TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESINYA Oleh : Elviana Sagala, SH, M.Kn Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum yang diberi wewenang oleh Undang-undang dan peraturan lain, dan dalam menjalankan tugasnya Notaris harus: 1. Bersifat mandiri (autonomous) 2. Tidak memihak siapapun (impartial) 3. Tidak tergantung kepada siapapun (independent), yang berarti dalam menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh pihak yang mengangkatnya atau pihak lain. Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya Notaris bertanggung jawab penuh terhadap perbuatan-perbuatan hukum yang akan timbul dikemudian hari dan bahkan tanggung jawab moril sebagai profesional, kalau merugikan pihak lain, Notaris harus dapat mempertanggung jawabkan pekerjaannya dimuka hukum secara perdata dan pidana dan Notaris wajib bertanggung jawab atas semua akta yang dibuatnya. Sedangkan kekuatan mengikat Kode etik Notaris dalam rangka Notaris membuat akta-akta telah berjalan dengan efektif, dimana setiap akta yang dibuat Notaris hendaknya bersumber pada aturan yang telah diatur dalam UUJN serta apabila terdapat Notaris yang nakal dalam membuat akta maka dapat dituntut secara pidana dan perdata. Kata Kunci : Tanggung Jawab, Notaris, Tugas Profesi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada norma hukum (ubi societas ibi ius). Hal tersebut menurut Cicero bahwa tata hukum harus mengacu pada penghormatan dan perlindungan bagi keluhuran martabat manusia. Hukum berupaya menjaga dan mengatur keseimbangan antara kepentingan atau hasrat individu yang egoistis dan kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik. Kehadiran hukum justru mau menegakkan keseimbangan perlakuan antara hak perorangan dan hak bersama. Oleh karena itu, secara hakiki hukum haruslah pasti dan adil sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut menunjukkan pada hakikatnya para penegak hukum (hakim, jaksa, Notaris, dan polisi) adalah pembela kebenaran dan keadilan sehingga para penegak hukum harus menjalankan dengan itikad baik dan ikhlas, sehingga 25
profesi hukum merupakan profesi tanggung jawab baik individual terhormat dan luhur (officium nobile). maupun sosial terutama ketaatan Oleh karena mulia dan terhormat, profesional hukum sudah semestinya merasakan profesi ini sebagai pilihan terhadap norma-norma hukum positif dan kesediaan untuk tunduk ada kode etik profesi, bahkan merupakan suatu dan sekaligus panggilan hidupnya hal yang wajib sehingga akan untuk melayani sesama di bidang hukum. Akan tetapi, ironisnya para memperkuat norma hukum positif yang sudah ada. profesi hukum kurang memiliki 1.2 Pokok Permasalahan kesadaran dan kepedulian sosial. Hal ini dapat dilihat para pakar hukum menjadi orang-orang sewaan yang Adapun ruang lingkup pokok permasalahan yang akan penulis bahas dalam Makalah ini, terdiri atas: dibayar mahal oleh kliennya, 1. Bagaimanakah tanggung jawab pelayanan hanya diberikan kepada Notaris dalam menjalankan orang-orang yang berduit saja. Oleh karena itu, Theo Huijbers menuliskan beberapa kriteria yang harus dimiliki profesinya? 2. Bagaimanakah kekuatan mengikat Kode etik Notaris dalam rangka oleh para profesional, antara lain: Notaris membuat akta-akta 1. Sikap kemanusiaan, agar tidak Notaris? menanggapi hukum secara formal, tetapi selalu mendahulukan hukum 1.3 Metode Penelitian Data penulisan makalah ini secara material dengan diperoleh dengan metode studi mengutamakan penghormatan kepustakaan. Metode studi pada hak asasi manusia. kepustakaan yaitu suatu metode 2. Sikap keadilan untuk menentukan dengan membaca telaah pustaka apa yang layak bagi masyarakat tentang Notaris sebagai Penegak agar terjamin rasa keadilannya. Hukum. Selain itu, saya juga 3. Sikap kepatuhan dalam memperoleh data dari internet. mempertimbangakan apa yang Jenis data yang digunakan sungguh-sungguh adil dalam suatu perkara. 4. Sikap jujur agar tidak ikut-ikutan dalam mafia peradilan. Begitu juga dengan profesi dalam penelitian ini adalah data skunder yang terdiri dari bahan hukum Primer, Skunder, dan tersier sebagai berikut: 1. Bahan hukum perimer, yaitu bahan Notaris yang memerlukan suatu hukum yang mempunyai kekuatan 26
mengikat berupa peraturan Notaris dalam membuat perbuatan perundang-undangan Indonesia hukum bentuk dari aktanya diatur oleh dan kode etik profesi Notaris. 2. Bahan hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, yang antara lain adalah teori para undang-undang dan dalam hal membuat keadilan dalam akta itu Notaris dapat membantu para pihak membuat akta itu sesuai dengan fungsinya penegak hukum dengan menambahkan beberapa kriteria Sarjana, buku, penelusuran asal tidak bertantangan dengan Undangundang Internet, artikel ilmiah dan surat kabar. 3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan dan peraturan lainnya sehingga para pihak mendapatkan keadilan dalam perbuatan hukum yang mereka buat. hukum yang memberikan Maka dapatlah diambil suatu penilaian pertunjuk maupun penjelasan atas bahwa Notaris sangat besar peranannya bahan hukum primer dan dalam menciptakan keadilan dari sekunder, misalnya kamus. berbagai macam perbuatan hukum ditengah masyarakat yang karena setiap II. PERMASALAHAN Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Jabatan Notaris. Notaris adalah pejabat umum aktanya memiliki kekuatan hukum. Namun kelebihan Notaris tersebut banyak yang belum mengetahui pasti hingga masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan jasa Notaris untuk membuat perbuatan hukum yang mestinya yang satu-satunya berwenang untuk harus dibuat otentik agar tidak timbul membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum yang diberi wewenang masalah. Kalaupun ada yang tau masih banyak yang menganggap Notaris untuk oleh Undang-undang dan peraturan lain, kalangan elit saja sehingga pada dan dalam menjalankan tugasnya Notaris kenyataan masih banyak didaerah harus: 1. Bersifat mandiri (autonomous) terpencil yang tidak mengerti bahkan takut berurusan dengan Notaris. Bahkan 2. Tidak memihak siapapun (impartial) ada sebahagian masyarakat yang 3. Tidak tergantung kepada siapapun (independent), yang berarti dalam menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh pihak yang mengangkatnya atau pihak lain. mengertipun mereka mengangap Notaris itu sosok yang hanya mau tau urusan orang-orang elit yang berduit karena sikap Notaris masih ada juga yang memberi gambaran tidak mudah dimegerti oleh 27
masyarakat yang masih awam pekerjaan tertentu saja yang pemikirannya, dan Notaris juga masih merupakan profesi. Menurut banyak yang enggan atau memilih-milih Abdulkadir Muhammad, agar suatu yang menghadap kepadanya untuk pekerjaan dapat disebut suatu profesi memberi bantuan hukum dengan ada beberapa syarat yang harus menjelaskannya Karena itu Penulis ingin dipenuhi, antara lain: 1. Adanya spesialisasi pekerjaan. mengetahui tentang jati diri Notaris 2. Berdasarkan keahlian dan sebagai Penegak hukum. Apalagi keterampilan. sekarang Notaris harus menyelesaikan jenjang strata 2 yang khusus yaitu Magister Kenotariatan (MKn), sehingga membuat wibawa seorang Notaris benarbenar 3. Bersifat tetap dan terus menerus. 4. Lebih mendahulukan pelayanan dari pada imbalan. 5. Mempunyai rasa tanggung jawab mencapai sempurna dengan yang tinggi. sandang yang di pakai dipundaknya dan 6. Terkelompok dalam organisasi semakin membuat seorang Notaris profesi. memang benar-benar penegak hukum Lebih lanjut menurut ditengah masyarakat secara langsung dan C.S.T.Kansil, menjelaskan kaidahkaidah mempunyai beban yang besar yang perlu pokok yang berlaku bagi suatu dihargai karena Notaris membantu profesi adalah sebagai berikut: penghindaran konflik hukum di 1. Profesi merupakan pelayanan, masyarakat tanpa pembedaan kecuali undang-undang mengatur tentang hal-hal khusus yang oleh Notaris tidak boleh karena itu mereka harus bekerja tanpa pamrih, terutama bagi klien atau pasiennya yang tidak mampu. dilakukan. 2. Pelaksanaan pelayanan jasa professional mengcu pada nilainilai III. PEMBAHASAN 3.1 Notaris Sebagai Profesi luhur 3. Pelaksana profesi berorientasi Sungguh benar bahwa tidak kepada masyarakat secara semua pekerjaan dalam hidup ini keeluruhan dapat dikatakan sebagai profesi dan benar juga bahwa tidak semua profesi ada di dunia merupakan profesi luhur 4. Pola persaingan dalam 1 (satu) profesi haruslah sehat. Dari pembahasan diatas dapat atau terhormat ataupun profesi mulia disimpulkan bahwa Notaris (officium nobile). Hanya pekerjaan- merupakan profesi yang cukup unik, 28
karena Notaris dalam pengaturan diri profesi yang melaksanakannya dituntut serba bersangkutan dan merupakan professional, ini terlihat dalam perwujudan nilai moral yang hakiki melaksanakan tugasnya Notaris tidak yang tidak bisa dipaksakan dari luar menguntungkan salah satu pihak, maka hanya berlaku efektif apabila selain itu Notaris berbeda dengan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai profesi advokad, Notaris bersifat yang hidup dalam lingkungan profesi netral, karena Notaris mewakili 2 (dua) belah pihak dalam melakukan itu sendiri, sehingga merupakan suatu rumusan norma moral manusia yang perbuatan hukum. Hal ini berbeda mengemban profesi tersebut dan dengan advokad hanya mewakili salah menjadi tolak ukur perbuatan anggota satu pihak dalam permasalahan kelompok profesi serta merupakan hukum. Dengan kata lain, Notaris harus menunjukkan sifatnya yang netral bagi para pihak meski ia upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya. Dari penjabaran diatas dapat ditegaskan bahwa suatu diminta bantuan hukum oleh satu profesi dikatakan sebagai profesi pihak, maka seorang Notaris apabila memuat suatu pengaturan merupakan profesi yang dalam yang bersifat internal yaitu kode etik. melaksanakan tugasnya harus Dalam hal ini Notaris mempunyai didasarkan pada pengaturan Undangundang kode etik sehingga dalam maupun kode etik yang melaksanakan tugasnya Notaris tetap menjadi pengaturan internalnya. dalam koridor-koridor hukum yang Selain hal tersebut diatas, berlaku. Selain itu, untuk dapat dalam melaksanakan tugas jabatannya, dikatakan sebagai Notaris, maka seseorang Notaris harus berpegang seseorang harus mencapai usia 27 teguh pada kode etik jabatan Notaris. tahun, menyelesaikan pendidikan Kode etik profesi merupakan produk notariat, magang dan lulus tes notariat etika terapan, karena dihasilkan serta menunggu izin dari Menteri berdasarkan penerapan pemikiran etis Hukum dan Hak Azasi Manusia. atas suatu profesi, dimana dapat 3.2 Kedudukan Kode Etik Dalam berubah dan dirubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan Menjalankan Profesi Notaris Kedudukan kode etik bagi tekonologi sehingga anggota Notaris sangatlah penting, bukan kelompok tidak ketinggalan jaman. hanya karena Notaris merupakan suatu Oleh karena merupakan hasil profesi sehingga perlu diatur dengan 29
suatu kode etik, melainkan juga mahkamah agung sebagaimana karena sifat dan hakikat dari pekerjaan tersebut dalam Pasal 32 dan 54 Notaris yang sangat berorientasi pada Undang-Undang Nomor 13 1965 legalisasi, sehingga dapat menjadi tentang Pengadilan dalm Lingkungan fundamen hukum utama tentang status Peradilan Umum dan Mahkamah harta benda, hak, dan kewajiban seorang klien yang menggunakan jasa Notaris tersebut. Oleh karena itu, agar tidak terjadi ketidakadilan sebagai akibat Agung. Kemudian dibuat pula Surat Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Notaris, Keputusan Bersama Ketua Mahkamah dari pemberian status harta benda, Agung dan Menteri Kehakiman hak, dan kewajiban yang tidak sesuai Nomor KMA/006/SKB/VII/1987 dengan kaidah dan prinsip-prinsip tentang Tata Cara Pengawasan, hukum dan keadilan, sehingga dapat Penindakan, dan Pembelaan Diri mengacaukan ketertiban umum dan juga mengacaukan hak-hak pribadi dari masyarakat pencari keadilan, Notaris, dan terakhir dalam Pasal 54 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004. Dalam kaitan tersebut diatas, maka bagi dunia Notaris sangat meskipun Notaris diangkat oleh diperlukan juga suatu kode etik profesi pemerintah (dahulu oleh Menteri yang baik dan modern. Kehakiman, sekarang Menteri Hukum sebelum lahirnya UUJN, dan HAM). sekarang dalam pengawasan, pemeriksaan dan pengawasannya dilakukan oleh pejatuhan sanksi terhadap Notaris dilakukan oleh badan peradilan yang ada pada waktu itu, sebagaimana Organisasi Majelis Pengawas Notaris yang diatur dalan UUJN pasal 67 sampai 81 yaitu Majelis Pengawas pernah diatur dalam Pasal 140 Daerah (MPD) untuk tingkat Reglement op de Rechtelijke Kabupaten, Majelis Pengawas Organisatie en Het Der Justitie (Stbl. Wilayah (MPW) untuk wilayah 1847 No. 23), Pasal 96 Reglement Buitengewesten, Pasal 3 Ordonatie Propinsi dan Majelis Pengawas Pusat (MPP) untuk tingkat Pusat/Ibu Kota Buitengerechtelijke Verrichtingen Negara agar dalam hal pelanggaran Lembaran Negara 1949 Nomor 135, kode etik dan pengawasan dari tingkah dan Pasal 50 PJN. Kemudian laku seorang Notaris dapat lebih ketat pengawasan terhadap Notaris pengawasannya sehingga tidak ada dilakukan peradilan umum dan 30
penyelewengan kekuasaan oleh 3. Notaris tidak membiarkan Notaris. rekannya berbuat salah dalam Dalam hal hubungan Notaris di jabatannya dan seharusnya Indonesia dan kliennya, perlu memberitahukan kesalahan dijelaskan aturan-aturan profesi yaitu: rekannya dan menolong 1. dalam melakukan tugas memperbaikinya. Notaris yang jabatannya, Notaris wajib ditolong jangan menaruh curiga. memberikan pelayanan hukum 4. Notaris tidak menarik karyawan kepada masyarakat yang Notaris lainnya secara tidak wajar memerlukan jasanya dengan 5. dalam melakukan tugas sebaik-baiknya. jabatannya, Notaris baik moral 2. dalam melakukan tugas maupun matriil dan menjauhkan jabatannya, Notaris wajib diri dari usaha-usaha untuk memberikan pelayanan hukum mencari keuntungan dirinya untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi dalam masyarakat semata-mata 6. dalam menjalankan pekerjaannya, supaya menyadari dan menghayati Notaris tidak dibenarkan hak dan kewajibannya sebagai mempergunakan calo (perantara) warga Negara dan anggota yang mendapatkan upah masyarakat. daripadanya 3. Notaris wajib memberikan jasanya 7. Notaris dilarang mengadakan kepada anggota masyarakat yang kurang mampu dengan Cuma- Cuma. Dalam hal hubungan antara sesama rekan Notaris di Indonesia, perlu adanya aturan Sebagai berikut: persaingan tidak sehat dengan jalan merendahkan tarif/ongkos jasa 8. Notaris harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik korps Notaris atas dasar rasa 1. Notaris dengan sesama rekan solidaritas dan sikap salling tolong Notaris lainnya hendak hormatmenghormati menolong secara konstruktif dalam suasana Jadi majelis Pengawas adalah kekeluargaan merupakan institusi yang berwenang 2. Notaris tidak mengkritik menjatuhkan sanksi terhadap Notaris, menyalahkan akta-akta yang dan masyarakat juga dapat dibuat rekan Notaris lainnya di melaporkan Notaris yang tidak hadapan klien atau masyarakat bertangung jawab atau Notaris yang 31
tidak menjalankan smua apa yang Notaris mengalami kesalahan diharuskan kepadanya oleh Undangundang. maupun cacat secara hukum yang Selain sanksi administatif dikenal dengn asas presumtio Notaris juga dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi perdata menurut iustae causa. 2. Kekuatan mengikat Kode etik pembuktian yang oleh majelis Notaris dalam rangka Notaris pengawas itu layak diterima seorang membuat akta-akta telah berjalan Notaris yang telah menjalankan dengan efektif, dimana setiap akta profesinya yang melanggar undangundang. yang dibuat Notaris hendaknya bersumber pada aturan yang telah diatur dalam UUJN serta apabila IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut diatas maka saya dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : terdapat Notaris yang nakal dalam membuat akta maka dapat dituntut secara pidana dan perdata, akan tetapi mekanisme yang perlu ditempuh adalah sanksi secara 1. Notaris dalam melaksanakan tugas administratif yang dijatuhkan dan kewenangannya bertanggung berupa teguran lisan, tertulis jawab penuh terhadap perbuatanperbuatan sampai dengan pemberhentian hukum yang akan dengan tidak hormat dari majelis timbul dikemudian hari dan Pengawas. bahkan tanggung jawab moril 4.2 Saran sebagai profesional, kalau Berdasarkan uraian tersebut merugikan pihak lain, Notaris diatas maka Penulis dapat membuat harus dapat mempertanggung saran sebagai berikut : jawabkan pekerjaannya dimuka 1. Memberikan pelatihan terhadap hukum secara perdata dan pidana Notaris secara berkala dan dan Notaris wajib bertanggung meningkatkan pendidikan hukum jawab atas semua akta yang di Magister Kenotariatan agar dibuatnya, akan tetapi setiap semua perbuatan hukum yang perbuatan hukum yang dilakukan dibuat oleh Notaris tidak oleh Notaris harus dianggap menimbulkan permasalahan. berlaku secara sah sebelum ada 2. Menindak tegas perbuatan Notaris perbuatan yang menyatakan yang diduga melakukan sebuah akta yang dibuat oleh pelanggaran kode etik baik karena 32
pengawasan langsung maupun aduan masyarakat dengan memperhatikan bukti-bukti yang cukup untuk itu. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Adjie, Habib., 2008, Sanksi Perdata & Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, Hukum Notaris Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Jabatan Notaris, UU Nomor 30 Tahun 2004, LN Nomor 117 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432 33