BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

(PTK Pada Siswa kelas VII SMP PGRI 15 Pracimantoro)

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang harus diajarkan kepada siswa selain keterampilan berbahasa lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Keterampilan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa, hal ini bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran sastra tidak akan ada gunanya lagi untuk diadakan (Rahmanto,

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa dan bersastra, yaitu kegiatan menggunakan bahasa dan estetika.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

dewasa ini merupakan perkembangan yang terjadi sebelumnya. yang dimiliki dan merupakan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PENERAPAN METODE AKROSTIK SISWA KELAS VI SD KARTIKA KOTA MAKASSAR. Syahrun. Kepala SD Kartika XX-1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dalam karya sastra yang lazim bermediumkan bahasa (Ali. Imron, 2009:1). Karya sastra merupakan kreativitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Puisi Melalui Pendekatan Proses Di Kelas IV SDN 2 Polanto Jaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan dari masyarakat. Secara alami,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan bahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mempelajari bahasa saja tetapi juga mempelajari tentang sastra. Menurut Saad pengajaran sastra merupakan salah satu jalan yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pembinaan mental ialah dengan penghayatan sastra. Sastra dapat memberikan pengertian yang dalam tentang manusia dan memberikan interpretasi serta penilaian terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan (Suminto, 1985: 193). Pengajaran sastra direncanakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pengalaman sastra itu terwujud dalam bentuk dari apa yang diketahui dan dirasakan oleh siswa yang berupa sensasi, emosi, dan gagasangagasan. Saat pengajaran berlangsung siswa harus diikutsertakan dalam pemecahan masalah sehingga siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut Rahmanto (1988: 16) pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu ketrampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan budaya, pengembangan cipta dan rasa, dan penunjang pembentukan watak. Menurut Tugiman (Situmorang, 1983: 27) pengajaran sastra sebenarnya bukan hanya bermanfaat dalam menunjang kemampuan berbahasa murid dan mengembangkan kepekaan pikiran serta perasaan murid, melainkan juga bermanfaat dalam memperkaya pandangan hidup serta kepribadian murid. Salah satu tujuan pengajaran kesusastraan ialah menanamkan apresiasi seni pada anak didik. Apresiasi sastra mempunyai arti menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran, kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi, 1973: 18). Dengan mengapresiasi sastra, siswa dapat secara langsung menikmati sebuah karya sastra, dari teori-teori tentang sastra sampai penerapan teori tersebut untuk memahami sebuah karya sastra. Salah satu cara untuk mengembangkan apresiasi sastra pada anak didik ialah dengan pengajaran puisi. Melalui puisi siswa dapat memperkaya kehidupan batin, menghasilkan budi, membangkitkan semangat hidup, dan mempertinggi rasa ketuhanan dan keimanan (Rachmat, 1990: v). Menikmati puisi memang jauh lebih sukar di banding dengan menikmati cerita rekaan seperti roman, cerpen, dan novel sebab menikmati puisi memerlukan keterbukaan hati, ketekunan, dan konsetrasi pikiran. Pengarang berusaha menggunakan kata-kata yang dipadatkan (Situmorang, 1983: 30). Menyadari betapa penting manfaat pengajaran apresiasi puisi bagi siswa, maka kompetensi apresiasi puisi perlu ditingkatkan. Standar

kompetensi apresiasi puisi adalah siswa mampu mendengar dan merefleksi pembacaan puisi; mampu membaca dan mendiskusikan isi puisi; serta mampu mengungkapkan pikiran, pendepat, gagasan, dan perasaan dalam menuliskan puisi. Kompetensi dasarnya adalah siswa mampu membaca puisi dan mendiskusikan maknanya; siswa mampu menulis kreatif puisi; dan siswa mampu menanggapi, mendengar, dan merefleksi pembacaan puisi. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas, 2003: 23-26). Kenyataan yang terjadi, kompetensi menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura masih rendah yaitu dengan nilai rata-rata 65,5. Siswa masih kesulitan dalam menentukan ide atau gagasan dalam sebuah kalimat yang menarik. Diksi, kata-kata kiasan, emosi, nada, irama, susunan kata, berekspresi, dan menentuan makna dari sebuah puisi masih belum bisa dipahami, sehingga hasil dalam mengapresiasikan puisi masih kurang dari kompetensi yang diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bidang studi, diketahui adanya kesulitan siswa dalam mengapresiasikan puisi. Kesulitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi: ketertarikan siswa dalam membuat puisi kurang, penghayatan siswa dalam mencari makna kurang, buku-buku pedoman apresiasi puisi dan kumpulan-kumpulan tentang puisi yang dibaca siswa kurang, ekspresi saat membaca puisi kurang, dan malu saat membaca puisi. 1. Ketertarikan Siswa dalam Membuat Puisi Kurang

Puisi sebagai salah satu karya sastra yang berasal dari perasaan seseorang yang bertupa kata-kata kias. Seseorang bebas untuk meluapkan segala emosi yang ada dalam jiwa, yang berupa ata-kata kias. Tetapi kenyataannya, siswa masih malas untuk membuat puisi, ramai sendiri saat pelajaran, tidak banyak bertanya, dan asal-asalan menjawab pertanyaan guru saat pelajaran. 2. Penghayatan dalam Mencari Makna sulit Menurut Afrudin (1984: 20) menikmati puisi pada hakekatnya mengayati suatu pengalaman secara mendalam. Hasil dari penghayatan ini berupa makna yang dianalisis dari karya sastra itu melalui pengatayatan dan menempatkan diri sebagai pengarang. Kenyataan yang ada, siswa masih salah memberi makna puisi dan sebagian besar siswa sulit untuk mengartikan sebuah kata-kata kias. 3. Buku-buku Pedoman Apresiasi Puisi dan Kumpulan-kumpulan Puisi Kurang Masalah lain terjadi karena kurangnya buku-buku pengetahan tentang apresiasi puisi dan buku-buku kumpulan puisi yang diaca siswa. Hal ini karena keterbatasan buku-buku tersebut di perpustakaan, jumlah buku yang ada hanya tiga yaitu tentang buku pedoman puisi. 4. Mengekspresikan Puisi Sulit Ekspresi merupakan sesuatu yang diungkapkan melalui wajah atau disebut bahasa tubuh. Siswa harus bisa mengekspresikan bagaimana raut muka saat sedih, senang, bingung, kaget, resah, emosi, dan lain-lain. Praktiknya,

siswa hanya diam tidak menggunakan gerakan-gerakan tangan saat membaca puisi, tidak menggunakan ekspresi wajah, dan cara membacanya seperti membaca buku bacaan. 5. Malu Saat Membaca Puisi Membaca puisi merupakan suatu kegiatan di mana siswa harus mampu mengeluarkan suara keras dan berirama. Kenyataannya siswa takut dan grogi saat membca puisi di depan kelas karena ditertawakan temannya, ragu-ragu saat membaca puisi, dan cepat-cepat saat membaca. Selain itu karena kurangnya kepercayaan diri siswa dan keberanian. Permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi perlu diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa. Pendekatan belajar dan strategi belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Pendekatan dalam belajar mengajar pada dasarnya adalah melakukan proses belajar mengajar melalui proses mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengajar untuk memperoleh pemahaman. Menurut Abin Syamsudin (Rusyan dkk., 1994: 5) ada tiga hal yang hendaknya dipahami oleh guru dalam proses belajar mengajar, yaitu: 1. Hakekat atau konsep dasar serta proses terjadinya perilaku belajar pada diri siswa; 2. Kriteria dan cara merumuskan tujuan belajar mengajar dalam bentuk operasional yang dapat dipandang sebagai manifestasi hasil kegiatan

belajar siswa yang secara langsung dapat diamati dan dievaluasi atau diukur; 3. Karakteristik utama, termasuk segi dan kelemahannya dari beberapa model strategi belajar mengajar yang umum serta kriteria yang dapat digunakan untuk memilihnya bagi keperluan penggunaannya; Belajar dan mengajar pada dasarnya interaksi antara siswa dan guru dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan, dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih efektif. Demikian pula, siswa dituntut semangat dan dorongan untuk belajar. Menurut Djamarah (2002: 133) ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa sebagai berikut: 1. membangkitkan adanya suatu kebutuhan pada siswa, sehingga siswa mudah untuk menerima pelajaran, 2. mengembangkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pelajaran yang dimiliki siswa, sehingga siswa mudah untuk menerima mata pelajaran, 3. memeberikan kesempatan pada siswa untuk mendapat hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif, 4. menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual siswa,

Belajar mengajar merupakan suatu proses yang tidak mudah karena bukan sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik. Salah satu kegiatan belajar mengajar yang menekankan berbagai tindakan dan kegiatan adalah menggunakan pendekatan tertentu dalam belajar mengajar, karena pendekatan hakekatnya merupakan suatu upaya dalam meningkatkan aktifitas belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Menulis puisi diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya pikir imajinasi siswa dan pembentukan watak. Siswa harus mengeluarkan segala sesuatu yang ada pada pikirannya, yang berupa kata-kata yang mengandung makna. Untuk itu, siswa harus bisa memperkaya pengalamannya dengan mendapatkan pengalaman-pengalaman sastra yang diterapkannya dalam kehidupan. Dengan demikian, siswa dapat menghayati kehidupan dengan lebih jeli dan baik. Mengingat pentingnya pembelajaran menulis puisi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka yang perlu dilakukan guru adalah menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan kreatifitas siswa. Guru harus mengingat apa yang menjadi tujuan pembelajaran apresiasi puisi. Salah satu cara untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran menulis puisi adalah dengan menerapkan pendekatan SAVI (somatis, auditori, visual, dan intelektual) pada penyampaian materi pelajaran. Menurut Meire

(2002: 263) bahwa pembelajaran memberi hasil terbaik jika bersifat SAVI. Belajar somatis berarti belajar dengan menggunakan indra peraba, kinestetis, melibatkan fisik, dan menggunakan serta menggerakkan tubuh. Belajar auditori merupakan belajar di mana siswa belajar berbicara dan mendengarkan saat pembelajaran. Belajar visual berarti siswa belajar dengan melihat gambar atau sesuatu yang dilihatnya untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Adapun belajar intelektual berarti siswa menunjukan sesuatu dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. SAVI merupakan suatu tindakan dimana siswa harus bergerak dalam proses pembelajaran, tidak hanya duduk dan mendengarkan guru. Siswa dituntut untuk menggerakkan anggota tubuh, menggunakan semua penca indra, dan otak untuk belajar. Siswa bisa mendapatkan pengalaman dengan melakukan sesuatu yang dilihat dan didengar untuk dijadikan bahan belajar. Hal ini tentunya akan meningkatkan kreatifitas siswa serta bisa meningkatkan kecerdasan dalam proses pembelajaran apresiasi puisi di sekolah. Dengan menerapkan pendekatan SAVI dalam penyampaian materi pelajaran, diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Supaya dapat melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan penerapan pendekatan SAVI, perlu adanya kejasama antara guru Bahasa Indonesia dan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses penelitian tindakan kelas ini memberikan kesempatan pada peneliti dan guru

Bahasa Indonesia untuk mengidentifikasi masalah masalah pembelajaran di sekolah, sehingga dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan. Dengan demikian, proses pembelajaran menulis puisi di sekolah yang menerapkan pendekatan SAVI diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa dan prestasi belajar apresiasi puisi siswa. B. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah, dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan smasalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Kemampuan menulis puisi siswa kelas VII dibatasi pada kemampuan siswa dalam membuat puisi, membaca puisi, dan mencari makna serta amanat dalam puisi; b. Kreativitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi dibatasi pada kreatifitas siswa untuk menghasilkan kata-kata puitis dan menentukan maknanya; c. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi dibatasi pada keaktifan siswa untuk bertanya, mengemukakan ide, dan tukar pendapat. C. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana tindakan-tindakan guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas VII dalam pelaksanaan proses pembelajaran menulis puisi dalam peningkatan kompetensi dengan menggunakan pendekatan SAVI? b. Adakah peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI? 2. Pemecahan Masalah Keberhasilan peningkatan kompetensi menulis puisi pada PTK ini ditentukan dari peningkatan kemampuan menulis puisi, kreativitas siswa, dan keaktifan siswa. Hasil dari wawancara peneliti dengan guru penyebab kurangnya kompetensi siswa dalam menulis puisi karena metode pembelajaran tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Kesepakatan guru dengan peneliti, kelemaham tersebut perlu segera diatasi melelui pendekatan SAVI dengan media gambar pada tindakan proses pembelajaran. Pendekatan SAVI dalam hal ini membelajarkan apresiasi puisi yang dimulai dari perenungan kemudian menyusun kata-kata puitis. Setelah menyusun puisi kemudian siswa dapat membaca dengan menggunakan ekspresi dan menyimpulkan maknanya. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:

a. Untuk memberikan alternatif guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran menulis puisi; b. Untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi dalam pembelajaran apresiasi puisi. c. Untuk meningkatkan minat belajar siswa agar lebih kreatif dalam pembelajaran menulis puisi; d. Untuk meningkatkan minat belajar siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran menulis puisi. E. Manfaat Penelitian Sebagai penelitian tindakan penelitian ini memberikan manfaat utamanya kepada pembelajaran menulis puisi, disamping juga kepada penelitian peningkatan minat belajar siswa dan hasil pembelajaran apresiasi puisi SMP. a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya, maupun bagi masyarakat luas pada umumnya mengenai pendekatan SAVI untuk meningkatkan kompetensi menulis puisi. b. Manfaat Praktis Pada manfaat praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru bidang studi Bahasa Indonesia, dan kepada sekolah.

1. Bagi siswa untuk membantu mengatasi masalah dalam menulis puisi. 2. Bagi guru memberikan pengalaman dalam menangani problemproblem yang terjadi di kelas. 3. Bagi guru dapat memberi wawasan baru tentang strategi pembelajaran. 4. Bagi Kepala Sekolah dapat mengetahui tentang pemahaman dan penerapan strategi pendekatan SAVI, yang telah dilaksanakan guru.