BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih (Adie: 2010). Laba bersih merupakan nilai akhir yang diperoleh setelah laba operasional ditambah dengan pendapatan lain- lain dan dikurangi dengan biaya lain-lain. Jika nilai akhirnya negatif disebut rugi bersih. Tujuan pengukuran laba ini yang lebih umum adalah mensyaratkan pengukuran laba untuk periode yang lebih pendek guna memberikan alat kendali dan dasar bagi keputusan pemegang saham, kreditor, investor dan manajemen secara berkesinambungan atau periodik. Ukuran laba bersih ini dapat dilihat dengan membandingkan (rasio) antara laba terhadap pendapatan. Rasio ini dikenal sebagai Net Profit Margin (NPM). NPM yang tinggi menyiratkan keahlian manajer dalam mencetak laba dengan meminimalisir biaya biaya. Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan telah diperhitungkan secara tepat. Menurut Samryn (2001: 23) istilah biaya umumnya digunakan untuk pengorbanan manfaat
ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak dikapitalisir nilainya. Biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya pabrik dan biaya non-pabrik. Biaya pabrik adalah semua biaya yang terjadi di pabrik, baik yang berhubungan langsung maupun yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Biaya pabrik ini dibagi atas biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan langsung terdiri dari bahan-bahan baku yang menjadi bagian yang integral dari produk jadi dan dapat ditelusuri hubungannya dengan mudah ke dalam produk yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari biaya-biaya tenaga kerja pabrik yang dapat ditelusuri hubungannya dengan mudah ke dalam produkproduk tertentu. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang meliputi semua biaya yang berhubungan dengan pabrik kecuali bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya non-pabrik meliputi biaya yang terjadi dalam perusahaan tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses produksi atau tujuan utama terjadinya bukan dalam rangka proses produksi. Persaingan yang dihadapi perusahaan semakin ketat karena adanya pengaruh dari banyaknya perusahaan yang berdiri, baik perusahaan besar, perusahaan menengah, maupun perusahaan. Setiap pengusaha berlomba-lomba untuk menjadikan produknya lebih unggul dari produk yang dihasilkan oleh pesaing, baik dalam hal mutu, harga maupun bagian pasar yang dikuasai. Manajer harus melakukan berbagai macam usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan agar dapat menghasilkan dan mencapai manfaat untuk saat ini dan masa yang akan datang,. Mengurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan berarti perusahaan akan menjadi efisien.
Produk yang dihasilkan (kuantitas dan kualitas) secara hemat akan mampu bersaing dan mampu mendatangkan profit, maka diperlukan suatu alat pengendalian biaya agar tercipta efisiensi biaya-biaya produksi. Efisiensi biaya produksi dapat dilakukan dengan membandingkan rencana biaya produksi dengan realisasinya. Efisiensi biaya produksi dalam penelitian ini menggunakan biaya standar, yang berarti biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan harus mencapai biaya standar yang dibuat atau dengan kata lain membandingkan antara realisasi biaya produksi dengan biaya standar. Efisiensi biaya produksi merupakan salah satu variabel yang penting. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melaksanakan proses produksi perlu dikendalikan sebaik-baiknya, karena walaupun proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan baik namun apabila tidak didukung dengan usaha untuk dapat menekan biaya produksi serendah serendahnya akan berakibat naiknya biaya produksi. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan berusaha mengendalikan biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan, terutama biaya yang berkenaan langsung dengan produksi karena dengan mengendalikan biaya produksi seefisien mungkin, maka akan dihasilkan harga pokok produksi yang lebih rendah, di mana dengan harga pokok produksi yang lebih rendah itu perusahaan akan mampu bersaing di pasaran, sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang optimal. PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 (empat belas) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet. Biaya produksi yang ada pada PTPN III (Persero) Medan ini terdiri dari: 1. Biaya tenaga kerja langsung, 2. Biaya overhead pabrik, seperti: biaya pemeliharaan tanaman, biaya pemupukan, biaya panen, biaya pengangkutan ke pabrik, biaya umum, biaya pengolahan, beban pembelian, dan beban penyusutan. PTPN III (Persero) Medan ini memiliki lahan perkebunan (unit kebun) yang terdapat pada 5 (lima) daerah Tingkat II Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Berikut ini adalah data jumlah biaya produksi pada PTPN III (Persero) Medan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Tabel 1.1 Jumlah Produksi, Biaya Produksi, dan Laba Bersih Kelapa Sawit Pada PTPN III (Persero) Medan tahun 2007 sampai 2009 Keterangan 2006 2007 2008 2009 Jumlah Produksi (Juta Realisasi 417 557 567 738 Kg) Standar 408 589 633 761 B. T. Kerja Langsung Realisasi 18.221 20.948 22.717 24.922 (Rp Juta) Standar 15.542 18.692 21.034 26.505 Biaya Overhead Pabrik Realisasi 644.646 817.483 1.141.681 1.353.351 (Rp Juta) Standar 567.853 771.142 1.040.485 1.393.157 Laba Bersih (Rp Juta) 293.853 702.749 844.718 519.814 Sumber: PTPN III (Persero) Medan (2010) Tabel 1.1 di atas menunjukkan jumlah produks, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik pada PTPN III (Persero) Medan. Biaya produksi terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 diikuti dengan peningkatan jumlah produksi kelapa sawit. Laba bersih yang dapat
dihasilkan oleh PTPN III (Persero) Medan mengalami peningkatan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sedangkan dari laba bersih tahun 2008 samapai dengan 2009 mengalami penurunan. Persentase kenaikan dan penurunan laba bersih pada tahun 2006 sampai dengan 2009 adalah 12% sampai dengan 36%. Biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik mengalami peningkatan sebesar 19% sampai dengan 32% untuk biaya tenaga kerja langsung, dan 15% sampai dengan 37% untuk biaya overhead pabrik. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah efisiensi biaya produksi yang terdiri efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?. C. Kerangka Konseptual Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya
kesempatan) sedangkan laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi (Adie: 2010). Laba bersih ini dapat dihintung dengan menggunakan rasio Net Profit Margin. Margin ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba bersih (penjualan dikurangi semua biaya dan pajak). Rumusnya adalah laba bersih dibagi dengan penjualan (laba bersih/penjualan). Semakin tinggi margin laba bersih semakin bagus karena itu berarti perusahaan mampu mencetak tingkat keuntungan yang tinggi. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya memerlukan biaya produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi dalam suatu perusahaan dapat terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Menurut Carter (2006: 40) bahan baku adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Sedangkan overhead pabrik adalah semua biaya yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Perusahaan selalu berusaha menciptakan suatu produksi yang efisien sehingga pihak manajemen harus bekerja seoptimal mungkin dalam pengeluaran biaya produksi yaitu melakukan perencanaan yang matang serta senantiasa melakukan pengendalian biaya untuk menghindari pemborosan sehingga dapat
menghasilkan laba yang optimal. Parkinson (1993: 147) mengemukakan bahwa laba adalah selisih antara biaya dan harga jual dari suatu produk. PTPN III Medan memiliki biaya produksi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sedangkan untuk biaya bahan baku pada PTPN III (Persero) Medan ini tidak ada, karena PTPN III (Persero) Medan hanya membudidayakan tanaman kelapa sawit saja. Biaya produksi tersebut harus diefisienkan agar laba bersih yang maksimal dapat tercapai. Berdasarkan teori pendukung, maka kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan: Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung (X 1 ) Efisiensi Biaya Overhead Pabrik (X 2 ) Laba Bersih (Y) Sumber: Carter (2006), data diolah Gambar 1.1 Kerangka Konseptual D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah: Efisiensi biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh efisiensi biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. 2. Manfaat Penelitan Manfaat di dalam penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan, serta sebagai bahan pertimbangan bagi pembuatan keputusan tentang laba bersih dan efisiensi biaya produksi dengan membandingkan biaya standar dengan realisasi biaya-nya. b. Bagi Peneliti/Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti tentang laba bersih dan efisiensi biaya produksi dengan membandingkan biaya standar dengan realisasi biaya-nya. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Peneliti memberikan batasan-batasan di dalam melakukan penelitian ini. Batasan-batasan itu adalah: a. Penelitian adalah mengenai biaya produksi kelapa sawit. Peneliti memilih kelapa sawit karena bagi PTPN III (Persero) Medan kelapa sawit merupakan komoditi utama yang memberikan konstribusi besar bagi pendapatan perusahaan. Perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli. b. Data yang digunakan adalah data biaya produksi dan laporan keuangan PTPN III (Persero) Medan tahun 2006 sampai dengan 2009. c. Untuk menghitung efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik dapat menggunakan suatu alat pengendalian, yaitu dengan membandingkan realisasi biaya dengan standar biaya-nya. 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Laba Bersih (Y) Ukuran efisiensi laba bersih ini dapat dilihat dengan membandingkan (rasio) antara laba terhadap pendapatan. Rasio ini dikenal sebagai Net Profit Margin (NPM), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: NPM = Net Income AfterTax Total Sales
b. Efisiensi biaya tenaga kerja langsung (X 1 ) Efisiensi biaya tenaga kerja langsung adalah bagaimana perusahaan dapat menggunakan biayanya seminimum mungkin untuk membiayai tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses produksi. Varians efisiensi biaya produksi dapat dihitung dari selisih antara standar biaya dengan realisasi biaya. Untuk mengukur perubahan varians biaya produksi digunakan rumus sebagai berikut (Makridakis, Wheelwright dan McGee 1999:70): ei = Xi - Fi Keterangan: ei = varians Xi = data aktual untuk periode ke i Fi = ramalan untuk periode yang sama Langkah-langkah untuk menentukan nilai efisiensi biaya tenaga kerja langsung adalah: 1) Menentukan rentang varians (persentase varians terbesar dikurangi persentase varians terkecil), yaitu: 78,90% - (-43,95% = 122,85% 2) Penilaian efisiensi biaya tenaga kerja langsung dibedakan menjadi 4 (empat) kriteria yaitu: efisien, kurang efisien, tidak efisien, dan sangat tidak efisien. 3) Menetapkan interval kelas varians, yaitu: 122,85% : 4 = 30,71%
4) Penilaian efisiensi biaya tenaga kerja langsung adalah: Tabel 1.2 Kriteria Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung No. Rentang Varians Kriteria Nilai 1-43,95% - -13,24% Efisien 4 2-13,25% - 17,47% Kurang Efisien 3 3 17,48% - 48,18% Tidak Efisien 2 4 48,19% - 78,90% Sangat Tidak Efisien 1 Sumber: Makridakis, et al. (1999), data diolah c. Efisiensi biaya overhead pabrik (X 2 ) Efisiensi biaya overhead pabrik merupakan bagaimana perusahaan tersebut dapat menggunakan biaya seminimal mungkin untuk membiayai produksi selain biaya tenaga kerja langsung. Adapun langkah-langkah untuk menentukan nilai efisiensi biaya overhead pabrik adalah: 1) Menentukan rentang varians (persentase varians terbesar dikurangi persentase varians terkecil), yaitu: 78,90% - (-43,95% = 122,85% 2) Penilaian efisiensi biaya overhead pabrik dibedakan menjadi 4 (empat) kriteria yaitu: efisien, kurang efisien, tidak efisien, dan sangat tidak efisien. 3) Menetapkan interval kelas varians, yaitu: 122,85% : 4 = 30,71% 4) Penilaian efisiensi biaya overhead pabrik adalah:
Tabel 1.3 Kriteria Efisiensi Biaya Overhead Pabrik No. Rentang Varians Kriteria Nilai 1-43,95% - -13,24% Efisien 4 2-13,25% - 17,47% Kurang Efisien 3 3 17,48% - 48,18% Tidak Efisien 2 4 48,19% - 78,90% Sangat Tidak Efisien 1 Sumber: Makridakis, et al. (1999), data diolah 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang berlokasi di Jalan Sei Batanghari No.2 Medan. Waktu penelitian adalah mulai dari bulan Mei sampai bulan Juni 2010. 4. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti (Sedarmayanti, 2002: 121). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kebun yang menghasilkan komoditas kelapa sawit dan yang memiliki laporan biaya produksi yang lengkap pada PTPN III (Persero) Medan. Tabel 1.4 Populasi Penelitian Jumlah Kebun Penghasil Kelapa Sawit Pada PTPN III (Persero) Tahun 2006-2009 Tahun Kebun 2006 32 kebun 2007 32 kebun 2008 32 kebun 2009 32 kebun TOTAL 128 kebun Sumber: PTPN III (Persero) Medan (2010), data diolah
b. Sampel Menurut Sedarmayanti (2002: 124) sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. Penarikan sampel menggunakan metode sensus dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. 5. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berisikan informasi dan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian. Peneliti memperoleh data sekunder dari literature, buku, dan internet. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah studi dokumentasi, yang merupakan teknik pengumpulan data dan informasi dari bukubuku, jurnal, internet, dan sumber data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, yang nantinya data tersebut digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan terhadap apa yang ada di lapangan. 7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Metode Analisis Deskriptif Metode ini merupakan suatu metode di mana data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya.
b. Metode Analisis Regresi Linier Berganda Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan data peneliti dibantu dengan aplikasi komputer, yaitu dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.00 for Windows. Persamaan regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Keterangan: Y a b 1, b 2 X 1 X 2 e = Rasio Net Profit Margin = Konstanta = Koefisien regresi = Efisiensi biaya tenaga kerja langsung = Efisiensi biaya overhead pabrik = Standard error c. Pengujian Asumsi Klasik Syarat-syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh model regresi sebelum data dianalisis adalah: 1) Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Situmorang, dkk., 2008: 55). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan histogram, dan kolmogrovsminorv.
2) Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas merupakan pengujian apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut (Situmorang, dkk., 2008: 63). Uji heteroskedastisitas ini menggunakan pendekatan grafik dan uji Glejser. 3) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang, dkk., 2008: 78). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin Watson (DW). 4) Uji Multikolinieritas Menurut Situmorang, dkk. (2008: 96) uji multikolinieritas merupakan adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang dapat menjelaskan dari model regresi. Untuk mengetahui adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya Tolorance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut: a) VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. b) VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinieritas. c) Tolorance < 0,1, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. d) Tolorance > 0,1, maka tidak terdapat multikolinieritas.
d. Uji Hipotesis 1) Uji Simultan dengan F-Test (ANOVA) Uji F (uji signifikan simultan) dilakukan untuk mengetahui apakah model penelitian telah dapat diterima atau tidak untuk dilakukan analisis selanjutnya. Kriteria pengujiannya adalah: H 0 : b 1 = b 2 = 0, artinya secara simultan variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik tidak memenuhi model penelitian. H a : tidak semua b i (b 1, b 2 ) sama dengan nol, maka dianggap variabel independen (bebas) telah memenuhi model penelitian terhadap variabel dependen (terikat). Kriteria pengambilannya keputusan adalah: H 0 diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 % H 0 ditolak jika F hitung > F tabel pada α = 5 % 2) Uji-t (Uji secara Parsial) Uji-t (uji secara parsial) digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah didapat nilai t hitung maka selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel.
Kriteria pengujiannya adalah: H 0 : b 1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel efisiensi tenaga kerja langsung terhadap variabel laba bersih secara parsial. H a : b 1 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel efisiensi tenaga kerja langsung terhadap variabel laba bersih secara parsial. H 0 : b 2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel efisiensi biaya overhead pabrik secara parsial terhadap variabel laba bersih. H a : b 2 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh signifikan dari variabel efisiensi biaya overhead pabrik terhadap variabel laba bersih. Pada penelitian ini t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikansi (α) = 5 %. Kriteria pengambilan keputusan: H 0 diterima jika -t tabel t hitung t tabel pada α = 5 % H 0 ditolak jika -t tabel > t hitung > t tabel pada α = 5 % e. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen atau variabel terikat. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary b dan tertulis R Square. Besarnya R Square berkisar antara 0 1 yang berarti semakin kecil besarnya R Square, maka hubungan kedua variabel semakin lemah, artinya semakin
lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat. Jika R Square semakin mendekati 1, maka hubungan kedua variabel semakin kuat.