PENGELOLAAN PERBATASAN SEBAGAI GARDA TERDEPAN KEDAULATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tunjangan Operasi Pengamanan. Petugas. Pulau Kecil. Terluar.

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Persengketaan muncul akibat penerapan prinsip yang berbeda terhadap penetapan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mahendra Putra Kurnia

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

luas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan

PENGARUH PULAU PULAU TERLUAR TERHADAP PENETAPAN BATAS LAUT INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

BAB I PENGANTAR. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

xvii MARITIM-YL DAFTAR ISI

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)

xii hlm / 14 x 21 cm

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB V PENUTUP. a. Pengawasan Pelaksanaan Special Arrangments 1993: untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

Gambar 2. Zona Batas Maritim [AUSLIG, 2004]

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MASALAH PERBATASAN NKRI

22/09/2014 SEMINAR NASIONAL HUKUM LAUT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ERLANGGA. Senin, 22 September 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atas sekitar pulau besar dan kecil. Pulau-pulau itu terbentang dari timur

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN DAN PEMELIHARAAN BATAS WILAYAH NKRI DAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

URGENSI PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN DALAM KAITANNYA DENGAN KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP TERJAGA

TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

BAB V VISI DAN MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENGELOLAAN PERBATASAN SEBAGAI GARDA TERDEPAN KEDAULATAN Shinto 1 Abstrak: Sebagai negara maritim diperlukan tata kelola daerah perbatasan terutama pulau terluar dengan pengelolaan yang baik, terstruktur dan terencana. Diperlukan kerjasama dan sinergi dari beberapa institusiyang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 agar dapat mencapai tujuan tersebut. Tata kelola perbatasan yang baik berdampak sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian suatu daerah, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara tetangga. Jika kemandirian ekonomi dan kesejahteraan tercapai, kemudahan fasilitas, lengkapnya sarana dan prasarana yang tersedia, maka aspek fisik, psikologis, keamanan dan sosial budaya akan dapat menciptakan suatu benteng pertahanan bagi Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kata Kunci : perbatasan, pertahanan, kemandirian, keamanan, kedaulatan 1. PENDAHULUAN 1 Indonesia yang memiliki13.466 2 pulau besar dan kecil, dan sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, mempunyai luas daratan sebesar 1.922.570 km² dengan luas perairan 3.257.483 km², merupakan negara Kepulauan terbesar di Dunia. Sebagian besar wilayahnya berupa lautan maka dapat dikatakan juga bahwa Indonesia merupakan negara Maritim. Untuk menjaga kedaulatan dan melindungi kekayaan atas kepulauan serta laut yang terkandung didalamnya, maka pada tahun 1957 Indonesia mendeklarasikan Deklarasi Juanda dan pada akhirnya PBB membuat konvensi tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1958, dan dalam pengembangannya menghasilkan UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi oleh 159 Negara. Sebagai negara maritim, yang memiliki gugusan kepulauan di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga, maka diperlukan pengelolaan yang serius untuk menjaga kedaulatan atas pulau-pulau terluar dan kekayaan laut yang terkandung didalamnya. Keseriusan tersebut terwujud dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, dan sebagai pengejawantahan atas Undang-Undang tersebut maka 1 Penulis merupakan anggota Lembaga KERIS yang dapat dihubungi melalui email : shinto.axl@gmail.com 2 Jumlah pulau menurut rilis Bakosurtanal tahun 2014, Informasi tersebut ini dikatakan Kepala Badan Informasi Geospasial Asep Karsidi kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, saat serah terima perangkat pendukung infrastruktur informasi geospasial di Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf Jakarta, pada 7 Mei 2014 lahirlah Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 dengan membentuk Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). 2. PENGELOLALAAN PERBATASAN Indonesia dengan kondisi geografis negara kepulauan, mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga, diantaranya Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, India, Thailand, Australia, dan Palau. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya dengan masalah penegakan kedaulatan dan hukum di laut, pengelolaan sumber daya alam serta pengembangan ekonomi kelautan suatu negara. Kompleksitas permasalah di laut akan semakin memanas akibat semakin maraknya kegiatan di laut, seperti kegiatan pengiriman barang antar negara yang 90%nya dilakukan dari laut, ditambah lagi dengan isu-isu perbatasan, keamanan, kegiatan ekonomi dan sebagainya.dapat dibayangkan bahwa penentuan batas laut menjadi sangat penting bagi Indonesia, karena sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan negara tetangga di wilayah laut atas laut teritorial diukur berdasarkan garis pangkal yang menghubungkan titik-titik dasar yang terletak di pantai terluar dari pulau-pulau terluar wilayah NKRI. Berdasarkan hasil survei base point atau titik dasar untuk menetapkan batas wilayah dengan negara tetangga, terdapat Volume 1 Nomor 2, Juni 2016 61

183 titik dasar yang terletak di 92 pulau terluar, sisanya ada di tanjung tanjung terluar dan di wilayah pantai. Pulau-pulau terluar yang biasanya merupakan daerah terpencil dan jauh dari jangkauan pemerintah pusat, cenderung menjadi daerah miskin dan terbelakang dikarenakan kurangnya perhatian dari pemerintah pusat. Kondisi tersebut sangat membahayakan jika tidak ada penanganan yang serius dari Pemerintah yang dapat mengakibatkan hilangnya pulau tersebut. Adapun ancaman hilangnya pulau bisa terbagi menjadi 3 kategori, yaitu 3 : 1. Hilang secara Fisik, yaitu hilangnya pulau dikarenakan kondisi alam, baik itu dikarenakan abrasi dari air laut maupun karena faktor air pasang. 2 Hilang secara Kepemilikan, yaitu hilangnya status kepemilikan pulau dikarenakan adanya penguasaan oleh individu maupun negara baik melalui pembelian, kekuatan militer maupun hasil keputusan hukum internasional atas kepemilikan suatu pulau, contohnya pulau Sipadan dan Ligitan. 3 Hilang secara sosial dan ekonomi, yaitu sebagai akibat kondisi sosial dan ekonomi yang terjadi dikepulauan tersebut, bisa terjadi dikarenakan perdagangan, ataupun faktor historis penduduk yang mendiami kepulauan tersebut secara turun-temurun. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka Pemerintah pada tahun 2010 telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 dengan membentuk Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) sesuai amanah dari Undang- Undang No. 43 Tahun 2008. BNPP dengan keanggotaan 18 Kementrian/ Lembaga Pemerintah non Kementrian serta 12 Gubernur di kawasan perbatasan diharapkan dapat menjawab pengelolaan batas wilayah serta mendorong pembangunan kawasan perbatasan secara terintregasi dan terpadu. Walau cakupan masih luas, akan tetapi diharapkan fokus kedepan lebih menitikberatkan terhadap pulau-pulau 3 Lalu Muhamad Jaelani, Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS, Sukolilo, Surabaya, 60111 terluar. Pembentukan Badan Pengelola Perbatasan tersebut diharapkan bisa menjadi jalan keluar dari berbagai permasalahan mengenai perbatasan, baik itu perbatasan darat maupun perbatasan di perairan dan pulau terluar. Perbatasan yang selama ini diidentikan sebagai daerah yang tak terurus, terbelakang dan hanya sebagai simbol politis harus segera dibenahi, pembenahan ini diharapkan akan mempengaruhi juga terhadap taraf hidup masyarakat dan juga faktor pertahanan. Oleh karena itu diharapkan pemerintah daerah yang paling berperan harus proaktif guna mewujudkan tujuan tersebut. 2.1 Kerjasama dan Sinergi antar Instansi Walaupun sudah dibentuk Lembaga Pemerintah yang khusus menangani masalah perbatasan, yaitu Badan Pengelolaan Perbatasan (BNPP) dengan keanggotaan 18 instansi, tapi dalam implementasi dilapangan masih belum bisa bekerja secara maksimal, dikarenakan Badan Nasional Pengelola Kawasan Perbatasan yang dibentuk Pemerintah belum cukup memadai karena sifatnya lebih merupakan badan koordinasi kebijakan yang tidak memiliki wewenang komando terhadap masyarakat, wilayah maupun institusi politik di daerah. Agar semua dapat bekerja maksimal maka diperlukan kerjasama dan sinergi antar instansi terkait. Era otonomi daerah memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk bisa mengelola setiap jengkal daerahnya untuk menghasilkan nilai tambah bagi pendapatan daerah dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada. Agar pengelolaan bisa maksimal serta adanya keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki setiap pemerintah daerah, maka diperlukan kerjasama dengan instansi lain yang mungkin bersinggungan langsung, dalam hal ini salah satu contohnya adalah institusi TNI, pemilihan TNI khususnya TNI AL sebagai pihak yg perlu diajak kerjasama bukan tanpa alasan, yaitu : a. Merupakan institusi yang salah satu tupoksinya adalah Volume 1 Nomor 2, Juni 2016 62

mengamankan wilayah perbatasan 4. b. Mempunyai sumber daya dan prasarana yang mendukung, yaitu personel lengkap, Alutsistayang memadai terutama kapal laut yang dapat diperbantukan guna pengelolaan, membantu kemudahan logistik serta pengamanan perbatasan. c. Memberikan rasa aman dan perlindungan terhadap penduduk yang menempati pulau perbatasan tersebut dari ancaman dan gangguan kedaulatan terutama dari negara tetangga. d. Memberikan identitas dan penegasan atas kedaulatan. e. Dibantu instansi yang lain dapat berfungsi sebagai Penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum di laut dan pulau-pulau terluar perbatasan (penyelundupan, pencurian ikan, penambangan pasir laut ilegal, serta kejahatan di perbatasan laut lainnya). Sebagai salah satu perwujudannya bisa dilakukan melalui perjanjian kerjasama (agreement) antara pemerintah daerah dengan institusi TNI dalam hal ini TNI AL. Salah satu kerjasama yang mungkin sangat diperlukan yaitu bantuan untukmengangkut logistik dan kebutuhan bahan pokok untuk masyarakat kepulauan tersebut, terutama bagi pulau yang kebutuhan pokoknya sangat bergantung dari pasokan negara tetangga yang berbatasan langsung. Jikasegala kebutuhan pokok dapat didapat dengan mudah dengan harga yang tidak berbeda jauh dari negara tetangga, maka tingkat ketergantungan akan menjadi berkurang, sehingga kecil kemungkinan muncul ceritabahwa warga pulau berniat pindah kewarganegaraan dikarenakan imingiming kehidupan dan sarana-prasarana yang lebih baik di daerah seberang. 4 Poin no. 4 dari 14 poin Tugas Pokok TNI dalam operasi militer selain perang 2.2 Faktor ekonomi bagi pengembangan dan pembangunan pulau-pulau terluar Seperti kita ketahui bahwa 90% transaksi perekonomian, khususnya perdagangan di daerah-daerah terpencil berasal dari di lautan, untuk itu diperlukan biaya yang besar untuk melakukan transaksi perpindahan barang/jasa agar sampai di masyarakat. Kitamengetahui pula transportasi melalui laut memerlukan waktu yang relatif lama untuk membawa suatu barang hingga sampai ke tempat tujuan. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat pembangunan dan pengembangan perekonomian suatu pulau. Dapat kita ambil contoh seperti kebutuhan pokok masyarakat, yaitu minyak goreng atau gula: a. Harga Minyak Goreng di pusat pemerintahan terdekat Rp. 10.000,-/L, Harga Gula pasir Rp. 10.000,-/kg, sedangkan harga minyak goreng di pulau terdekat (negara tetangga) asumsi Rp. 11.000,-/L dan gula pasir Rp. 12.000,-/kg. b. Ongkos angkut rata-rata dari pusat pemerintahan yaitu Rp. 1.000,-/kg, dan ongkos angkut rata-rata dari pulau terdekat yaitu Rp, 500,- kg (ongkos angkut dari pusat pemerintahan lebih mahal dikarenakan terkendala jarak dan sarana prasarana yang terbatas). c. Jika kita membuat perbandingan harga sampai di konsumen adalah: Minyak Goreng = Rp. 500,- selisih lebih murah dibanding beli dari pulau terdekat. Gula Pasir = Rp. 1.500,- selisih lebih murah dibanding beli dari pulau terdekat. Akan tetapi, hitung-hitungan secara matematika tersebut akan sangat berbeda dengan praktik di lapangan, hal itu dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yang berpengaruh, misalnya waktu dan kemudahan dalam memeperoleh produk tersebut. Jika kita membeli dari pusat pemerintahan memakan waktu yg lebih lama dikarenakan jarak, maka akan sangat berpengaruh terhadap Volume 1 Nomor 2, Juni 2016 63

ketersediaan dan kualitas produk selama pengangkutan, lain halnya jika membeli dari pulau terdekat, walaupun harganya lebih mahal, tingkat ketersediaan produk dan kualitas produk bisa lebih terjamin karena mudahnya akses untuk mendapatkan barang tersebut. Dengan pembangunan sarana dan prasarana yang baik, peran serta pemerintah daerah dan bantuan dari instansi terkait dalam hal ini TNI AL mutlak diperlukan agar dapat berjalan dengan baik. Dengan begitu akan memotong siklus perputaran barang dan jasa yang sangat tergantung dengan negara tetangga. Perputaran barang dan jasa memiliki implikasi terhadap perekonomian nasional terutama uang valas sebagai alat tukar menukar yang sah, semakin sedikit kita membeli barang dari negara tetangga, maka akan membawa dampak yang positif terhadap nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama negara tetangga. Dilihat dari gambaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa, faktor perekonomian memiliki berpengaruh yang besar terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Jika pulaupulau yang terpencil dikelola dengan baik, fasilitas terpenuhi, akses barang mudah serta dikelola layaknya halaman rumah sendiri, termasuk membangun fasilitas untuk publik seperti sarana ibadah, sekolah dan pasar, memberikan akses informasi dan komunikasi yang memadai, seperti aliran listrik, siaran televisi dan BTS seluler, maka dapat diartikan bahwa pemerintah sudah memberi perhatian serius terhadap batas kedaulatan, sehingga masyarakat diperbatasanpun merasa selalu diayomi dan dihargai sebagai sebuah warga negara. Kondisi tersebut membawa dampak psikologis terhadap warga negara, sehingga merasa memiliki dan menjaga wilayahnya, terutama dari ancaman sosial dan budaya dari negara tetangga. 2.3 Benteng dari Ancaman Kedaulatan Pulau perbatasan yang dikelola dengan baik, baik itu manusia dan sumberdaya yang terkandung didalamnya, merupakan benteng tangguh terhadap segala bentuk ancaman dari negara tetangga. Pengelolaan yang terencana dan terstruktur diharapkan mampu membuat pulau-pulau di perbatasan siap untuk membentengi diri dari pengaruh dan ancaman yang mulai berkembang saat ini, baik itu nelayan-nelayan dari Philipina dan Thailand, juga gencarnya kekuatan ekspansif dari China yang mulai mengarah ke area Laut China Selatan. Aspek yang dapat ditimbulkan oleh adanya tata kelola perbatasan yang baik, meliputi beberapa hal, yaitu : 1. Aspek Fisik Pulau perbatasan yang telah terkelola dengan baik, akan menunjukkan indentitas fisik atas kepemilikan dan kedaulatan suatu negara, sehingga negara tetangga akan berpikir ulang untuk melakukan tindakan perongrongan atas suatu daerah / area yang terdapat di sekitar kawasan teritorial. Salah satu contohnya adalah kasus Pulau Sipadan dan Ligitan yang terjadi dikarenakan kurangnya bukti fisik atas kepemilikan serta keteledoran pemerintah dalam pengelolaan kedua pulau tersebut yang akhirnya berakibat Indonesia menyerahkan dengan berat hati ke negara tetangga setelah kalah dalam pengadilan Arbitrase Internasional. Hal ini merupakansuatu pelajaran yang harus dibayar mahal, karena bukan saja kita kehilangan dua pulau, akan tetapi berpengaruh juga terhadap hilangnya sumber daya alam yang terkandung didalamnya, dan juga berkurangnya area kedaulatan. 2. Aspek Psikologis Kemajuan dan tata kelola yang baik atas suatu pulau perbatasan, akan selalu berdampak langsung terhadap perekonomian daerah yang masyarakat atau penduduk tempati. Masyarakat tidak perlu lagi merasa bergantung terhadap negara tetangga walaupun jaraknya lebih dekat.didalam pergaulan dunia internasionalpun kita juga akan merasa bangga, mempunyai halaman yang selalu terawat dengan baik sehingga akan menimbulkan image yang positif terhadap identitas suatu bangsa. Volume 1 Nomor 2, Juni 2016 64

3. Aspek Keamanan Kerjasama yang baik antara pemerintah daerah setempat dengan unsur2 keamanan dalam hal ini TNI dan Polri, akan memberikan efek khusus terhadap keamanan jalur lintas laut, baik dari ancaman teroris dan pembajakan, pencurian sumber kekayaan alam, penyelundupan barang, narkoba dan manusia. Sehingga akan menutup kemungkinan tindak kejahatan di laut, maupun termasuk arogansi negara tetangga. 4. Aspek Sosial Budaya Pengaruh sosial budaya akibat pertukaran barang dan jasa, dan juga keluar masuknya masyarakat demi menunjang siklus perekonomian mau tidak mau akan berdampak langsung terhadap sendi sendi dalam kehidupan bermasyarakat, terutama pulau dan daerah perbatasan sebagai pintu utama wilayah negara. Sisi positif dari pengelolaan daerah yang baik antara lain akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pulau yang terdekat (negara tetangga), sehingga diharapkan akan banyak mengurangi dan menutup pengaruh pergeseran sosial budaya, berpotensi merubah identitas asli suatu kawasan, baik itu dalam segi bahasa, maupun kebudayaan. Dari beberapa aspek tersebut diatas, peran serta pemerintah daerah cukup besar, apalagi kondisi sekarang dalam sistem demokrasi politik multi partai dan pemulihan kepala daerah langsung, kita selalu berharap setiap kepala daerah yang terpilih hendaknya memiliki wawasan nusantara.kita tentu tidak mengharapkan seorang Kepala Daerah yang hanya mempunyai visi dan misi jangka pendek maupun demi kepentingan partai. Semoga kedepan kita harapkan daerah perbatasan benar-benar dikelola dengan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah sehingga dapat berfungsi sebagai halaman yang asri dan selalu terawat dengan baik. 3. KESIMPULAN Belajar dari sejarah, pola pikir pemerintah yang terlalu menganggap remeh dan mengabaikan daerah perbatasan harus segera diubah, perbatasan merupakan halaman depan sebuah kedaulatan, jika halaman depan itu dapat di kelola dengan baik, tentu kedaulatan akan selalu terjaga, dan jika halaman itu selalu diabaikan dan hanya berfungsi sebagai pemenuhan faktor politis, maka besar kemungkinan kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan akan terjadi di kemudian hari. Perbatasan dan kedaulatan adalah dua kata yang tidak bisa terpisahkan, selama masih ada perhatian yang serius terhadap masalah di perbatasan, maka disitu pula kedaulatan akan selalu terjaga, dan bilamana perbatasan sudah diabaikan maka tinggal menunggu waktu runtuhnya pondasi kedaulatan suatu negara. DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi UNCLOS 1982. Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang pembentukan Badan Pengelolaan Perbatasan Moeldoko, Letjen TNI, Kompleksitas Pengelolaan Perbatasan, Tinjauan dari Perspektif Kebijakan Pengelolaan Perbatasan Indonesia Sobar Sutisna, Pengamanan Wilayah Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia Dan Kepastian Hukum Bagi Pertahanan Wilayah Negara Lalu Muhamad Jaelani, Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS, Sukolilo, Surabaya, 60111 Soerya Respationo, Kebijakan Pertahanan Di Perbatasan Maritim. Volume 1 Nomor 2, Juni 2016 65