BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia dari segala

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

KATA PENGANTAR. kuesioner komitmen pengurus senat. Peneliti sangat berharap agar Saudara bersedia

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

siswa, berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta pengelolaan atau manajemen sekolah. Di dalam faktor kurikulum yang mempengaruhi prestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki agar mengetahui,

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting. Melalui pendidikan, individu dapat belajar. pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maka dibutuhklan kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk bertekat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BUKU KODE ETIK DOSEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Amellya Nisfiatin Barroroh, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, maka dari itu tidaklah heran jika pendidikan saat ini adalah sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia dari segala tingkat ekonomi juga sarana dalam mengembangkan kemampuan diri untuk pemahaman teori dan kemampuan praktis. Melalui pendidikan seorang individu dapat meningkatkan kualitas diri di masyarakat. Selain itu juga, pendidikan dapat mendukung kemajuan ekonomi suatu negara dan mencetak anak bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan secara umum dapat dibagi menjadi tiga jalur yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. (Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab VI jalur, jenjang, dan jenis pendidikan). Salah satu jenjang pendidikan formal adalah pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. (Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bab VI jalur, jenjang, 1

2 dan jenis pendidikan). Salah satu macam pendidikan tinggi adalah universitas. Universitas merupakan instansi yang memiliki berbagai fungsi dalam memberikan pendidikan bagi mahasiswanya. Salah satu fungsinya adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Penjelasan atas, Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional). Dengan demikian mahasiswa dipersiapkan mengembangkan keahliankeahlian yang akan dipakai untuk membantu mahasiswa untuk terjun ke dalam masyarakat secara umum. Cara belajar di universitas berbeda dengan tingkat pendidikan sebelumnya. Mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dan lebih aktif dalam mengembangkan pengetahuan serta kemampuan mereka. Untuk menghasilkan mahasiswa yang berpotensi, setiap lembaga pendidikan berusaha untuk mengoptimalkan proses pendidikan yang diberikan. Selain itu perlu juga ketersediaan sarana penunjang yang memadai seperti perpustakan, laboratorium dan organisasi-organisasi kemahasiswaan. Segala sarana yang disediakan dimaksud untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keahlian lain selain ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam perkuliahan.

3 Universitas X merupakan perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Universitas ini memiliki delapan Fakultas dan sembilan belas jurusan. Salah satu fakultas yang diminati di Universitas X adalah Fakultas Psikologi. Faktanya terlihat dari jumlah pendaftar yang meningkat setiap tahunnya. Proses pendidikan yang berlangsung di Fakultas Psikologi sama dengan fakultas lainnya, mencakup kegiatan akademis dan nonakademis. Kegiatan akademis atau dapat disebut kulikuler terdiri atas kuliah, pertemuan kelompok kecil (seminar, diskusi, responsi), bimbingan penelitian, praktikum, tugas mandiri, belajar mandiri, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (kuliah kerja nyata, kuliah kerja lapangan dan sebagainya). Sedangkan kegiatan non akademis atau ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan kemahasiswaan yang meliputi penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa dan bakti sosial bagi masyarakat. (Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan, tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi). Kegiatan nonakademis termasuk dalam jalur pendidikan informal. Kegiatan nonakademis yang terdapat di Fakultas Psikologi yaitu senat atau himpunan mahasiswa (hima). Senat atau himpunan mahasiswa merupakan kegiatan berorganisasi. Organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa untuk menanamkan sikap ilmiah, pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama. Keanggotaan organisasi kemahasiswaan pada masingmasing fakultas adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif dalam kegiatan akademik. Masa bakti pengurus organisasi kemahasiswaan maksimal satu tahun dan khusus untuk ketua umum tidak dapat dipilih kembali. (Keputusan

4 menteri pendidikan dan kebudayaan, tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi). Keanggotaan senat atau hima ada dua macam, yaitu keanggotan aktif dan keanggotaan non aktif. Anggota aktif adalah mahasiswa yang terpilih sebagai pengurus senat atau hima, sedangkan anggota nonaktif adalah seluruh mahasiswa Universitas X yang terdaftar di fakultas masing-masing. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh senat atau hima berupa kegiatan yang sedang hangat dibahas secara umum dan diangkat menjadi acara seminar atau penelitian. Selain itu juga terdapat kegiatan kekeluargaan antar anggota hima. ( Ketua Senat Mahasiswa, 2004). Setiap senat memiliki visi misi tersendiri. Dimana visi misi Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi adalah menyalurkan aspirasi mahasiswa, mengembangkan kebersamaan di Fakultas Psikologi Universitas X dan se- Indonesia, ikut dalam melihat realita sosial masyarakat. Manfaat yang dirasakan oleh mahasiswa dalam keterlibatannya sebagai pengurus senat antara lain mendapatkan pembelajaran dalam bekerjasama dengan orang lain, berkomunikasi, menyusun perencanaan, memimpin dan menyelesaikan masalah. Semua kemampuan yang dipelajari mahasiswa dalam berorganisasi mempunyai peranan penting dalam proses keseharian di kampus, maupun setelah mahasiswa tersebut terjun ke masyarakat dan masuk dalam dunia kerja. Mahasiswa yang aktif dalam kepengurusan senat memiliki dua tanggung jawab langsung yaitu menyelesaikan tugas dalam perkuliahan dan juga tugas sesuai jabatan dalam kepengurusan senat. Organisasi kemahasiswaan merupakan organisasi yang tidak mencari keuntungaan materi atau dapat juga disebut

5 organisasi sosial. Pada organisasi sosial, individu yang terlibat di dalamnya bekerja bukan berdasarkan imbalan materi yang didapat. Untuk dapat bertahan dalam berorganisasi dibutuhkan suatu komitmen, karena dengan komitmen manusia dapat bekerja sesuai peran dan tanggung jawab dengan baik dalam jangka waktu yang panjang. Dari hasil wawancara pada Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi, komitmen pengurus senat sangat diperlukan karena mahasiswa memiliki tuntutan kuliah, disisi lain ikut organisasi yang juga punya tuntutan sendiri pada tugas dan waktu antara kuliah dan tugas organisasi. Untuk dapat bertahan dan mampu menjalankan tugas di senat, mahasiswa harus memiliki komitmen. Menurut ketua senat, mahasiswa yang memiliki komitmen, ciri-cirinya adalah tidak menghindari tugas, tidak banyak alasan untuk menghadiri rapat, mengerjakan apa yang menjadi tugas bagiannya, mau bekerja keras, tetapi kenyataannya kurang dapat menjaga keprofesionalitasasan dalam organisasi. Berdasarkan wawancara kepada mahasiswa yang pernah dan sedang menjadi pengurus senat berpendapat bahwa komitmen sangat diperlukan bagi pengurus senat. Pengurus dituntut menyediakan waktu tenaga dan pikiran untuk mengerjakan tugasnya dengan maksimal meskipun tidak dibayar. Keterlibatan mahasiswa diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja senat. Dengan komitmen mahasiswayang merupakan pengurus dapat memprioritaskan senat dibandingkan keperluan pribadinya. Kenyataan yang dilihat oleh ketua senat mahasiswa ada beberapa pengurus senat yang bersedia bekerja menyelesaikan tugas dibidangnya sampai larut malam. Menjaga ruang senat dengan rajin dan

6 sibuk mencari dana kegiatan. Namun terdpat pula pendapat menurut mahasiswa yang pernah menjadi pengurus senat keyataan yang dialami terkadang pengurus senat malas untuk hadir rapat karena tugas senat yang banyak sementara pengurus senat dipusingkan oleh tugas kuliah. Selain itu pengurus menghilang dari tugas untuk menghilangkan kepenatan dan lebih memilih pergi bersama teman-teman dan juga lebih sibuk di perkuliahan. Kurangnya kemampuan pengurus dalam membagi waktu kuliah dan senatpun menjadi alasan mahasiswa karena tidak maksimal mengerjakan tanggung jawabnya di senat. Terdapat pula hasil wawancara berdasarkan aspek komitmen kepada beberapa anggota Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi periode 2009-2010. Berdasarkan aspek pertama, yaitu Identifikasi antara lain, alasan mahasiswa masuk menjadi pengurus senat adalah menambah curriculum vite, tertarik terhadap organisasi, ingin belajar berorganisasi dan menemukan sesuatu yang baru dan positif yang dapat disumbangkan kepada fakultas, dikenal banyak teman agar eksis di fakultas, ingin terlibat dalam banyak kegiatan sesuai dengan aspirasi dan minat, dapat ikut aksi sosial. Mahasiswa menawarkan diri sebagai anggota senat sebelum proses pemilihan ketua senat terjadi, sehingga mereka menerima visi misi ketua senat selama kepengurusannya sebagai visi misi pribadi pula. Setelah berjalan kurang dari satu tahun ada yang berpendapat misi yang sesuai dengan beberapa bagian sudah dapat berjalan, namun ada juga misi yang belum cukup berjalan. Sebagian dari mereka sudah merasa menjadi bagian dari anggota sejak awal kepengurusan, Tapi ada juga yang baru merasa sebagai bagian dari organisasi setelah mengikuti pelatihan kepemimpinan dan melalui acara

7 kebersamaan. Berdasarkan hasil wawancara belum menunjukkan komitmen pengurus senat mahasiswa yang mendukung organisasi. Hal ini tampak dari belum adanya suasana saling mendukung antara pengurus dengan organisasi karena masih terdapat tujuan organisasi yang belum dapat dicapai. Aspek kedua dari komitmen adalah keterlibatan. Keterlibatan yang dirasakan mahasiswa selama ini adalah mengikuti tiga kegiatan yang diperbolehkan, adapun yang melewati batas. Ada juga perhatian mereka terhadap kelancaran dari program acara lain dan keaktifan untuk membaur dengan senior. Dilihat dari waktu luang yang diberikan untuk organisasi ada yang datang sesuai dengan jadwal menjaga sekretariat saja, ada yang datang hanya sekedar melihat ruangan senat ada juga yang tidak hadir saat ada jadwal menjaga ruangan senat karena harus mengerjakan tugas kelompok. Berdasarkan hasil wawancara berdasrkan keterlibatan yang ditunjukkan pengurus senat mahasiswa belum dapat menunjukkan tingkat komitmen yang tinggi. Hal tersebut tampak melalui contoh perilaku pengurus yang ditunjukkan antara lain tingkat kehadiran pengurus di ruang senat untuk menjaga piket hanya dilakukan seseuai jadwal. Ada pula yang tida hadir sesuai jadwal yang dibuat dengan alasan kegiatan kuliah. Aspek ketiga yaitu loyalitas. Saat mahasiswa tidak menjadi panitia suatu kepengurusan, peran serta yang mereka berikan adalah menjadi peserta acara tersebut. Saat menghadapi waktu yang bersamaan antara kuliah dan tugas organisasi ada yang lebih memilih kuliah, ada yang melihat tingkat kepentingannya, juga ada yang berdasarkan waktu pertama yang dibuat antara keduanya. Ada juga mahasiswa yang tidak turut serta membantu secara konkrit

8 pekerjaan orang lain, karena merasa takut membantu. Cara lain mahasiswa memberi bantuan adalah dengan memberi perhatian terhadap kelancaran kegiatan dan menanyakan kesulitan dari panitia. Menurut hasil wawancara berdasarkan aspek loyalitas belum menunjukkan komitmen pengurus senat mahasiswa yang mendukung organisasi. Hal ini tampak dari belum adanya ketersediaan pengurus senat untuk mendahulukan kepentingan organisasi sampai harus mengorbankan kepentingannya sendiri yang dinyatakan kepada organisasi. Dalam setiap kegiatan sering dihadapkan pada masalah sumber daya manusia. Keberadaan sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting karena mereka memprakarsai terbentuknya organisasi, mereka yang berperan membuat keputusan untuk semua fungsi dan seluruh sistem dalam perusahaan baik manajemen sumber daya manusia maupun sistem kerja alat pendukung lainnya, dan mereka pun yang menentukan kelangsungan hidup organisasi. Namun sumber daya tidak tertarik dengan sendirinya untuk mau menjadi anggota dari sebuah organisasi dan bukan organisasi yang lain, dan setelah bergabung dengan sendirinya dapat berprestasi dan tetap bertahan menjadi anggota organisasi tersebut (Panggabean,2004). Satu kegiatan membutuhkan tidak sedikit mahasiswa sebagai panitia. Program dalam organisasi yang telah dibuat akan berjalan lancar apabila mendapat dukungan dan keikutsertaan anggota dalam program tesebut. Komitmen mahasiswa merupakan peran penting dalam keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Sayangnya pemahaman akan komitmen secara umum belum terlalu dipahami. Komitmen organisasi mencakup tiga faktor,

9 yaitu identifikasi adalah keyakinan yang kuat dalam organisasi tujuan dan nilainilai, keterlibatan adalah kemauan untuk mengerahkan cukup banyak upaya atas nama organisasi, dan loyalitas adalah keinginan yang kuat untuk terus sebagai anggota organisasi. Komitmen organisasi bukan hanya kesetiaan kepada sebuah organisasi. Sebaliknya, itu adalah proses yang berkesinambungan, melalui organisasi individu dapat mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap kesuksesan dan kesejahteraan organisasi. Melalui komitmen, individu dapat melibatkan diri dalam pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswan secara sukarela memilih dan masuk dalam kegiatan organisasi. Mahasiswa merupakan individu yang berada dalam periode perkembangan masa remaja. Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Menurut Santrock usia masa remaja akhir berkisar antara 16 22 tahun. Masa remaja akhir ini merupakan masa ketika tuntutan semakin banyak dan sulit. Mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya di perguruan pinggi yang menuntut mahasiswa untuk mencapai prestasi, unjuk kerja dan nilai-nilai ujian yang baik dengan cara yang lebih mandiri. Peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana komitmen mahasiswa dalam keterlibatannya di organisasi. Mahasiswa merupakan remaja yang memiliki potensi diri yang harus terus dirangsang agar dapat dioptimalkan. Keterlibatan mahasiswa sendiri dalam suatu organisasi dapat membantunya dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki.

10 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dirumuskan identifikasi masalah yaitu bagaimana tingkat komitmen organisasi pada pengurus senat mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung. 1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk menjaring aspek identifikasi, keterlibatan dan loyalitas pengurus senat mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai komitmen organisasi pengurus senat mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis Kegunaan teoretis penelitian ini adalah: Memberi informasi bagi bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan komitmen organisasi pada pengurus senat mahasiswa.

11 Memberi tambahan wawasan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti lain. Merangsang peneliti lain untuk mengetahui gambaran komitmen organisasi pada pengurus senat. 1.4.2. Keguanaan praktis Memberi gambaran tingkat komitmen organisasi bagi pengurus senat mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X. 1.5. Kerangka Pemikiran Mahasiswa berada pada tahap perkembangan masa remaja, tepatnya remaja akhir. Usia masa remaja akhir berkisar antara 16 22 tahun. (Santrock, 2006). Masa remaja akhir ini merupakan masa ketika tuntutan semakin banyak dan sulit. Mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya di perguruan tinggi yang menuntut mahasiswa untuk mencapai prestasi, unjuk kerja dan nilai-nilai ujian yang baik dengan cara yang lebih mandiri. Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional (Santrock,2006). Proses biologis (biological processes) mencakup perubahan-perubahan dalam hakikat fisik individu. Proses kognitif (cognitive processes) meliputi perubahan dalam pikiran, inteligensi, dan bahasa individu. Proses social emosional (socioemotional processes) meliputi perubahan dalam

12 hubungan individu dengan manusia lain, dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Mahasiswa memiliki tugas utama dalam perkuliahan yaitu belajar. Selain belajar, mahasiswa memiliki tugas perkembangan dalam beriteraksi. Interaksi yang dilakukan mahasiswa selain dalam perkuliahan dapat terjadi juga pada kegiatan beroganisasi. Ketertarikan individu terhadap organisasi, anggota dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi merupakan pengaruh bagi individu untuk memilih suatu organisasi. Apabila merasa tertarik maka individu akan bergabung menjadi anggota organisasi. Setelah menjadi anggota dalam organisasi, individu akan mendapatkan tawaran kegiatan yang dibuat organisasi. Dalam mengikuti suatu kegiatan atau program dibutuhkan suatu komitmen dalam pelaksanaannya. Komitmen dibutuhkan karena kegiatan dalam program yang dibuat memakan waktu yang panjang. Melalui komitmen, individu dapat melibatkan diri dalam pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Richard M. Steers mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi, keterlibatan dan loyalitas yang dinyatakan seorang individu terhadap organisasinya. melalui komitmen, individu dapat melibatkan diri dalam pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Berdasarkan definisi tersebut komitmen dapat dikelompokan dalam tiga aspek yaitu identifikasi, keterlibatan dan loyalitas. Identifikasi mewujud dalam bentuk kepercayaan anggota terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para anggota ataupun dengan kata lain

13 organisasi memasukkan pula kebutuhan dan keinginan anggota dalam tujuan organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para anggota dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan membawa anggota dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi anggota menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula (Pareek, 1994 : 113). Mahasiswa yang menjadi anggota senat akan membicarakan dan membahas tujuan kepengurusan agar dapat mengembangkan organisasi senat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mahasiswa. Mahasiswa harus dapat menyatukan visi misi pribadi dengan visi misi organisasi atau sebaliknya agar dapat berjalan bersama-sama untuk mencapai satu tujuan yang sama. Visi misi dan tujuan kepengurusanpun harus dapat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mahasiswa secara umum. Keterlibatan atau partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan anggota menyebabkan mereka akan mau dan senang bekerja sama baik dengan ketua ataupun dengan sesama teman kerja. Dengan adanya keterlibatan dalam diri, mahasiswa akan menawarkan diri untuk terlibat dalam kegiatan tanpa harus diminta kesediaannya. Belum cukup dengan menjadi pengurus pada banyak kegiatan. Mahasiswa yang menjadi pengurus dapat memberikan waktunya dan menunjukkan hasil kerja yang sesuai dengan tugasnya. Hadir dalam setiap kegiatan dari awal sampai akhir. Pada akhir kegiatan, mahasiswa tersebut dapat mempertanggungjawabkan semua hasil kerjanya.

14 Loyalitas anggota terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun (Wignyo-Soebroto, 1987). Kesediaan anggota untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen anggota terhadap organisasi dimana mereka bergabung. Hal ini dapat dirasakan mahasiswa dengan adanya rasa aman dan puas terhadap organisasi tempat ia bergabung. Disisi lain mahasiswa akan rela meluangkan waktu bahkan mengorbankan waktu pribadinya untuk kepentingan organisasi. Contohnya ketika mahasiswa dihadapkan pada konflik antara berkumpul dan bermain dengan teman sementara ada tugas organisasi yang harus diselesaikan, mahasiswa akan lebih memilih organisasi. Hal lain juga yang dapat menunjukkan loyalitas mahasiswa dengan memberi sumbangsih terhadap kegiatan lain yang sedang berjalan meskipun tidak menjadi panitia. Sumbangsih yang diberikan dapat berupa pemikiran seperti ide, jalan keluar dari masalah yang terjadi ataupun tenaga. Komitmen dapat dipengaruhi empat faktor, yaitu visibility (kejelasan), explicitness (ketegasan), irreversibility (ketetapan), dan volition (kemauan). Visibility (kejelasan) merupakan kemampuan dari sebuah perilaku dapat teramati oleh orang lain. Perilaku yang bersifat rahasia atau tidak dapat diamati tidak memiliki kekuatan komitmen karena tidak dapat dikaitkan dengan individu tertentu. Mahasiswa yang tergabung dalam suatu organisasi dapat menunjukkan perilaku mendukung kegiatan organisasi kepada orang lain. Melalui perilaku yang dapat diamati oleh orang lain maka perilaku pengurus senat tersebut jelas

15 menunjukkan ada atau tidaknya komitmen dalam diri. Cara yang dapat dilakukan untuk membuat perilaku tersebut visibel antara lain dengan mengkonfirmasi kesediaan membantu kegiatan, hadir pada rapat panitia atau dapat dengan memastikan keterlibatan dirinya pada sauatu acara. Terlibat bukan hanya menjadi anggota panitia, akan tetapi ikut aktif dan selalu turun tangan dalam menyelesaikan setiap persiapan, pelaksanaan dan penutupan acara. Dari adanya tindakan nyata mahasiswa, tingkah laku tersebut dapat diamati orang lain. Hasil pengamatan orang lain tersebut akan memunculkan motivasi terhadap yang melihat dan dapat memicu orang lain untuk lebih terlibat dalam kegiatan senat. Banyak organisasi yang sudah mengambil keuntungan dari visibilitas ini untuk meningkatkan komitmen anggotanya. Mempertahankan visibility tidaklah sulit. Dibutuhkan sedikit upaya tambahan untuk membuat individu-individu terlibat dengan pekerjaan, prestasi dan organisasi mereka. Semakin individu dan kontribusi mereka terlihat, kemungkinannya mereka semakin berkomitmen kepada organisasi. Kehadiran individu dalam setiap rapat atau pertemuan dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap organisasi. Semakin sering seorang individu terlihat dalam kegiatan organisasi, semakin besar kemungkinan meraka memiliki komitmen yang tinggi. Visibility saja tidak cukup untuk membuat individu menjadi berkomitmen pada tindakan-tindakan mereka. Visibility harus dikombinasikan dengan ketegasan. Explicitness (Ketegasan) berarti keanggotaan mahasiswa sebagai senat dapat dilihat orang lain. Dengan demikian tingkah laku yang ditunjukkan anggota tersebut merupakan tanggung jawab dari keanggotaannya sebagai pengurus senat.

16 Semakin explicit suatu perilaku semakin perilaku tersebut tidak dapat dibantah. Ketegasan perilaku tergantung pada dua faktor, ialah dapat diamati dan jelas (observability) atau tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata (unequivocality). Ketika suatu perilaku tidak dapat diamati tetapi hanya disimpulkan, tingkah laku tersebut tidak dapat disebut eksplisit. Unequivocality adalah kesulitan dalam menjelaskan suatu tingkah laku. Hal ini dapat dilihat dalam cara idividu mengkualifikasikan pernyataan yang mereka buat. Saat mahasiswa menujukkan suatu tingkah laku yang dapat diamati seperti mengerjakan laporan di depan komputer belum tentu dapat dikatakan explicit. Tingkah laku yang yang teramati orang lain akan menjadi explicit ketika hasilnya dapat dihubungkan dengan orang tersebut, sehingga orang tersebut tidak dapat menyangkal apa yang telah dilakukan, contohnya adalah seorang pengurus senat akan bertanggungjawab dengan melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa. Ireversibility (ketetapan) berarti bahwa perilaku itu permanen, tidak dapat dengan mudah ditarik kembali atau dibatalkan. Organisasi juga harus menyadari aspek komitmen dari tingkah laku. Seorang mahasiswa tidak hanya menunjukkan perilaku yang dapat diamati dan explicit pada saat tertentu. Tetapi tingkah laku tersebut menjadi cara kerja mahasiswa tersebut sebagai seorang pengurus. Organisasi dapat membuat irreversibility menjadi lebih kuat dengan cara mengkondisikan para anggota memiliki kedekatan secara psikologis antara satu dengan yang lain. Maka dari itu anggota tersebut akan merasa rugi jika keluar dari keanggotaannya. Dengan demikian komitmen para anggotanya dapat terus tercipta dan meningkat.

17 Volition (kemauan) adalah mekanisme keempat yang mengikat mahasiswa pada tindakannya, yakni pengambilan tanggung jawab pribadi. Tanpa kemauan pribadi, perilaku tertentu tidak akan dapat dilakukan. Perilaku mahasiswa dilakukan berdasarkan keinginan atau kesediaan diri sendiri tanpa ada yang memberi instruksi atau meminta. Saat melihat suatu masalah atau hal yang dapat dilakuakan, mahasiswa akan aktif bertindak. Ketika mencoba untuk memisahkan diri dari tindakan-tindakan kita sendiri, kita mungkin akan mengeluh bahwa kita tidak menyukai apa yang kita lakukan. Cara lain dimana kita mencoba menjauhkan diri dari perilaku tertentu (biasanya perilaku yang berhubungan dengan situasi yang tidak menyenangkan) adalah untuk memaksa bahwa kita memiliki sedikit tanggung jawab pribadi atas prilaku kita yang lain diluar organisasi. Meningkatkan tanggung jawab pribadi mahasiswa atas tindakan mereka sangat penting untuk membangun dan mempertahankan komitmen mereka pada tugas dan organisasi. Sejumlah intervensi organisasi mengakui pentingnya kehendak pribadi. Sebagai contoh, organisasi membuat tugas-tugas dengan caracara yang dapat meningkatkan tanggung jawab individu dalam menunjukkan kinerja mereka. Intervensi organisasi yang menekankan volition atau kemauan pribadi adalah ikut serta dalam membuat keputusan. Jika suatu kelompok kerja dilibatkan dalam membuat suatu keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan, para anggotanya akan lebih berkomitmen dalam melaksanakan suatu keputusan tersebut atau solusi dibandingkan jika mereka hanya diberitahu tentang

18 penyelesaiannya. Pemikiran mereka mungkin bahwa jika mereka memilih berpartisipasi dalam mengembangkan suatu solusi maka mereka harus berkomitmen untuk melakukannya. Perasaan akan tanggung jawab pribadi ini sebaliknya meningkatkan karyawan dalam menjalankan solusi dengan sukses. Kami telah menetapkan bahwa visibility (kejelasan), explicitness (ketegasan), irreversibility (ketetapan), dan volition (kemauan) adalah penting untuk menciptakan komitmen. Lebih jauh lagi, komitmen pada tujuan organisasi dan individu penting karena menyesuaikan sikap dan harapan mereka dalam situasi yang membuat mahasiswa berkomitmen. Sekaligus meningkatkan komitmen organisasi merupakan proses yang berkelanjutan, mungkin paling penting di awal hubungan individu dengan organisasi untuk menjamin terus hubungan kerja. Jadi seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaan dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu tampil tingkah laku berusaha kearah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama demi pencapaian tujuan dan kepentingan organisasi. Sementara seseorang yang memiliki komitmen rendah akan menunjukkan usaha yang rendah dalam mencapai tujuan organisasi. Keterlibatan mahasiswa tidak sepenuhnya dilakukan dan kurangnya kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan organisasi.

19 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini: faktor yang mempengaruhi komitmen individu terhadap organisasi: 1. Visibility (kejelasan) 2. Explicitness (ketegasan) 3. Irreversibility (Ketetapan) 4. Volution (kemauan) Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Komitmen Organisasi Aspek komitmen: 1. Identifikasi 2. Keterlibatan 3. Loyalitas tinggi rendah Bagan 1.5. Kerangka Pemikiran 1.6. Asumsi Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: - Pengurus senat mahasiswa perlu memiliki komitmen organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang mejadi bagian dari diri pengurus sebagai mahasiswa. - Komitmen organisasi memiliki aspek-aspek yaitu identifikasi, keterlibatan dan loyalitas.

20 - Faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah visibility, explicitness, irreversibility, volition. - Komitmen organisasi yang dimiliki pengurus senat mahasiswa akan tampak dalam perilaku yang dapat diamati selama menjadi pengurus. - Komitmen organisasi pengurus senat mahasiswa dapat tinggi maupun rendah.