BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Monica (2013), menyatakan bahwa dalam rangka

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Perekonomian Indonesia berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Siti, 2011: 1). pendanaan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dimana

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan kontributor terbesar dalam Anggaran Pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

EVALUASI PENGENAAN KEBIJAKAN PPH FINAL PADA UMKM. Abstrak. Berdasarkan Skema ketentuan mengenai PPh Final dalam PP 46 dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang terus mengupayakan

1 BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual, maka perlu diperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah (garant), sedangkan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi semua sektor, terutama pada sektor perekonomian dalam negeri. Maka dari

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. membiayai pengeluaran pemerintah. Semakin bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang sedang giat-giatnya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. : pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan pajak. Akan tetapi, data menunjukkan bahwa sebagian besar penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. Inasius (2014) di Indonesia, jumlah UMKM mencapai 56 juta unit dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak,

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pajak menjadi sumber

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia hingga saat ini masih menjadi negara yang sedang berkembang dan tidak henti-hentinya melakukan upaya pembangunan di segala bidang yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Monica (2013), menyatakan bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan belanja Negara, pemerintah selalu berupaya mengimpun dan menggali potensi sumber-sumber Pendapatan Negara baik melalui Penerimaan Dalam Negeri (Penerimaan Pajak dan Penerimaan Bukan Pajak) maupun penerimaan Hibah atau dari dua sumber penerimaan tersebut yang paling dominan adalah penerimaan dalam Negeri khususnya dari sektor pajak sebagai kontributor yang paling utama dalam APBN. Semakin besar pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk pembangunan nasional sehingga penerimaan negara dituntut untuk terus ditingkatkan. Suryaning (2015), menyatakan bahwa sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun sektor eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah pajak. Pajak bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan dan peningkatan sarana publik. Pada dasarnya, pajak merupakan kontribusi wajib berdasarkan undang-undang yang harus dibayar oleh seluruh wajib 1

2 pajak tanpa mendapat imbalan secara langsung yang akan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Penerimaan negara yang berasal dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) meskipun merupakan andalan penerimaan bagi negara untuk membiayai seluruh pengeluaran atau belanja negara akan tetapi sampai saat ini penerimaan tersebut belum mampu menutupi seluruh biaya yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran negara tersebut. (http://www.kemenkeu.go.id) PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan negara. Komponen PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yaitu Penerimaan SDA (Sumber Daya Alam) yang terdiri dari SDA (Sumber Daya Alam) minyak dan gas bumi (migas), dan penerimaan SDA (Sumber Daya Alam) non migas, merupakan sumber utama PNBP. Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN merupakan imbalan kepada pemerintah pusat selaku pemegang saham BUMN yang dihitung berdasarkan persentase tertentu terhadap laba bersih BUMN. Komponen yang terakhir adalah PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yaitu Penerimaan atas pemberian jasa layanan kepada masyarakat sesuai tugas dan fungsinya. (http://www.kemenkeu.go.id)

3 Tambunan (2015), menyatakan bahwa sejak awal tahun 1966 sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM di dalam negeri dalam berbagai macam program dan kebijakan atau peraturan, termasuk menerbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Walaupun sudah banyak program yang dijalankan oleh pemerintah untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM, kinerja UMKM dan kondisinya di tanah air secara umum masih jauh dari yang diharapkan. Bahkan hasil penelitian yang dilakukan oleh APEC menunjukkan bahwa daya saing UMKM Indonesia paling rendah dibandingkan UMKM di sejumlah ekonomi APEC lainnya. Linting (2012),menyatakan bahwa krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen pembelajaran bagi perekonomian Indonesia. Krisis mengakibatkan kedudukan pelaku sektor ekonomi telah berubah. Usaha skala besar satu per satu mengalami kepailitan karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan ikut terpuruk dan turut memperparah sektor industri dan permodalan. Meskipun begitu banyak UKM yang masih tetap bisa bertahan. Terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu., UKM hadir sebagai salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia.

4 Hakim dan Grace (2015), menyatakan bahwa salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peranan masyarakat dalam bidang perpajakan adalah melakukan pembaharuan pajak atau dikenal dengan reformasi perpajakan. Melalui reformasi perpajakan diharapkan akan mampu meningkatkan peranan masyarakat dalam bidang perpajakan. Saat ini pemerintah mulai melirik sektor swasta yang dipastikan memiliki potensi yang besar untuk pemasukan pajak, yaitu dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), omset dan labanya memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar. Namun Keberadaan usaha ini yang hampir dapat dijumpai disepanjang jalan nyatanya mampu memberikan sumbangsih yang berarrti bagi pertumbuhan perekonomian. Suryaning (2015), menyatakan bahwa peranan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian akhir-akhir ini mulai banyak diperhitungkan dalam proses merencanakan suatu kebijakan di bidang perpajakan. Selama ini roda perekonomian ditopang oleh kalangan pengusaha UKM. Pengusaha UKM sejauh ini memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia. Hal tersebut terlihat dari jumlah pelaku UKM menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2012 sebanyak 56,5 juta unit usaha yang telah menyerap begitu banyak tenaga kerja. Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu yang mendapat perhatian dari DJP (Direktorat Jenderal Pajak) karena yang benar-benar membayar pajak hanya sebagian kecil.

5 Melihat besarnya peran dan potensi ekonomi UMKM, pemerintah melalui berbagai regulasinya terus mendukung dan memfasilitasi para pelaku UMKM agar dapat berkembang dan memiliki daya saing. Diantaranya adalah regulasi di bidang perpajakan. Pemerintah telah mengatur secara khusus pengenaan pajak bagi wajib pajak yang memiliki omzet tidak lebih dari Rp 4,8 miliar per tahun. Wajib pajak tersebut dikenai PPh final sebesar 1 persen yang dihitung dari omzet per bulan sesuai dengan peraturan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Tujuan aturan ini adalah untuk kesederhanaan dalam pemungutan pajak dan berkurangnya beban administrasi wajib pajak sehingga diharapkan kepatuhannya semakin meningkat. (http://www.pajak.go.id). Wajib pajak (WP) di Indonesia pada tahun 2016 yang terdaftar dengan Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP) baik pribadi maupun badan tercatat 32,7 juta WP. Dari 32,7 juta Wajib Pajak (WP) yang wajib melaporkan surat pemberitahunan tahunan (SPT) atau memiliki kemampuan ekonomi yang seharusnya membayar pajak sebanyak 20 juta Wajib Pajak (WP). Namun dalam pelaksanaannya hanya 12,5 juta Wajib Pajak (WP) yang membayar pajak. (http://www.portalresmiprovinsijawatimur.htm). Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak Wajib Pajak yang belum melakukan kewajibannya sebagai warga negara yang patuh pajak,

6 sedangkan kontribusi pajak merupakan komponen utama dalam APBN dan juga menentukan kemajuan suatu negara. Maka membangun sistem dan distribusi perpajakan yang kuat,bersih dan dipercaya rakyat itu sangat penting. Paramartha dan Rasmini (2016), menyatakan bahwa penerimaan pajak diharapkan terus meningkat agar pembangunan Negara berjalan dengan baik. Peningkatan penerimaan pajak tercapai jika peningkatan jumlah wajib pajak terjadi. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri. Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Menurut Winerungan (2013), rendahnya kepatuhan wajib pajak penyebabnya antara lain kurangnya sosialisasi perpajakan yang diberikan kepada masyarakat, masyarakat masih mempersepsikan pajak sebagai pungutan wajib bukan sebagai peran serta mereka karena mereka merasa belum melihat manfaat yang nyata bagi negara dan masyarakat. Beberapa hal yang mungkin memicu rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak adalah sosialisasi perpajakan. Kurangnya sosialisasi perpajakan dapat berdampak pada kurangnya informasi yang diterima oleh wajib pajak. Meskipun pada kenyataannya, kepatuhan bukan merupakan tindakan yang mudah untuk dijalankan oleh setiap wajib pajak. Akan tetapi ketika wajib

7 pajak paham dan mengerti bahwa membayar pajak merupakan keharusan maka kepatuhan perpajakan pun akan meningkat. Menurut Harmenita dkk (2016), menyatakan bahwa demi mengemban tugas pencapaian target penerimaan pajak di tahun 2015. Upaya untuk mendukung reinventing policy maka disini pemerintah lebih memperhatikan kondisi internal aparat pajaknya yang salah satunya dengan membenahi kualitas pelayanannya. Pelayanan aparat pajak (fiskus) berperan penting dalam upaya menggali penerimaan negara dikarenakan visi pemberian pelayanan untuk menuntut wajib pajak mengerti dan sadar atas kewajiban perpajakannya. Menurut Jotopurnomo dan Mangoting (2013), menyatakan bahwa pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak oleh Direktorat jendral Pajak untuk membantu Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelayanan pajak termasuk dalam pelayanan publik karena dijalankan oleh instansi pemerintah, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan undang-undang dan tidak berorientasi pada profit atau laba. Menurut Prayatni dan Jati (2016), menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh laksono (2011) menunjukkan bahwa kondisi keuangan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Apabila kondisi keuangan pengusaha baik, maka pengusaha akan patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

8 Menurut Sari (2012), menyatakan bahwa setiap kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak tidak hanya dilakukan dengan menambah jumlah Wajib Pajak, tetapi juga disertai dengan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak. Untuk mengoptimalkan kepatuhan Wajib Pajak dapat diupayakan dengan beberapa cara, yaitu melalui pembenahan administrasi pajak, perbaikan pelayanan, penyuluhan secara sistematis dan berkesinambungan serta penegakan hukum. Berawal dari latar belakang diatas maka peneliti memilih untuk mengambil judul PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN FISKUS DAN KONDISI KEUANGAN PENGUSAHA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN MAGETAN (Studi UMKM di Sentra Industri Penyamak Kulit Magetan). 1.2 Rumusan Masalah Sebelum memberikan alternatif pemecahan masalah, maka terlebih dahulu diadakan perumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak usaha mikro kecil menengah di Kabupaten Magetan? 2. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak usaha mikro kecil menengah di Kabupaten Magetan?

9 3. Bagaimana pengaruh kondisi keuangan pengusaha terhadap kepatuhan wajib pajak usaha mikro kecil menengah di Kabupaten Magetan? 4. Bagaiman pengaruh sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus dan kondisi keuangan pengusaha terhadap kepatuhan wajib pajak usaha mikro kecil menengah di Kabupaten Magetan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Magetan. b. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). c. Untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). d. Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus dan kondisi keuangan terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

10 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu bagi peneliti sendiri ataupun pihak-pihak yang terkait. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: a. Bagi Penulis Sebagai bahan masukan,tambahan pengetahuan, pembelajaran dan perluasan ilmu untuk menganalisis suatu permasalahan mengenai Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Kondisi Keuangan Pengusaha terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. b. Bagi Lembaga Universitas Penelitian ini dapat menambah jumlah litelatur yang dapat dijadikan referensi untuk pengembangan teori tentang perpajakan. c. Bagi Pihak Pemerintah Sebagai dasar untuk membuat peraturan tentang pajak yang meliputi : pertimbangan sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus dan kondisi keuangan sehingga wajib pajak mudah memahami peraturan perpajakan. d. Bagi Wajib Pajak Memberikan informasi bagi wajib pajak mengenai bagaimana agar wajib pajak khususnya wajib pajak badan dapat memenuhi kewajiban perpajakannya.