2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

dokumen-dokumen yang mirip
2016, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENDAGRI. Gratifikasi. Unit Pengendalian.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 044 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 Tahun 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2 Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersi

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang- U n d a n g N o m o r 2 8 T a h u n t e n t a n g Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Ko

2017, No Keluarga Berencana Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dar

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 90 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

SURAT - EDARAN NOMOR : SE 30 TAHUU 2017 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER -05/MBU/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Daftar Isi. 2. Tujuan. 5. Bab III. BATASAN GRATIFIKASI Batasan Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan 10

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No.69 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 19.a TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

UPATI BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang P

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 58

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 50 TAHUN 2015

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 22. TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Gratifikasi dilarang karena dapat mendorong Insan PTC

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 6 TAHUN2017 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor : 58 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANBUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BSN. Pengendalian Gratifikasi. Sistem.

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK.10 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

~ 1 ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2015

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEMBERIAN GRATIFIKASI KEPADA PIHAK KETIGA

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.970, 2016 OMBUDSMAN. Pengendalian Gratifikasi. Pencabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bebas maladministrasi di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia, perlu adanya upaya pengendalian terhadap penawaran, penerimaan dan pemberian gratifikasi sebagai wujud penegakan integritas Pimpinan dan Pegawai Ombudsman dalam menjalankan fungsi dan tugasnya; b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman bagi pencegahan perilaku maladministrasi di lingkungan Ombudsman Republik Indonesia perlu mengatur ketentuan tentang pengendalian terhadap penawaran, penerimaan, dan pemberian gratifikasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu metetapkan menetapkan Peraturan Ombudsman Republik Indonesia tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia;

2016, No.970-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899); 4. Peraturan Ombudsman Nomor 7 Tahun 2011 tentang Kode Etik Insan Ombudsman (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 308); 5. Peraturan Ombudsman Nomor 18 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 571); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OMBUDSMAN TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA.

-3-2016, No.970 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Ombudsman ini yang dimaksud dengan: 1. Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. 2. Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya disebut KPK, adalah Komisi Pemberantasan Korupsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. 4. Penawaran adalah kegiatan mengunjukkan sesuatu dengan maksud supaya dibeli, dikontrak, diambil, dipakai, dimiliki untuk kepentingan pribadi dan/atau Lembaga dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. 5. Penerimaan adalah kegiatan menyambut, mengambil, mendapat, menampung sesuatu yang ditawarkan, diberikan, dikirimkan, untuk kepentingan pribadi dan/atau Lembaga dengan menggunakan sarana

2016, No.970-4- elektronik atau tanpa sarana elektronik. 6. Pelaksana Pengendali Gratifikasi atau yang selanjutnya disingkat PPG adalah bagian/bidang/tim/unit pelaksana program pengendalian gratifikasi. 7. Pelapor adalah setiap orang yang menyampaikan laporan atas penawaran, penerimaan, pemberian dan penolakan gratifikasi. 8. Ketua adalah Ketua Ombudsman RI. 9. Pimpinan adalah Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Ombudsman RI. 10. Pegawai adalah Asisten, Kepala Perwakilan, Sekretaris Jenderal, Pegawai Negeri Sipil, pegawai dengan perjanjian kerja maupun pegawai lain yang bekerja di lingkungan Ombudsman RI. 11. Pihak Lain adalah perseorangan maupun badan hukum di luar Ombudsman yang berinteraksi dan/atau bekerjasama dengan Ombudsman tapi tidak terbatas pada penerima jasa, pemasok dan agen. 12. Kedinasan adalah seluruh aktivitas resmi insan Ombudsman yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi serta jabatannya. 13. Konflik Kepentingan adalah situasi dimana Pimpinan dan Pegawai Ombudsman memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok atas setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi kinerja dan layanan yang seharusnya. 14. Anggota Keluarga adalah anggota keluarga inti, keluarga somah maupun batih diantaranya kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu, dan keponakan.

-5-2016, No.970 BAB II GRATIFIKASI Pasal 2 Pimpinan dan Pegawai Ombudsman wajib melaporkan segala bentuk penawaran, pemberian, dan penerimaan gratifikasi, baik diterima langsung maupun diterima oleh anggota keluarga. Pasal 3 Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dikecualikan untuk penawaran, pemberian, dan penerimaan gratifikasi sebagai berikut : a. pemberian dan penerimaan karena hubungan keluarga dari anggota keluarga selama tidak ada konflik kepentingan; b. hadiah (tanda kasih) dan/atau buah tangan yang diberikan dalam bentuk uang atau barang atau jasa yang memiliki nilai jual dan kemanfaatan yang umum diberikan dalam penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, dan potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya dengan batasan nilai per pemberi dalam setiap acara paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah); c. pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh Pimpinan dan Pegawai atau Anggota Keluarga dengan batasan paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); d. pemberian sesama Pimpinan dan Pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun, promosi jabatan, dan ulang tahun yang tidak dalam bentuk uang atau tidak berbentuk setara uang yang paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian per orang dengan total pemberian Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama; e. pemberian sesama Pimpinan dan Pegawai tidak dalam bentuk uang atau tidak berbentuk setara uang (cek,

2016, No.970-6- bilyet giro, saham, deposito, voucher, pulsa, dan lainlain) paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian per orang dengan total pemberian maksimal Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama; f. hidangan atau jamuan yang berlaku umum; g. prestasi akademis atau non akademis yang diikuti oleh Pimpinan dan Pegawai dengan menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan, perlombaan atau kompetisi tidak terkait kedinasan; h. keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku umum; i. seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta sertifikat yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang berlaku umum; j. penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa uang atau barang yang ada kaitannya dengan peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; k. diperoleh dari kompensasi atas profesi diluar kedinasan, yang tidak terkait dengan tupoksi dari pejabat/pegawai, tidak memiliki konflik kepentingan dan tidak melanggar aturan internal instansi pegawai; l. diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan berupa cinderamata (souvenir) atau hadiah yang diterima dari pihak lain, atau sesama Pimpinan dan Pegawai Ombudsman dalam kegiatan resmi Pimpinan dan Pegawai Ombudsman yang berhubungan dengan penugasan seperti rapat, seminar, workshop, pelatihan, kontes/kompetisi atau kegiatan lain sejenis, seperti plakat, goody bag/gimmick; atau m. diperoleh dari kegiatan kedinasan berupa kompensasi yang diterima dari pihak lain, atau sesama Pimpinan dan Pegawai Ombudsman dalam kegiatan resmi Pimpinan

-7-2016, No.970 dan Pegawai Ombudsman yang berhubungan dengan penugasan seperti honorarium, transportasi, akomodasi, jamuan makan, jamuan olahraga, dan pembiayaan lainnya sebagaimana diatur dalam Standar Biaya Masukan, dalam hal terdapat pembiayaan ganda, tidak terdapat konflik kepentingan, tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 4 (1) Setiap Pimpinan dan Pegawai wajib menolak gratifikasi, kecuali gratifikasi yang tidak diketahui pemberiannya, yaitu dalam hal Pimpinan dan Pegawai atau anggota keluarga tidak mengetahui waktu dan lokasi penerimaan gratifikasi serta identitas dan alamat pemberi. (2) Penerimaan gratifikasi sebagaimana Pasal 4 ayat (1) wajib dilaporkan sesuai dengan tata cara pelaporan gratifikasi. (3) Setiap Pimpinan dan Pegawai wajib menolak gratifikasi yang terkait kedinasan yang nilainya melebihi Standar Nilai dengan kondisi nilai gratifikasi telah diketahui sebelum penerimaan gratifikasi terjadi dan terdapat pembiayaan ganda. BAB III PELAKSANA PENGENDALI GRATIFIKASI (PPG) Pasal 5 (1) Pengendalian gratifikasi di tingkat Pusat dilaksanakan oleh bagian/tim/unit yang membidangi pengawasan dan kepatuhan internal pada kantor pusat. (2) Pengendalian gratifikasi di Kantor Perwakilan dilaksanakan oleh Kepala Perwakilan melalui mekanisme pengawasan melekat dengan berkoordinasi dengan Pelaksana Pengendali Gratifikasi, selanjutnya disebut PPG di tingkat Pusat.

2016, No.970-8- Pasal 6 (1) PPG mempunyai tugas : a. sosialisasi pengendalian gratifikasi; b. menerima dan mengadministrasikan laporan gratifikasi; c. mereviu laporan gratifikasi; d. menyampaikan reviu laporan gratifikasi kepada Ketua; dan e. menyampaikan rekapitulasi laporan gratifikasi setiap semester kepada Ketua. (2) PPG mempunyai kewenangan untuk meminta data, keterangan dan dokumen pendukung dari penerima maupun pihak lain termasuk meminta kehadiran saksi. BAB IV TATA CARA PELAPORAN GRATIFIKASI Pasal 7 (1) Pimpinan dan Pegawai wajib melaporkan penawaran, pemberian, dan penerimaan gratifikasi secara manual atau elektronik kepada PPG. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya gratifikasi. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling sedikit memuat : a. nama dan alamat lengkap penerima gratifikasi; b. jabatan Pimpinan atau Pegawai; c. nama dan alamat lengkap pemberi gratifikasi; d. tempat dan waktu penerimaan gratifikasi; e. nilai atau taksiran nilai gratifikasi yang diterima; dan f. kronologi peristiwa penerimaan atau penolakan gratifikasi. (4) Dalam hal gratifikasi telah diterima, maka Pimpinan dan Pegawai wajib melampirkan bukti gratifikasi berupa sampel, foto, dan/atau dokumen pendukung lain.

-9-2016, No.970 Pasal 8 Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja belum melaporkan penawaran, pemberian, dan penerimaan gratifikasi kepada PPG, Pelapor wajib melaporkan gratifikasi langsung kepada KPK. Pasal 9 (1) Laporan gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus dicatat dan dilakukan reviu oleh PPG. (2) Reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. kelengkapan data laporan gratifikasi; dan b. laporan gratifikasi. (3) Dalam hal diperlukan, PPG dapat meminta keterangan kepada Pelapor dan/atau saksi terkait kelengkapan laporan. (4) PPG memberikan bukti penerimaan laporan gratifikasi kepada Pelapor. Pasal 10 (1) Hasil reviu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 disusun dalam bentuk laporan reviu gratifikasi. (2) Laporan reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat : a. nama dan alamat lengkap Pimpinan dan Pegawai serta pemberi gratifikasi; b. pangkat, golongan, dan jenjang jabatan Pimpinan atau Pegawai; c. tempat dan waktu penerimaan gratifikasi; d. uraian jenis, nilai dan/atau taksiran nilai gratifikasi; dan e. penjelasan umum yang setidaknya memuat tentang kategori gratifikasi, kesimpulan, dan saran tindak lanjut. Pasal 11 (1) PPG menyampaikan hasil laporan reviu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 kepada Ketua dalam waktu

2016, No.970-10- paling lama 4 (empat) hari kerja sejak laporan gratifikasi diterima dengan tembusan Sekretaris Jenderal Ombudsman. (2) Ketua melakukan reviu dan menyampaikan hasil reviu ulang kepada KPK dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak laporan reviu diterima. Pasal 12 (1) PPG menyampaikan penetapan status kepemilikan gratifikasi dari KPK kepada pelapor untuk pertama kalinya disampaikan kepada Pelapor. (2) Dalam hal KPK menetapkan status kepemilikan gratifikasi bukan hak Pelapor, maka wajib diserahkan kepada KPK. (3) Pelapor harus menyampaikan bukti penyerahan kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PPG paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Pasal 13 (1) Pemberian dan penerimaan gratifikasi yang berupa barang mudah busuk atau rusak antara lain bingkisan makanan dan/atau buah yang dikhawatirkan kadaluarsa dan sulit dikembalikan kepada pemberi gratifikasi, dapat langsung disalurkan PPG pada unit kerja Pelapor ke panti asuhan, panti jompo atau tempat sosial lainnya. (2) Penyaluran atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh PPG pada unit kerja Pelapor kepada KPK desertai dengan penjelasan dan dokumentasi penyerahan. BAB V PERLINDUNGAN, PENGHARGAAN, DAN SAKSI Pasal 14 (1) Pimpinan dan Pegawai yang melaporkan penawaran, penerimaan, dan penolakan gratifikasi berhak mendapatkan perlindungan dari Ombudsman atau

-11-2016, No.970 lembaga lain yang memiliki kewenangan terkait. (2) Bentuk perlindungan yang diberikan Ombudsman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pimpinan dan Pegawai yang melaporkan gratifikasi antara lain : a. jaminan kerahasiaan identitas Pelapor; b. pencegahan terhadap segala bentuk intimidasi, ancaman fisik, penurunan jabatan atau golongan, penurunan penilaian sasaran kerja pegawai, diskriminasi dalam aspek kepegawaian terhadap diri Pelapor, dan/atau hambatan karir lainnya; c. bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 15 (1) Pengenaan sanksi terkait dengan pelaksanaan peraturan pengendalian gratifikasi diberikan kepada : 1. Pimpinan dan Pegawai yang terlambat melaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9; dan/atau 2. PPG yang tidak menindaklanjuti laporan gratifikasi sebagaimana ketentuan. (2) Bentuk sanksi ditentukan dan diputuskan oleh Pleno dan ditetapkan dengan Keputusan Ketua Ombudsman. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Pada saat Peraturan Ombudsman ini mulai berlaku, Peraturan Ombudsman Nomor 20 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaporan Gratifikasi di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 659), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Peraturan Ombudsman ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

2016, No.970-12- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Ombudsman ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Juni 2016 KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, format ttd. AMZULIAN RIFAI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA