukan oleh orang yang berbilang dan telah bali>gh dan berakal sehingga mampu mengerti tentang jual beli. 2. Tentang syarat yang terkait i>ja>b dan qabu>l, hal yang paling mendasar dan peting dalam transaksi jual beli adalah adanya kesepakatan dari kedua belah 135 Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah, Cet.10...,76.

72 pihak untuk melakuan jual beli sehingga tidak terdapat unsur paksaan di dalamnya dengan maksud dilakukan atas dasar sukarela sehingga i>ja>b qabu>l tersebut sah menurut hukum Islam. Bentuk kerelaan pembeli dapat dilihat dari berlangsungnya serah terima barang dan transaksi jual beli yang berulang-ulang. 3. Dilihat dari Objek barang dagangan, terdapat empat unsur yang telah memenuhi kehalalan antaralain yakni: Terdapat barang yang dijadikan objek transaksi yang zat dan cara perolehannya ini dinilai sah dan halal. Barang dagangan ini terdiri dari beracam-macam jenis, mulai dari bahan makanan pokok, bahan dapur, perlengkapan kesehatan seperti alat mandi, obatobatan, dan jajanan pasar yang didapatkan langsung dari pasar melalui transaksi jual beli. Sehingga barang tersebut sudah tersedia, dan mejadi milik lijo. Selain itu biasannya pihak penjual juga menerapkan akad salam yakni penjual menerima pesanan dan menyanggupi untuk mengadakan barang pesanan. Jelas bahwa bahan yang diperjual belikan mempunyai manfaat yang penting bagi warga Desa Gempolmanis karena merupakan kebutuhan pokok yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Barang yang diperjual belikan dapat diserah terimakan ketika akad jual beli karena ketika lijo bertransaksi mereka membawa barang dagangannya diatas keranjang miliknya dan menjajakan keliling. Sehingga pada saat akad barang terdapat dalam majli>s tersebut.

73 4. Syarat nilai tukar. Sebelum melakukan transaksi, terlebih dahulu para lijo memberitahukan harga jual kepada para pembeli, dan pembeli mempunyai hak khiyar untuk melanjutkan atau tidak. Transaksi jual beli yang terjadi di Desa Gempolmanis dilakukan dengan menukar uang dengan barang atau barang dengan barang. Biasanya jika pembeli membeli kebutuhan dengan tidak membawa uang maka mereka akan membawa barang yang bernilai jual untuk kemudian ia tukarkan dengan barang lain, dan tentu lijo akan menaksir barang sesuai dengan harga yang berlaku umum. Sehingga jika barang tersebut lebih besar nilainya dibanding dengan barang yang dibutuhkan maka lijo akan memberikan sejumlah uang sebagai kembalian. Pembeli dalam melakukan pembayaran barang tidak jarang menggunakan sistem hutang, yakni membawa barang terlebih dahulu dengan pembayaran diakhir sesuai kesepakatan waktu, tetapi mayoritas warga membelinya secara tunai. Untuk harga, lijo dan pembeli telah melakukan kesepakatan yakni mengikuti naik turunya harga tengkulak. Selain, syarat di atas terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam transaksi jual beli. Ditinjau dari syarat sah, jual beli yang terjadi di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan, terdapat beberapa ayb yang harus dihindari diantaranya adalah: Syarat sah jual beli terbagi menjadi dua bagian, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah syarat yang harus ada dalam setiap jual beli agar jual beli

74 tersebut dianggap sah menurut shara>, akad jual beli harus terhindar dari 6 macam ayb 136, yakni sebagai berikut: a. Ketidakjelasan (jaha>lah), yang dimaksud disini adalah ketidakjelasan yang serius yang mendatangkan perselisihan yang sulit untuk diselesaikan dalam hal ini ada empat macam. Ketidakjelasan dalam barang yang dijual baik dalam hal jenis, macam, atau kadarnya menurut pandangan pembeli. Jenis dan macam barang dagangan ini sudah jelas dan dapat dilihat oleh kasat mata, kadar dari barang dagangan ini dihitung menggunakan sistem cawukan, yang dilakukan di depan pembeli sesuai dengan permintaan pembeli berdasarkan uang. Dalam hal ini, sistem cawukan akan dibahas lebih rinci pada analisis selanjutnya. Ketidakjelasan harga. Harga dalam jual beli ini berdasar pada mekanisme harga beli ditambah keuntungan. Sebelum melakukan jual beli, para pembeli lebih dahulu menanyakan harga satu persatu barang yang akan dibeli. Ketidakjelasan masa, seperti harga yang diangsur, atau dalam khiya>r syarat. pembeli biasannya membayar barang dagangan dengan cara tunai, tetapi tidak jarang pula ia berhutang karena faktor ekonomi yang kurang memadai dalam memenuhi kebutuhan. Maka ketika mereka berhutang, mereka akan membuat janji dengan lijo untuk melakukan pembayaran hutang. 136 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu (terj)...,56.

75 b. Pemaksaan (al-ikra>h). Yakni mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak disukai. Transaksi jual beli ini dilakukan secara suka rela untuk saling memenuhi kebutuhan dalam melangsungkan hidup. Hal ini bisa dibuktikan dengan berlangsungnya transaksi secara berulang-ulang dan tanpa adanya protes saat terjadinya akad. c. Pembatasan dengan waktu (at-tawqi>t), yaitu jual beli dengan dibatasi waktu. Dalam praktiknya di Desa Gempolmanis tidak menerapkan sistem pembatasan waktu dalam jual beli. d. Penipuan (al-ghara>r), yakni yang dimaksud disini adalah penipuan dalam sifat barang. Sifat dari barang tersebut dapat dilihat pada saat transaksi sehingga pembeli bisa menilai apakah barang dagangan tersebut layak dibeli atau sebaliknya. e. Kemudharatan (Ad{-D{ara>r ), yaitu barang yang dijual tidak mungkin dapat diserahkan kecuali penjualnya akan merasa rugi dari harganya. 137 Prinsip ini tidak diterapkan oleh lijo Desa Gempolmanis karena barang yang diperjual belikan olehnya menggunakan sistem menjual barang sesuai dengan harga awal dan ditambah dengan keuntungan. f. Syarat yang merusak yakni setiap syarat yang ada manfaatnya bagi salah satu pihak yang bertransaksi, tetapi syarat tersebut tidak ada dalam shara>. Syarat merusak ini tidak ditemui dalam transaksi jual beli di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan. 137 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu (terj)..., 56.

76 B. Analisis Urf terhadap Tradisi Sistem Cawukan pada Jual Beli di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan Islam merupakan agama yang sempurna, kesempurnaan Islam terbukti dengan adanya aturan yang secara terperinci dijelaskan dalam al-quran dan hadi>th yang bertujuan untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Dalam hal bermuamalah Islam mensyaratkan agar transaksi sesuai dengan shari> ah. Termasuk dalam hal sistem pengukuran barang dagangan. Karena tujuan penetapan ukuran yang sesuai dan tepat akan mewujudkan keadilan antar kedua belah pihak. Dalam kasus ini, terdapat tradisi di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan yang dinilai asing yakni para lijo dalam menakar sebagian barang dagangannya tidak menggunakan timbangan sebagaimana umumnya melainkan menggunakan takaran berdasarkan insting para lijo melalui perantara tangannya yang biasannya disebut cawukan. Takaran digunakan untuk mengukur satuan dasar isi atau volume dan dinyatakan dalam standar dan diakui banyak pihak contohnya satuan liter. Sedangkan timbangan digunakan untuk mengukur satuan berat contohnya kilo gram. Takaran dan timbangan wajib digunakan dengan baik dan tepat sehingga dapat mencari keadilan yang sesuai dengan shari> ah. Karena Cawukan ini merupakan bagian dari tradisi Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan maka penulis akan menganalisis berdasarkan urf. Dalam kitab-kitab ushu>l fiqh urf terdapat berbagai macam bentuk.

77 a. Ditinjau dari segi materi yang biasa dilakukan dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: urf qauli> adalah kebiasaan masyarakat dalam bentuk perkataan atau ungkapan dan urf fi li> adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan perbuatan atau muamalah keperdataan. 138 Tradisi jual beli menggunakan sistem cawukan ini termasuk urf fi li> yakni kebiasaan perbuatan menjual barang dagangan tanpa ditimbang atau biasa disebut cawukan. Cawukan ini diterapkan pada barang dagangan yang ukurannya dibawah 1 kg dan kebiasaan ini diterima masyarakat dan sudah berlangsung lama. b. Ditinjau dari segi cakupannya dapat dibagi menjadi dua bagian yakni: urf - a>m adalah kebiasaan yang telah umum berlaku hampir di seluruh penjuru dunia, tanpa memandang negara, bangsa dan agama. 139 Dan urf kha>s adalah kebiasaan yang berlaku di daerah dan masyarakat tertentu. 140 Maka tradisi jual beli menggunakan sistem cawukan di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ini termasuk urf kha>s yakni terjadi di Desa Gempolmanis. c. Ditinjau dari penilaian baik buruk, urf dapat dibagi menjadi dua macam, yakni: urf s{ah{i>ḥ adalah sesuatu yang baik yang menjadi kebiasaan suatu masyarakat, namun tidak sampai menghalalkan yang haram dan tidak pula sebaliknya dan urf fa>sid adalah kebiasaan yang berlaku disuatu tempat meskipun merata pelaksanaannya, namun bertentangan dengan agama, 138 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh..., 212. 139 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh..., 415. 140 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I...,141.

78 Undang-Undang negara dan sopan santun. 141 Tradisi jual beli menggunakan sistem cawukan di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten ini termasuk urf S{ah{i>h{ yakni sesuatu yang baik yang menjadi kebiasaan suatu masyarakat, namun tidak sampai menghalalkan yang haram dan tidak pula sebaliknya. Urf diakui oleh ulama sebagai salah satu dalil yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan hukum shara>. Namun, tidak semua urf dapat dijadikan pertimbangan hukum. Menurut ulama ushu>l fiqh, urf baru bisa dijadikan pertimbangan dalam menetapkan hukum shara> apabila memenuhi penetapan-penetapan sebagai berikut: a. Urf itu (baik yang bersifat khusus dan umum maupun yang bersifat perbuatan dan perkataan), berlaku secara umum. Artinya, urf itu berlaku dalam mayoritas kasus yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan keberlakuannya dianut oleh mayoritas masyarakaat tertentu. Tradisi cawukan ini terjadi di Desa Gempolmanis dan termasuk dalam kategori perbuatan, keberadaan sistem ini dianut oleh seluruh masyarakat khususnya para lijo dalam menjual dagangannya. b. Urf itu telah memasyarakatkan ketika persoalan yang akan ditetapkan hukumnya itu muncul. Artinya urf yang akan dijadikan sandaran hukum itu lebih dahulu ada sebelum kasus yang akan ditetapkan hukumnya. Tradisi jual beli menggunakan sistem cawukan ini telah ada sejak lama, yaitu 141 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh..., 416.

79 sekitar tahun 1970-an. Tradisi tersebut sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Desa Gempolmanis. c. Urf itu tidak bertentangan dengan yang diungkapkan secara jelas dalam suatu transaksi. Artinya dalam suatu transaksi apabila kedua belah pihak telah menentukan secara jelas hal-hal yang harus dilakukan. d. Urf itu tidak bertentangan dengan na>s{, sehingga menyebabkan hukum yang dikandung na>s{ itu tidak bisa diterapkan. Tradisi jual beli menggunakan sistem cawukan ini belum ada aturan yang secara jelas dijelaskan di dalam al-quran, tetapi terdapat beberapa ayat yang berhubungan dengan timbangan atau takaran sebagaimana berikut ini: 1) Q.S al-isra> (17) : 35 Artinya: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S al-isra> : 35) 142 Ayat di atas menyeru dengan kalimat dan sempurnakan secara sungguh-sungguh takaran apabila kamu menakar untuk pihak lain dan timbanglah dengan neraca yang lurus yakni benar dan adil. Itulah yang baik bagi kamu dan orang lain karena dengan demikian orang akan percaya kepada kamu sehingga semakin banyak yang berinteraksi dengan kamu dan melakukan hal itu juga lebih bagus akibatnya bagi kamu di akhirat nanti dan bagi seluruh masyarakat kehidupan dunia ini. 142 Departemen Agama, Al-Quran dan terjemahnya...,285.

80 Kata al-qist{as ada yang memahaminya dengan neraca ada juga dalam arti adil. Kedua makna di atas dapat dipertemukan, karena untuk mewujudkan keadilan diperlukan tolak ukur yang pasti (neraca/timbangan), dan sebaliknya jika menggunakan timbangan yang benar dan baik, pasti akan lahir keadilan. Hanya saja ayat ini dipahami ditujukan kepada kaum muslimi>n, maka memahaminya sebagai timbangan lebih tepat dan sesuai. Sedang dalam surat al-an a>m karena merupakan sindiran kepada kaum musyriki>n, maka di sana digunakan kata bil-qist{ yang berarti adil. 143 Dalam praktik yang terjadi di Desa Gempolmanis ini, para lijo di sini keseluruhan beragama Islam berdasarkan data, maka neraca dalam hal ini dapat diartikan sebagai timbangan yang baik dan benar sesuai dengan standar umum. Sedangkan yang terjadi dan sudah menjadi tradisi semua lijo tidak menggunakan timbangan dalam mengukur melainkan menggunakan cawukan, yang telah diakui oleh umum. Lijo menggunakan sistem cawukan hanya pada barang dibawah 1 kg karena para lijo pada saat membeli barang dari pasar untuk dijual kembali dalam ukuran ½-1 kg. Hal ini diterapkan karena untuk mempermudah penjualan yang sesuai dengan kebutuhan pembeli. Misalnya seorang pembeli hanya mempunyai uang sebesar 2000 rupiah maka penjual tidak menggunakan timbangan karena uang yang hanya berjumlah 2000 tidak memenuhi timbangan terkecilpun yakni 1 ons. 143 M. Quraish Shihab, Tafsir al-misbah,cet.viii...,462-463.

81 Contoh lain, jika terdapat pembeli yang menginginkan timbangan ¼ kg maka penjual akan membagi ukuran yang 1/2 kg menjadi 2 bagian, hal ini diterapkan karena penjual dalam menjajakkan barang dagangannya tidak membawa timbangan dengan alasan timbangan sangat berat jika dibawa. Selain itu, pembeli juga jarang membeli dengan mengucapkan jumlah barangnnya dalam ukuran timbangan. Dan setelah melalui observasi hasil dari cawukan yang diterapkan oleh lijo sesuai dengan timbangan pada umumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem tersebut dapat diterapkan karena dilakukan oleh orang yang ahli yakni lijo yang mayoritas sudah menekuni dunianya lebih dari 10 tahun. 2) Q.S al-an a>m (6) : 152... Artinya: Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil, kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (Q.S al-an a>m: 152) 144 Dalam ayat di atas menjelaskan lima wasiat Allah yang merupakan larangan mutlak, dan ayat ini melanjutkan dengan larangan yang berkaitan dengan harta setelah sebelumnya pada larangan keempat disebutkan tentang nyawa. Ini, karena harta adalah sesuatu yang nilainya 144 Departemen Agama, Al-Quran dan terjemahnya..., 149.

82 sudah sepadan dengan nyawa. Salah satu wasiat dalam ayat tersebut adalah bentuk perintah bukan larangan menyangkut takaran dan timbangan menurut Tha>hir Ibn A>syu>r sebagaimana dikutip dari buku yang ditulis oleh Quraish Shiha>b yang menyatakan bahwa ayat di atas mengisyaratkan bentuk tuntutan untuk memenuhi secara sempurna timbangan dan takaran sehingga perhatiannya tidak sekedar pada upaya tidak mengurangi melainkan penyempurnaan. Kata Al-qist{ mengandung makna rasa senang kedua belah pihak yang bertransaksi, karena itu ia bukan hanya sekedar berarti adil, apalagi jika ada keadilan yang tidak dapat menyenangkan salah satu pihak. Timbangan dan takaran harus menyenangkan kedua belah pihak karena itu ayat di atas memerintah menyempurnakan timbangan itu bil qist{ bukan bil adl. Perintah menggunakan takaran disusul dengan kalimat pengingat bahwa memang dalam kehidupan sehari-hari tidak mudah mengukur apalagi menimbang, yang benar-benar mencapai kadar adil yang pasti. Tetapi kendati demikian penimbang dan penakar hendaknya berhati-hati dan senantiasa melakukan penimbangan dan penakaran itu semampu mungkin. 145 Kata menyempurnakan dalam bahasan di atas juga telah dipraktikkan oleh lijo dengan cara memberikan bonus berupa barang lain misalnya daun bawang sebagai penutup kekurangan 145 M. Quraish Shiha>b, Tafsir al-misbah..., 344-346.

83 timbangan jika ada atau jika pembeli memintanya dan juga sebagai upaya untuk menarik pelanggan. Contohnya lijo menjual ikan ketika pembeli hanya menginginkan setengah darinya sedangkan ikan tidak dapat dijamin kadar keadilan satu diantara keduannya, maka lijo harus pandai membagi dengan tidak melakukan pilih kasih, dengan menambahkan barang seperti daun bawang, tomat atau lainnya pada bagian ikan yang dianggap kecil. Dalam bahasan ini Allah menyeru untuk melakukan takaran sekedar kesanggupannya. Sedang dalam praktiknya inilah yang dapat dilakukan lijo untk memenuhi kebutuhan pembeli. 3) Q.S al-mut{affifi>n (83) : 1-6 Artinya: Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?.(q.s al-mut{affifi>n: 1-6) 146 Para lijo tidak bermaksud untuk mengurangi timbangan, karena mereka berfikir bahwa menerapkan sistem cawukan tersebut sebagai cara yang paling tepat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Gempolmanis. Selain itu, mereka menerapkan sistem timbangan karena 146 Departemen Agama, Al-Quran dan terjemahnya..., 587.

84 keinginan pembeli yang sama-sama ingin segera dilayani karena kebutuhan keluarga yang harus segera dilayani. Untuk menjadikan jual beli di atas sah dan benar menurut Islam, maka transaksi tersebut harus memenuhi syarat dan rukun dalam jual beli. Salah satu syarat dalam objek jual beli adalah kejelasan kadar dari barang yang diperjual belikan. Tetapi Islam sebagai agama yang memberi kemudahan dalam segala urusan, maka Islam memberikan hukum pengecualian, dalam hal ini dikenal sebagai jual beli jiza>f yaitu jual beli sesuatu tanpa harus ditimbang, ditakar ataupun dihitung. Akan tetapi jual beli dilakukan dengan cara menaksir jumlah objek transaksi setelah melihat dan menyaksikannya secara cermat. 147 Jual beli ini hukumnya boleh, hal ini berdasarkan hadith Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ja>bir r.a ia berkata: ى رسول االله صل ى االله عليه و سل م ع ن الب ي ع ال صب ر ة م ن الت م ر لا ي ع ل م ك ي ل ها ب ال ك ي ل ال م س مى م ن الت م ر Artinya: Rasulullah melarang menjual s{ubroh (kumpulan makanan tanpa ada timbangan dan takarannya) dari kurma yang tidak diketahui takarannya dengan kurma yang diketahui secara jelas takarannya. (H.R. Muslim dan Nasa i) 148 Dalam hadith ini menjelaskan tentang bolehnya menjual kurma tanpa ditimbang terlebih dahulu dengan catatan harga yang dibayarkan 147 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, cet III...,147. 148 Faishal bin Abdul Azi>z al-muba>rrak, Busta>ul Ahba>r Mukhtasor Nailul Autha>r, juz II, (Kairo: darr Ishbiliya, 1998), 46.

85 atas kurma tersebut bukanlah barang yag sejenis, karena jika harga untuk kurma tersebut berupa kurma yang sejenis, maka jual belinya menjadi haram karena terdapat potensi perbedaan kuantitas diantara keduanya, dan hal ini dekat dengan riba fadhl. Jama ah (imam hadith) kecuali at-tirmidzi> dan Ibnu Ma>jah meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a ia berkata: ك ان و ا ي ت ب اي ع و ن الط ع ام ج ز افا ب ا ع ل ى ال سو ق ف ن ه ا ه م ال رس و ل ص ل ى االله ع ل ي ه و س ل م أ ن ي ب ي ع و ا ح تى ي ن ق ل و ه Artinya: Mereka (para sahabat) biasa melakukan jual beli makanan (gandum dan sebagainnya) ditengah-tengah pasar tanpa ditimbang atau ditakar terlebh dahulu, lalu rasulullah saw melarang mereka untuk menjual makanan tersebut sampai mereka memindahkannya (ketempat yang lain). ( H.R. Ibnu Umar r.a) 149 Dari hadith di atas, menunjukkan adanya persetujuan Nabi Muhammad saw terhadap perbuatan sahabat yang melakukan trasaksi secara jiza>f. Akan tetapi, beliau melarang mereka melakukan jual beli sesuatu sebelum terjadi serah terima dan melunasi pembayarannya. 150 Ulama empat madzhab sepakat atas keabsahan jual beli shubroh secara jiza>f. Ibnu Qudamah berkata sebagaimana dikutip dari buku yang ditulis oleh Dimyauddin Djuwaini, boleh melakukan jual beli shubroh dengan syarat penjual dan pembeli tidak mengetahui kadarnya secara pasti dan kami tidak mengetahui adanya khilaf (perbedaan pendapat). Dalam transaksi ini ulama fiqh menyebutkan kaidah terkait 149 Imam Syukani, Nailul Autha>r,Vol V (tt:tp,tt) 179. 150 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu (terj)...,291.

86 dengan harga dan objek yang boleh untuk diperjual belikan dengan adannya perbedaan nilai, maka diperbolehkan untuk ditransaksikan secara jiza>f. Sebaliknya, jika sesuatu itu tidak diperbolehkan untuk diperjualbelikan dengan adanya perbedaan nilai (harus sama) maka tidak boleh ditransaksikan secara jiza>f. Namun demikian agar jual beli ini diperbolehkan, ulama Ma>likiyyah menyebutkan beberapa persyaratannya yakni: a. Objek transaksi harus bisa dilihat dengan kepala ketika sedang melakukan akad atau sebelumnya. Ulama H{anafiyyah, Sha>fi iyyah dan H{ana>bilah sepakat akan syarat ini. Dengan adanya syarat ini, maka ghara>r jaha>lah (ketidaktahuan objek) dapat dieleminasi. Dalam prakteknya, lijo dalam menjual barangnya dilakukan dengan cara menjajakkan barang dagangan sehingga pembeli bisa secara langsung melihat kondisi barang ketika akad. b. Baik pembeli dan penjual sama-sama tidak mengetahui secara jelas kadar barang dagangan, baik dari segi takaran, timbangan, ataupun hitungannya. Ima>m Ahmad menyatakan sebagaimana dikutip dari buku yang ditulis oleh Dimyauddin Djuwaini, jika penjual mengetahui kadar objek transaksi, maka ia tidak perlu menjualnya secara jiza>f. Namun, jika ia tetap menjualnya secara jiza>f dengan kondisi ia mengetahui kadar objek transaksi, maka jual beli sah dan bersifat lazim, namun makruh tanzi>h.

87 Dalam transaksi jual beli di Desa Gempolmanis, penjual membeli barang dagangannya berupa kilogram per barang, jadi pada awalnya mereka mengetahui ukuran barang dagangannya. Tapi ketika mereka diminta untuk membaginya, para lijo akan memilih menggunakan sistem cawukan karena dinilai lebih mudah dalam memenuhi keinginan ukuran para pembeli. c. Jual beli dilakukan atas sesuatu yang dibeli secara partai, bukan per satuan. Akad jiza>f diperbolehkan atas sesuatu yang bisa ditakar atau ditimbang, seperti biji-bijian dan sejenisnya. Jual beli jiza>f tidak bisa dilakukan atas pakaian, kendaraan yang dapat dinilai per satuannya. Berbeda dengan barang yang nilainya sangat kecil per satuannya, atau memiliki bentuk yang relatif sama. Seperti telur, apel, mangga dan sejenisnya. Jika objek transaksi bisa dihitung tanpa adanya upaya yang melelahkan dan rumit, maka tidak boleh ditransaksikan secara juzaf dan berlaku sebalikknya. Dalam transaksi jual beli di Desa Gempolmanis, tidak semua barang ditakar atau diukur menggunaan sistem cawukan hanya barang-barang tertetu saja, seperti bawang merah, cabe, kemiri dan lainnya yang sulit dihitung per satuan. d. Objek transaksi bisa ditaksir oleh orang yang memiliki keahlian dalam penaksiran. Akad jiza>f tidak bisa dipraktikan atas objek yang sulit untuk ditaksir. Madzhab Sha>fi iyyah sepakat adanya syarat ini, mereka menetapkan bahwa kadar shubroh harus bisa diketahui,

88 walaupun dengan menaksir. Karena lijo sudah menjalani pekerjaan ini begitu lama, maka dinilai lijo telah mahir dalam menaksir objek transaksi. Setelah penulis melakukan observasi, pengukuran menggunakan sistem cawukan mempunyai ukuran sama dengan timbangan. e. Jumlah objek barang dagangan tidak terlalu banyak, sehinga sulit untuk ditaksir dan tidak pula terlalu sedikit sehingga mudah dihitung. Barang yang diukur dengan sistem cawukan di sini berukuran sedang setara dengan kurang lebih satu kilogram. Jika dihitung per satuan akan menyulitkan, maka menggunakan sistem cawukan. f. Tanah tempat meletakkan objek barang tersebut harus rata, sehingga kadar objek transaksi bisa ditaksir. Jika kondisi tanah dalam keadaan menggunung atau landai, maka kemungkinan kadar objek transaksi bisa berbeda (misalnya kacang tanah). Jika ternyata kondisi tidak rata, maka keduanya memiliki hak khiyar. Para lijo dalam mengukur barang dagangan biasanya ditempat mereka menjajakkan barang dagangan yang mayoritas tempatnya sudah menggunakan lantai keramik dan juga proses pengukuran dilihat langsung oleh para pembeli. g. Tidak diperbolehkan mengumpulkan jual beli barang yang tidak diketahui kadarnya secara jelas, dengan barang yag tidak diketahui kadarnya secara jelas, dalam satu akad. Misalnya, jual beli kurma satu kilo, dikumpulkan dengan apel yang berbeda dalam satu pohon,

89 dengan satu harga atau dua harga. Para lijo tidak menerapkan sistem pencampuran dua barang dengan perbedaan kadar dalam satu akad, melainkan biasanya para pembeli membeli dua barang dalam satu akad tetapi dengan ketidaktahuan kedua kadar pada keduannya. Seperti membeli cabe bercampur dengan bawang merah dengan harga 3000. Dilihat dari analisis di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa jual beli mengunakan sistem cawukan ini dapat disebut urf s{ahi>h. Karena telah diterapkan oleh masyarakat Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan, dan tidak bertentangan dengan shari>ah Islam dan bahkan terdapat hadith yang memperbolehkannya serta tidak terdapat unsur kedhaliman, dan mengandung kemaslahatan bagi masyarakat.