BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan ritel ataupun dari kalangan besar. Kebanyakan investor ritel menempatkan dana investasi dalam bentuk deposito karena dapat dicairkan dalam jangka waktu yang dapat ditentukan sendiri. Ada dalam jangka waktu 1 (satu), 3 (tiga), 6 (enam), dan 12 (dua belas) bulan. Selain itu deposito juga aman karena dijamin oleh LPS ( Lembaga Penjamin Simpanan). Namun yang terjadi di pasar uang belakangan ini, tingkat bunga naik turun. Beberapa waktu yang lalu Lembaga Penjamin Simpanan menaikan tingkat suku bunga penjaminan menjadi 5,75 persen. Angka ini bahkan dibawah tingkat suku bunga Sertifikasi Bank Indonesia atau SBI rate yang sebesar 6 persen. SBI sebagai instrument investasi jelas lebih rendah resikonya dibandingkan deposito berjangka. Jadi bagi investor menempatkan dana dalam bentuk SBI jadi lebih menarik dibandingkan dengan deposito berjangka (yang dijamin oleh LPS). Terlepas dari keadaan tersebut, investor akan bimbang menentukan apakah deposito ataupun instrument investasi lainnya. Jika tujuannya hanya untuk keamanan dana memang deposito adalah pilihan yang tepat. Walaupun begitu kita pun tidak tahu dalam beberapa waktu kedepan. 1
Sebagai contoh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kenaikan Tarif Dasar Listrik ( TDL) akan mendorong biaya ekonomi untuk produksi dan distribusi otomatis akan ikut meningkat. Dan bila ini terjadi pasti akan ikut berpengaruh pada tingkat inflasi. Tidak dapat dibayangkan bila tingkat suku bunga deposito tidak berubah, maka nilai uang yang ada didalam deposito bukannya mengalami kenaikan tetapi nilai rill yang tersisa dalam uang tersebut telah berkurang sebesar selisih antara tingkat bunga dan laju inflasi. Turunnya suku bunga deposito menurunkan juga minat para investor untuk menempatkan dananya di bank. Jika untuk bank kecil hal ini akan sulit, jika mereka menurunkan bunga depositonya maka mereka akan kehilangan deposan. Karena suku bunganya rendah, kebanyakan investor cenderung mencari aset investasi yang bunganya lebih tinggi. LPS berpesan untuk berhati hati jika ada perbankan yang memberikan suku bunga yang lebih tinggi daripada suku bunga penjamin lembaganya. LPS menilai bila ada perbankan yang melakukan hal demikian maka bank tersebut kurang sehat. Hal ini perlu diwaspadai karna tingginya suku bunga deposito bisa saja dananya tidak dijaminkan ke LPS. Nasabah yang memperoleh bunga deposito tinggi sebenarnya diuntungkan secara tidak wajar, bisa saja uang nasabah tersebut tidak dapat dikembalikan jika banknya tempat simpanan deposito itu berhenti beroperasi. LPS hanya akan menjaminkan dana deposito nasabah di bawah Rp 2 miliar dengan suku bunga yang sudah ditetapkan oleh LPS Rate. Berdasarkan data LPS, 2
sekitar Rp1 triliun dana simpanan masyarakat di 46 bank yang dilikuidasi sejak 2006, ternyata hanya Rp 670 miliar yang dinilai layak bayar. Sementara itu, sisanya sebesar Rp 445 miliar justru dianggap tidak layak bayar.(www.lps.go.id) BI rate atau suku bunga Bank Indonesia, merupakan tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh Indonesia. Jika Bank Indonesia rate naik, maka bunga pinjaman maupun simpanan di bank dan lembagai keuangan lainnya juga bisa naik. Patokan ini hanya bersifat rujukan dan bukan merupakan peraturan, sehingga tidak mengikat ataupun memaksa. Jadi para bank boleh saja menaikkan bunga pinjaman kepada orang yang mengajukan kredit dengan alasan Bank Indonesia rate naik, namun disisi lain bunga deposito atau tabungan bagi para nasabahnya tidak naik sama sekali. Sementara bagi Bank Indonesia sendiri, Bank Indonesia rate adalah suku bunga bagi Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang disalurkan ke bank-bank. Ketika Bank Indonesia rate naik, maka para bank bisa menaruh dana mereka di Bank Indonesia dalam bentuk SBI, dan akan menerima bunga. Kenyataannya bila Bank Indonesia rate dinaikkan, maka para bank tentunya akan lebih suka menaruh dana tabungan nasabah mereka di Bank Indonesia daripada menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Sebab meskipun bunga yang ditetapkan Bank Indonesia lebih kecil dari bunga kredit, namun penjaminnya adalah pemerintah, sehingga resiko kredit macetnya sangat kecil, bahkan mendekati 3
nol. Jika dana milik masyarakat yang dipegang para bank diendapkan di BI, maka jumlah uang cash yang beredar di masyarakat akan berkurang, dan pada akhirnya menurunkan tingkat inflasi. Itulah sebabnya Bank Indonesia rate merupakan instrumen yang biasanya cukup ampuh untuk menurunkan tingkat inflasi. Jadi adalah wajar ketika kemarin tingkat inflasi ternyata melebihi ekspektasi, banyak pihak kemudian menuntut agar Bank Indonesia segera menaikkan Bank Indonesia rate-nya. Selain Bank Indonesia rate, Bank Indonesia juga memiliki beberapa instrumen lainnya yang juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan inflasi. Misalnya sukuk, obligasi ritel Indonesia, surat utang negara, dll. Pada dasarnya semuanya menggunakan prinsip yang sama, yaitu menyerap dana sebesar-besarnya dari masyarakat sehingga jumlah uang cash yang beredar di masyarakat jadi berkurang. Penyebab tingginya inflasi karena jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak. Ketika jumlah uang cash yang beredar di masyarakat berkurang, pertumbuhan inflasi memang akan tertekan. Namun disisi lain juga beresiko menekan pertumbuhan ekonomi. Misalnya, jika para bank tidak memberi pinjaman modal ke pengusaha karena mereka lebih suka menyimpan dananya di BI, maka para pengusaha tentunya akan kesulitan mengembangkan usahanya, dan pada akhirnya akan menekan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Karena itulah, jika kemudian tingkat inflasi telah terkendali, maka Bank Indonesia bisa menurunkan kembali Bank 4
Indonesia rate-nya, agar dana yang tadinya diendapkan bisa kembali dikucurkan ke masyarakat, untuk menumbuhkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Ketika Bank Indonesia menaikkan Bank Indonesia rate, pertimbangannya adalah pertumbuhan ekonomi masih stabil, sementara tingkat inflasi mulai tidak terkendali. Ketika inflasi mulai naik tidak terkendali, maka efeknya adalah biaya operasional para perusahaan yang terdaftar di BEI menjadi membengkak, karena naiknya harga bahan baku, gaji karyawan, dll. Akibatnya, laba bersih para emiten dikhawatirkan akan turun. Alhasil, harga sahamnya pun turun. Dan jika hal ini terjadi pada banyak saham, maka IHSG secara keseluruhan juga akan turun. Jadi ketika Bank Indonesia rate dinaikkan dan harapannya inflasi akan terkendali, maka IHSG juga bisa bangkit kembali. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP DEPOSITO BERJANGKA PADA PT BANK CENTRAL ASIA TBK. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan pokok adalah : 1. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap volume deposito pada PT Bank Central Asia Tbk? 5
2. Apakah inflasi berpengaruh terhadap volume deposito pada PT Bank Central Asia Tbk? 3. Apakah tingkat suku bunga dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap volume deposito pada PT Bank Central Asia? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka tujuan dilakuknnya penelitian adalah: 1. Mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap volume deposito pada PT Bank Central Asia Tbk. 2. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap volume deposito pada PT Bank Central Asia Tbk. 3. Mengetahui pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi secara bersama-sama terhadap volume deposito pada PT Bank Central Asia Tbk. Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk improvisasi diri dan menambah pengetahuan terhadap deposito pada PT Bank Central Asia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan dan evalusai bagi pihak manajeman perusahaan untuk meningkatkan kulaitas pelayaanan dalam transaksi deposito serta sebagai 6
bahan masukan dan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi deposito pada PT Bank Central Asia Tbk. 3. Bagi Pembaca Sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan menulis skripsi dan sebagai bahan pembanding bagi penulis lain yang akan melakukan penelitian sejenis. 7