BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Papilomavirus (HPV) merupakan virus yang paling umum menginfesi saluran reproduksi. Wanita maupun pria akan terkena infeksi virus ini ketika mereka telah aktif secara seksual. Kanker serviks merupakan penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan infeksi HPV (WHO, 2016). Infeksi HPV juga dapat dijumpai pada kanker vulva, vagina, penis, anus, laring, orofaring, dan rongga mulut (Andrijono, 2016). Kanker yang paling sering diderita oleh wanita pada tahun 2012 yaitu kanker payudara dengan perkiraan 25,2% kasus, kanker kolorektal dengan perkiraan 9,2% kasus, kanker tenggorokan dengan perkiraan 8,8% kasus, dan kanker serviks dengan perkiraan 7,9% kasus (Globocan IARC, 2015). Sekitar 90% atau 270.000 kematian akibat kanker serviks pada tahun 2015 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang tinggi dari kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan komprehensif yang mencakup pencegahan, diagnosis dini, screening yang efektif dan program pengobatan (WHO, 2016). Kanker serviks merupakan kanker primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) dan merupakan kanker yang menduduki urutan pertama pada kejadian kanker secara keseluruhan pada wanita Indonesia. 1
Kanker serviks harus melalui beberapa tahap dan memerlukan waktu yang cukup lama kurang lebih 20 tahun untuk tumbuh menjadi kanker invasif. Didunia, setiap 2 menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks, di Asia dan Pasifik, setiap 4 menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks, sementara di Indonesia, setiap 1 jam seorang wanita meninggal karena kanker serviks (Djuwantono, 2011). Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian RI (2015) menyatakan, secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Penyakit kanker serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yakni 0,8%, sementara untuk kanker payudara memiliki prevalensi sebesar 0,5%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2012, estimasi jumlah penderita kanker serviks tertinggi yakni di Provinsi Jawa Timur sebanyak 21.313 penderita (1,1%), Jawa Tengah sebanyak 19.734 penderita (1,2%), dan Jawa Barat sebanyak 15.635 penderita (0,7%) (Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015). Hasil pemeriksaan IVA di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015, dari 18.954 wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan IVA yang memiliki IVA positif sebanyak 1.868 WUS atau 9,86%. Angka ini masih tinggi dari yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan yaitu 3% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2016). Sedangkan jumlah kasus kanker serviks di Kota Surakarta yang melakukan pemeriksaan 2
di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 sebanyak 1835 kasus (1,5%), dan pada tahun 2015 sebanyak 2.129 kasus (1,8%) (DKK Surakarta, 2014, 2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Serviks, memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi dampak sosial, budaya, serta ekonomi akibat penyakit kanker payudara dan kanker serviks pada individu, keluarga, dan masyarakat. Penanggulangan kanker payudara dan kanker serviks dalam bentuk pelayanan kesehatan masyarakat meliputi kegiatan yang bersifat promotif dan preventif. Setiap wanita, sepanjang hidupnya berisiko terinfeksi virus HPV (Djuwantono, 2011). Terdapat beberapa test yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks secara dini, yaitu pap smear dan test HPV. Selain itu, kanker serviks dapat dicegah dengan penggunaan vaksin HPV pada usia 9-26 tahun dan vaksin diberikan secara berkala 2-3 kali. Walaupun telah melakukan imunisasi, wanita tetap harus memeriksakan diri secara berkala untuk screening kanker serviks (CDC, 2017). Penyebab kanker serviks diketahui merupakan virus sub tipe onkogenik, terutama virus HPV sub tipe 16 dan 18. Faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas (Komite penanggulangan kanker nasional, 2017). 3
Melakukan hubungan seksual di usia muda merupakan salah satu risiko terjadinya kanker serviks, terutama di bawah usia 17 tahun. Semakin muda usia pertama kali berhubungan seks, semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus (Mhaske, dkk, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Jasa (2016), wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia <20 tahun mempunyai risiko 4,111 kali untuk terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang melakukan hubungan seksual pertama pada usia 20 tahun. Perokok aktif dan pasif memiliki risiko yang sama untuk terkena kanker serviks. Seperti yang dapat dilihat di lingkungan sekitar, banyak perokok yang merokok ditempat umum sehingga meningkatkan jumlah perokok pasif. Menurut Arum (2015), wanita yang merokok dan yang sering menghirup asap rokok memiliki risiko terkena kanker serviks 3 kali lebih besar daripada wanita yang tidak pernah bersentuhan dengan rokok. Berdasarkan penelitian Dewi dkk (2013), paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko terjadinya lesi prakanker serviks sebesar 4,8 kali dibandingkan tidak terkena paparan asap rokok. Penggunaan kontrasepsi pil (kombinasi estrogen dan progesteron) dalam jangka waktu lama ( 5 tahun), dapat meningkatkan risiko menderita kanker serviks dua kali lebih besar (Wijaya, 2010). Sejalan dengan hasil penelitian Khoirunnisa dan Wulandari (2013), wanita yang memakai kontrasepsi hormonal selama 4 tahun memiliki risiko 4,359 kali lebih besar 4
dibandingkan dengan wanita yang memakai kontrasepsi hormonal selama < 4 tahun. Penggunaan sabun antiseptik secara berlebihan dengan ph > 4, dapat membunuh bakteri baik dan iritasi, sehingga meningkatkan risiko kanker serviks (Arum, 2015). Selain itu masih ada yang menggunakan sabun mandi yang memiliki ph rata-rata 6-10 untuk membersihkan vagina. Berdasarkan penelitian Syatriani (2011), wanita yang menggunakan sabun dengan ph > 4 berisiko 2,4 kali lebih besar untuk menderita kanker serviks. Berdasarkan data yang berasal dari rekapitulasi rekam medik rawat jalan di Poli Obsgyn RSUD Dr. Moewardi, diketahui jumlah penderita kanker serviks bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah penderita kanker serviks sebanyak 3072 orang, tahun 2015 sebanyak 4966 orang, tahun 2016 sebanyak 6509, dan tahun 2017 (Januari-April) sebanyak 1742 orang. Berdasarkan uraian tersebut dan semakin meningkatnya angka kasus kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor risiko kejadian kanker serviks meliputi usia pertama kali berhubungan seksual, paparan rokok, penggunaan alat kontasepsi hormonal dan penggunaan sabun pembersih vagina di RSUD Dr. Moewardi. B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan apakah ada hubungan antara usia pertama berhubungan seksual, 5
paparan rokok, penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan penggunaan sabun pembersih vagina pada penderita kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia pertama berhubungan seksual, paparan rokok, penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan penggunaan sabun pembersih vagina dengan penderita kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan usia pertama berhubungan seksual, paparan rokok, penggunaan alat kontasepsi hormonal dan penggunaan sabun pembersih vagina di RSUD Dr. Moewardi. b. Menganalisis hubungan antara usia pertama berhubungan seksual dengan kejadian kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi. c. Menganalisis hubungan antara paparan rokok dengan kejadian kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi. d. Menganalisis hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi. e. Menganalisis hubungan antara ph sabun pembersih vagina dengan kejadian kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi. 6
f. Menganalisis faktor risiko dominan antara usia pertama berhubungan seksual, paparan rokok, penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan ph sabun pembersih vagina di RSUD Dr. Moewardi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi RSUD Dr. Moewardi Sebagai informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks dalam rangka mencegah kanker serviks. 2. Bagi Masyarakat Sebagai informasi kepada masyarakat terutama wanita dan menambah wawasan mengenai faktor risiko dan pencegahan kanker serviks. 3. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya secara lebih mendalam. 7