BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

NASKAH AKADEMIK UPAYA POLISI DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN OLEH SUPORTER SEPAK BOLA DI DIY

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbedaan pandangan, suku, budaya, dan pergaulan dapat

DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. melekat pada diri masyarakat di sel uruh dunia. Sepakbola bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

anarkis, Polda yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut; a. upaya melalui pendekatan dan kerjasama demonstran dengan pihak kepolisian.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dikenal dengan Restorative Justice,

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam masyarakat. Tindakan-tindakan eigenrichting/perbuatan main

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang. termuat dalam Pasal 28B Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan terhadap. korban kejahatan dengan perlindungan terhadap pelaku, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai sejumlah orang yang berada pada tempat yang sama, adakalanya tidak saling mengenal, dan memiliki sifat yang peka terhadap stimulus (rangsangan) yang datang dari luar 1. Suporter sepakbola meski menonton pertandingan sepakbola di tempat dan mendukung tim yang sama belum tentu mereka saling mengenal satu sama lain, meski demikian mereka sangat peka terhadap stimulus yang datang dari luar seperti ketika tim mereka nyaris mencetak gol atau ketika gol tercipta, secara tidak langsung tanpa dikordinir mereka langsung menunjukkan ekspresi yang sama yakni berteriak dan bersorak. Bahkan ketika terjadi kerusuhan pun meski tidak saling mengenal tapi atas nama solidaritas supporter pendukung kesebelasan yang sama, mereka langsung membantu rekan-rekannya ketika kerusuhan terjadi. Perilaku suporter sepakbola bisa dikatakan sebagai perilaku sosial dimana tingkah laku suporter yang berlangsung dalam lingkungan menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tingkah laku berikutnya. Selain itu para sosiolog juga menjelaskan bahwa perilaku sosial adalah aktivitas yang dilakukan sekurangkurangnya dua orang bisa saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku suporter 1 Soeprapto, SU. Materi Kuliah Sosiologi Hukum (Yogyakarta 2010) hlm.32

2 baik itu perilaku yang bersifat negatif maupun positif tentunya berpengaruh terhadap lingkungannya dan perilaku suporter selanjutnya. Salah satu perilaku negatif suporter yang dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat adalah perilaku anarkis seperti tindak kekerasan/tawuran antar suporter, perusakan fasilitas umum dan melakukan tindakan kriminal seperti penjarahan di mana perilaku mereka ini tidak hanya merugikan mereka dan klub, tetapi juga berdampak pada masyarakat dengan menyisakan rasa takut/cemas masyarakat terhadap suporter sepakbola hingga masyarakatpun memunculkan stigma terhadap mereka, selain itu kerugian materil akibat kerusuhan suporter dan juga perusakan fasilitas umum tentunya menjadi hal yang sangat disayangkan. Perilaku suporter sepakbola ini dianggap sebagai wujud masalah sosial karena dampak yang ditimbulkannya, baik itu yang berupa fisik seperti perusakan fasilitas umum dan non fisik yakni rasa takut/cemas masyarakat ketika bertemu suporter sepakbola. Berkaca pada persepektif disorganisasi sosial, perilaku anarkis suporter sepakbola ini memang merupakan sebuah masalah sosial. Perspektif disorganisasi sosial menyebutkan bahwa suatu sistem adalah suatu struktur yang mengandung seperangkat aturan, norma dan tradisi sebagai pedoman untuk melakukan tindakan dan aktivitas. 2 Merujuk pada persepektif ini, perilaku anarkis suporter sepakbola merupakan sebuah pelanggaran terhadap sistem yang ada di dalam masyarakat sehingga terjadilah kondisi disorganisasi sosial. 2 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, (Yogyakarta 2008) hlm.83

3 Biasanya persoalan atau bentrok yang terjadi antar kelompok suporter sepakbola bermula dari masalah yang sangat sepele. Salah satu masalah sepele yang dapat menjadi pemicu bentrok antar suporter adalah aksi saling ejek, nyanyian yel-yel rasis terhadap kelompok supporter team lawan, atau spanduk dan bendera yang bertuliskan kata-kata mengumpat yang bersifat merendahkan klub lawan. Pemicu lain biasanya adanya provokasi dari beberapa orang lalu membuat kelompok menjadi terpancing dan mengakibatkan kerusuhan skala besar. Kelompok suporter yang merasa terintimidasi atau tertekan biasanya langsung mengambil tindakan perlawanan dengan cara kekerasan. Hal ini jelas menimbulkan banyak dampak negatif. Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya kerusuhan antar suporter itu sendiri, yaitu : 1. Timbulnya banyak korban luka-luka bahkan kematian bagi kedua belah pihak suporter yang berseteru, penonton umum, dan masyarakat umum. 2. Kerusakan yang terjadi pada fasilitas-fasilitas yang berada di dalam stadion. Jika kerusuhan terjadi di luar stadion, dapat merusak fasilitas umum di jalanan, kendaraan, serta bangunan gedung atau rumah yang terkena lemparan batu. 3. Trauma yang dialami masyarakat umum terhadap pertandinganpertandingan sepakbola yang digelar. Penonton umum dan penikmat sepakbola yang tidak terlalu fanatik menjadi cemas dan takut untuk menyaksikan pertandingan sepakbola.

4 4. Kerugian yang dialami klub sepakbola tersebut karena terkena sanksi dari Federasi sepakbola. 5. Hilangnya nilai sportivitas. Dengan demikian harus ada tindakan tegas yang dilakukan oleh aparat kepolisian untuk meminimalisir atau bahkan mencegah agar kejadian seperti ini tidak terjadi. Polisi mempunyai peranan penting dalam menindak para pelaku kerusuhan dan juga memberi perlindungan hukum terhadap korban yang ditimbulkan dari dampak kekerasan yang terjadi oleh supporter sepakbola. Di Daerah Istimewa Yogyakarta kerusuhan yang terjadi antar suporter sepakbola sangat sering terjadi, mengingat ada tiga klub sepakbola yang berada di provinsi Yogyakarta, yaitu PSIM Kota Jogja, PSS Sleman, dan PERSIBA Bantul. Ketiga klub tersebut sama-sama memiliki jumlah suporter yang sangat banyak dan berdomisili di masing-masing kabupatennya, padahal jarak perbatasan antar ketiga kabupaten tersebut sangatlah dekat. Penyebab dari perseteruan antar tiga klub tersebut dikarenakan adu gengsi untuk menunjukan mana yang terbaik, mana yang paling hebat diantara mereka. Di Yogyakarta catatan hitam mengenai tragedi terjadinya kerusuhan supporter sepakbola sudah banyak terjadi dari tahun ketahun. Sudah banyak korban-korban yang berjatuhan baik dari pihak suporter sepakbola maupun masyarkat umum, bahkan pernah mengakibatkan korban meninggal dunia. Korban meninggal dunia akibat kerusuhan suporter sepakbola pernah terjadi pada tahun 2012 dan 2014. Hingga saat ini kasus tersebut belum terungkap jelas dan teridentifikasi siapa pelaku yang melakukan tindakan tersebut.

5 Hal ini memberikan kesan bahwa setiap para pelaku supporter sepakbola yang melakukan tindakan kekerasan yang menimbulkan kerugian maupun menimbulkan korban itu tidak mendapatkan sanksi apapun. Hal ini jelas memberikan dampak buruk terhadap orientasi kedepannya dalam dinamika suporter sepakbola di Indonesia pada umumnya. Menurut Pasal 28 G ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.adapun yang dimaksudkan di dalam Pasal 28 G ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 adalah agar setiap perbuatan kekerasan yang dilakukan oleh pelaku suporter sepak bola merupakan perbuatan yang melanggar hak asasi seseorang untuk mendapatkan rasa aman. Peran aparat kepolisian dalam menindak pelaku kerusuhan supporter sepak bola sangatlah penting, tetapi peran polisi untuk memberikan perlindungan hukum bagi korban kekerasan tersebut juga sangatlah penting. Polisi sebagai pihak yang berwenang dan mempunyai peran sebagai kontol sosial seharusnya dapat bertindak dan bergerak cepat dalam menangani peristiwa kekerasan dalam supporter sepak bola, sebelum nantinya menimbulkan kerugian yang besar baik materiil maupun formil. Berbagai upaya pencegahan baik secara preventiv maupun represif harus terus dilakukan oleh pihak kepolisian. Peran aparat kepolisian tidak hanya sebagai pihak yang melerai dan menghentikan pada saat

6 kerusuhan saja, tetapi aparat kepolisian juga harus bertindak sebagai penegak keadilan dan penegak hukum terhadap para pelaku supporter sepakbola yang melakukan kekerasan. Aparat kepolisian harus mencari pelakunya, melakukan penangkapan dan penyidikan. Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Seringkali aparat kepolisian dalam menangani tindak pidana kekerasan yang terjadi oleh supporter sepakbola mengalami kendala dan masalah, dalam hal bertindak polisi harus cermat dan teliti dalam mengungkap suatu tindak pidana. Adanya masalah yang timbul akibat kekerasan yang dilakukan oleh supporter sepakbola menjadi persoalan baru dalam penegakan hukum di Indonesia, dan juga bagi para aparat kepolisian dalam menangani para pelaku dan memberikan perlindungan hukum bagi para korban yang ditimbulkan. Berkaitan dengan itu, penulis dalam tugas akhir skripsi ini mengambil judul Peran Polisi dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan oleh Suporter Sepakbola di Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka dengan itu dapat diambil perumusan masalahnya sebagai berikut :

7 1. Upaya apakah yang bisa dilakukan oleh Aparat Kepolisian untuk memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan oleh suporter sepakbola? 2. Kendala apakah yang dihadapi oleh Aparat Kepolisian dalam memberikan perlindungan hukum terhadap korban? C. Tujuan Penelitian Suatu kegiatan penelitian pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan penulis ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai upaya yang bisa dilakukan aparat kepolisian dalam memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan supporter sepakbola. b. Untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai kendala yang dihadapi oleh aparat kepolisian dalam memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan oleh suporter sepakbola. 2. Tujuan Subyektif a. Memperoleh data sebagai bahan utama penyusunan penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan wajib bagi setiap mahasiswa dalam

8 mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. b. Memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum, khususnya Hukum Pidana. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu : 1. Manfaat teoritis Bagi perkembangan ilmu pengetahuan (baik di bidang ilmu pengetahuan hukum pidana maupun hukum perdata). Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya pada bidang hukum pidana dalam kaitannya dengan memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan supporter sepakbola dan aturan aturan hukumnya. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi penelitian-penelitian untuk tahap berikutnya dan memberikan sumbangan penelitian tidak hanya pada teori tetapi juga dalam prakteknya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis : Untuk memperbanyak wawasan penulis dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan memahami bagaimana peran aparat

9 kepolisian memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan supporter sepakbola. b. Bagi masyarakat : Masyarakat akan mengetahui bagaimana peran aparat kepolisian dalam memeberikan perlindungan hukum bagi korban yang ditimbulkan dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh supporter sepak bola, dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh aparat kepolisian. E. Keaslian Penelitian Penulisan ini berbeda dengan penulisan yang pernah ada sebelumnya, jika terdapat kesamaan bukan merupakan plagiat, tetapi sebuah pembaharuan dan pelengkap. Contohnya ada beberapa penulisan atau skripsi yang hampir sama sebagai berikut : 1. Skripsi yang ditulis oleh Lona Natakinssy a. Berjudul Perlindungan dan Jaminan Hukum Terhadap Anak Korban Bullying Pada Tingkat Pelajar Sekolah Menengah Atas di Kota Yogyakarta b. Rumusan masalah yaitu : 1) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya bullying terhadap anak sekolah? 2) Bagaimana implementasi perlindungan dan jaminan hukum yang diberikan terhadap anak korban bullying pada tingkat pelajar sekolah

10 menengah atas di Kota Yogyakarta berdasarkan norma hukum positif di Indonesia? c. Hasil penelitian atau kesimpulan yaitu bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya bullying terhadap anak sekolah adalah faktor keluarga, faktor sekolah, faktor kelompok sebaya dan budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat. Perlindungan dan jaminan hukum yang diberikan terhadap korban bullying berupa digunakannya Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 2. Skripsi yang ditulis oleh Antonius Sudarmaji R a. Berjudul Perlindungan Hukum Oleh Polisi Terhadap Saksi Dan Korban Dalam Perkara Pidana Setelah Berlakunya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 b. Rumusan masalah yaitu : 1) Bentuk perlidnungan hukum seperti apa yang telah dilakukan oleh polisi terhadap saksi dan korban setelah berlakunya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban? 2) Kendala apakah yang dihadapi polisi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap saksi dan korban?

11 c. Hasil penelitian atau kesimpulan yaitu polisi memberikan perlindungan hukum hanya berupa fisik saksi dan korban tindak pidana. Polisi bisa melakukan pengawasan keamanan diri saksi dan korban tindak pidana bahkan tidak menutup kemungkinan melakukan penjagaan/pengawalan. Polisi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap saksi dan korban sebatas pada tahap penyidikan. Kendala yang dihadapi polisi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap saksi dan korban adalah keterbatasan anggaran dana, keterbatasan personil untuk ditugasi memberikan perlindungan hukum. F. Batasan Konsep 1. Polisi Badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban hukum dan menangkap orang yang melanggar Undangundang. 2. Perlindungan Hukum Suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari ancaman, gangguan, terror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di sidang pengadilan.

12 3. Korban Korban adalah mereka yang menderita jasmani dan rohani sebagai akibat tindakan orang lain yang mencuri pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita. 3 4. Suporter Sepak Bola Pengertian suporter dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah orang-orang yang memberikan dukungan, sokongan dalam berbagai bentuk di suatu situasi. Suporter biasanya memiliki cara-cara dalam mendukung tim kesukaannya, seperti bernyanyi-nyanyi menyatakan dukungannya. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan hukum normatif, dimana penelitian hukum normatif itu sendiri merupakan penelitian yang dilakukan / berfokus pada norma hukum positif yang berupa peraturan perundangundangan. 2. Sumber Data 3 http://id.shvoong.com/law-and-politics/criminal-law/2169839-pengertian-korban/

13 Dalam penelitian hukum normatif ini, berupa data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. a. Bahan hukum primer yang meliputi peraturan perundangundangan, yaitu : 1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3) Undang-undang Dasar 1945 b. Bahan hukum sekunder yang meliputi : 1) Makalah, tulisan ilmiah dan situs internet maupun media massa yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti dan hasil penelitian berupa definisi dan pendapat hukum. 2) Buku-buku yang terkait. 3) Hasil penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data a. Penelitian Kepustakaan

14 Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. b. Wawancara dengan nara sumber Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan kepada narasumber tentang objek yang akan diteliti berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah Bapak Neko Budi Andoyo, Kepala Unit VI Satreskrim Polresta Yogyakarta. 4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Polres Kota Yogyakarta. 5. Metode Analisis Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian adalah analisis kualitatif, yaitu sesuai dengan kualitas data yang diperoleh melalui wawancara dengan nara sumber. Pengambilan suatu kesimpulan khusus berdasarkan metode berfikir secara dedukatif. Pola pikir ini menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan yang bersifat umum menuju pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran.

15 H. Sistematika Skripsi Berkaitan dengan penulisan hukum mengenai Peran Polisi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan oleh suporter sepakbola di Daerah Istimewa Yogyakarta. Maka sistimatika dalam penulisan hukum yang akan dijabarkan meliputi beberapa materi: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika skripsi yang akan dibahas dalam penulisan hukum tentang peran polisi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan oleh suporter sepak bola di DIY. BAB II : Upaya Dan Kendala Polisi Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Oleh Suporter Sepak Bola di Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam bab ini berisi tentang bagaimana peranan polisi dan upaya upaya yang dilakukan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan oleh suporter sepak bola di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta kendala-kendala yang dihadapi polisi dalam melakukan penanganan. BAB III : PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penulis terkait dengan permasalahan hukum yang diteliti.