BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 1 Maret s/d 30 April 2017) dan penulisan laporan akhir yang membutuhkan waktu selama kurang lebih 1 bulan. Dalam pelaksanaan kerja praktik, penulis melakukan tinjauan khusus yaitu tentang pekerjaan struktur pelat lantai dengan menggunakan bekisting bondek pada proyek Telkom Landmark Tower Jakarta. Adapun alasan penulis melakukan tinjauan khusus tentang pelat lantai dengan bekisting bondek ini adalah karena pada saat pelaksanaan kerja praktek, proyek Telkom Landmark Tower Jakarta sudah dalam tahap struktur atas dan sedang terjadi keterlambatan waktu pekerjaan yang bisa mengakibatkan kontraktor terkena denda sebab melanggar kontrak tentang jangka waktu pelaksanaan proyek. 7.2 Teori Pelat Lantai 7.2.1 Pelat Lantai dengan Bekisting Konvensional Pelat (plate) atau slab adalah elemen struktur dengan ketebalan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan panjang atau lebarnya (Desi Putri, 2015). Menurut Szilard, 1974, berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi 4 kategori utama yaitu : VII-1
1. Pelat kaku : merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen dalam ( lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan balok Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain. 2. Membran : merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan. 3. Pelat flexibel : merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang angkasa karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan 4. Pelat tebal : merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi kontinu tiga dimensi Menurut Andi Tenri Uji, 2012, pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak langsung di atas tanah. Pelat di dukung oleh balok balok struktur beton bertulang yang juga bertumpu pada kolom kolom struktur beton bertulang. Adapun kegunaan pelat lantai antara lain sebagai berikut: - Memisahkan ruang bawah dan ruang atas - Untuk meletakkan kabel listrik dan lampu pada ruang dilantai bawahnya - Meredam suara dari ruang atas atau ruang bawah VII-2
- Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal Adapun syarat-syarat teknis dan ekonomis yang harus dipenuhi oleh lantai antara lain : Lantai harus memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban kerja yang ada di atasnya Tumpuan pada dinding sedemikian rupa luas yang mendukung harus cukup besarnya Lantai harus dijangkarkan pada dinding sedemikian rupa sehingga mencegah dinding melentur Lantai harus mempunyai massa yang cukup untuk dapat meredam gema suara Porositas lantai sekaligus harus memberikan isolasi yang baik terhadap hawa dingin dan hawa panas Lantai harus memiliki kualitas yang baik dan harus dapat dipasang dengan cara cepat Konstruksi lantai harus sedemikian rupa sehingga setelah umur pemakaian yang cukup panjang tidak kehilangan kekuatan Pada umumnya, pelat lantai yang banyak digunakan pada bangunan sipil / konstruksi gedung, baik sebagai lantai bangunan maupun sebagai lantai atap adalah pelat lantai dengan bekisting konvensional. Bekisting konvensional merupakan bekisting yang biasa digunakan untuk proyek proyek konstruksi dengan menggunakan bahan dari kayu, papan dan tripek atau multiplek. Penggunaan kayu ini biasanya terbagi dalam sistem peyangga/ perancah, cetakan/ alas dan penyangga balok (Google, 2016). VII-3
Jika menggunakan bekisting konvensional, fungsi dari bekisting tersebut adalah hanya menjadi cetakan yang bersifat sementara yag digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan yang diinginkan atau dengan kata lain menahan beton sementara pada saat pelaksanaan pengecoran. Kemudian bekisting tersebut akan dibuka/ dibongkar jika telah memenuhi standar waktu yang dibutuhkan guna pengerasan beton cukup kuat menahan beban sendiri dan beban lainnya. Beberapa persyaratan bekisting dari sisi bahan dan cara pengerjaannya agar diperoleh hasil pengecoran beton bertulang yang baik (Google, 2016) : 1. Bahan yang digunakan harus keras dan kuat menahan beban kesamping dan beban dari atas. 2. Bahan yang digunakan harus seefisien mungkin sesuai dengan anggaran yang tersedia. 3. Bahan yang digunakan aman bagi pekerja (tukang) dan mudah dalam pengerjaannya. 4. Bahan yang digunakan diperlukan waktu yang tidak terlalu lama sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja. 5. Khusus bekisting konvensional, gunakan bahan yang baru akan lebih baik hasilnya. 6. Sistem pengerjaannya harus menggunakan tenaga ahli profesional agar menghasilkan jenis pekerjaan yang berkualitas baik. 7. Mudah dibuka dan tidak lengket 8. Kedap air dan tidak mudah bocor 9. Bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisiting harus presisi VII-4
Beberapa keuntungan dan kerugian pelat lantai yang menggunakan sistem bekisting konvensional antara lain (Andi Tenri Uji, 2012) : Keuntungan pelat lantai sistem konvensional : 1. Dapat dibentuk sesuai keinginan 2. Mampu memikul beban tekan yang berat 3. Tahan terhadap temperatur tinggi 4. Biaya pemeliharaan rendah / kecil Kerugian plat lantai sistem konvensional : 1. Bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah 2. Pelaksanaa pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi 3. Berat dan daya pantul suara besar 4. Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk 5. Tidak memiliki kekuatan tarik 6. Setelah dicampur beton segera mengeras 7. Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang 7.2.2 Pelat Lantai dengan Bekisting Bondek Seiring semakin berkembangnya pengetahuan dan pengalaman dalam dunia konstruksi, serta setelah diadakannya kajian kajian tentang metode konstruksi tersebut tentunya, baru baru ini muncul beberapa sistem yang inovatif terutama pada pekerjaan pelat lantai. Mulai dari sistem pelat lantai dengan menggunakan half slab, pekerjaan pembesian pada pelat lantai dengan menggunakan wiremesh, atau juga sistem bekisting pada pelat lantai dengan menggunakan bekisting bondek. VII-5
Sedangkan yang akan penulis bahas didalam laporan kerja praktik pada tinjauan khusus ini adalah sistem bekisting pada pelat lantai dengan menggunakan bekisting bondek. Pada proyek Telkom Landmarkr Tower memang sudah dalam tahap struktur atas dan untuk pekerjaan struktur pelat lantai nya menggunakan sistem bekisting bondek yaitu mulai lantai 15 sampai lantai atap. Bondek merupakan sebuah pelat struktural bergabani yang berupa pelat baja bergelombang yang sering di gunakan pada proyek proyek konstruksi gedung bertingkat sebagai pelat cor lantai (pengganti triplek). Bondek adalah bahan pendukung pelat lantai beton komposit yang terbuat dari pelat baja berkekuatan tinggi, di galvanis secara sempurna dengan sistem celup panas dan dilapisi dengan zinc yang tahan karat yang berfungsi sebagai bekisting sekaligus merupakan tulangan positif searah. (Google, 2016) Beberapa keuntungan dan kerugian pelat lantai yang menggunakan sistem bekisting bondek antara lain (Andi Tenri Uji, 2012) : Keuntungan pelat lantai sistem bekisting bondek : 1. Penghematan, karena pelat bondek sekaligus berfungsi sebagai form work 2. Tidak menggunakan besi tulangan bagian bawah karena fungsinya sudah digantikan oleh bondek 3. Pengerjaan lebih cepat jika dibanding dengan sistem konvensional 4. Bagian bawah plat lantai terjamin rapi, karena jika menggunakan sistem konvensional dengan bekisting plywood/ triplek maka ada resiko beton keropos, retak sehingga memerlukan pekerjaan perapihan 5. Pelat bondek masih aman jika terkena kebakaran 6. Pelat boundeck anti karat sehingga bisa bertahan lama VII-6
Kerugian pelat lantai sistem bekisting bondek : 1. Tidak bisa diterapkan pada sisi tepi gedung (pelat lantai kantilever) 2. Perlu pengaturan yang bagus agar tidak banyak sisa material bondek terbuang 3. Harga bondek sangat terpengaruh dengan perkembangan baja, jadi perlu dihitung segi efisiensinya jika dibandingkan menggunakan bekisting ply wood Gambar 7.1 Contoh gambar bondek Sumber: Google, 2016 7.3 Perbedaan Pekerjaan Pelat Lantai dengan Bekisting Konvensional dan dengan Bekisting Bondek Berdasarkan pengamatan dilapangan, berikut dapat disajikan data Perbedaan Pelat Lantai dengan Bekisting Bondek dan Konvensional secara umum: Tabel 7.1 Perbedaan Bondek dan Konvensional secara Umum Konvensional Bondek 1. Masih baku (kuno) 1. Sudah improvisasi (modern) 2. Dalam pengerjaaan kurang rapi 2. Dalam pengerjaaan lebih rapi dan bersih 3. Kurang praktis 3. Lebih praktis dan efisien 4. Lebih berat 4. Lebih ringan 5. Lebih teliti dan lama pengerjaannya Sumber : Proyek, 2017 5. Lebih teliti namun lebih cepat pengerjaannya VII-7
7.4 Perkiraan Biaya Pelat Lantai dengan Bekisting Bondek dan Konvensional Perbandingan rencana anggaran biaya pekerjaan antara pelat lantai boundeck dan pelat lantai konvensional didapat dari perbedaan dari kedua metode pekerjaan pelat lantai tersebut. Perbandingan rencana anggaran biaya pekerjaan pelat lantai boundeck dan pelat lantai konvensional dapat dilihat pada tabel. Dengan rekapitulasi volume sebagai berikut : Tabel 7.2 Perbandingan Bondek dan Konvensional dari Segi Volume Sumber : Proyek, 2017 Kemudian perbandingan biaya masing - masing sebagai berikut : Tabel 7.3 Perbandingan Bondek dan Konvensional dari Segi RAB Sumber : Proyek, 2017 VII-8
Tabel 7.3 (Lanjutan) Sumber : Proyek, 2017 Hasil perbandingan biaya total sebagai berikut : Tabel 7.4 Hasil Perbandingan Biaya Bondek dan Konvensional Sumber : Proyek, 2017 Dari tabel perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa secara total, biaya untuk pekerjaan pelat dengan bekisting bondek lebih tinggi dibandingkan konvensional. 7.5 Perbedaan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai dengan Bekisting Konvensional dan dengan Bekisting Bondek 7.5.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai dengan Bekisting Konvensional Langkah langkah/ tahapan pelaksanaan pekerjaan pelat lantai dengan bekisting konvensional adalah sebagai berikut (Andi Tenri Uji, 2012): 1. Menentukan ketinggian/ elevasi pelat lantai dan balok 2. Langkah pemasangan bekisting pelat lantai dan balok sebagai berikut : VII-9
a. Memasang scaffolding yang disusun untuk mencapai ketinggian tertentu b. Memasang bekisting balok arah horizontal diatas scaffolding untuk mencegah lendutan yang diakibatkan oleh balok dan memasang balok suri dengan kayu kasau c. Memasang multiplex di atas perancah yang telah rata 3. Pemasangan tulangan/ pembesian pada pelat lantai dan balok 4. Pekerjaan pengecoran pelat lantai dan balok. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pengecoran tersebut antara lain: a. Pengecoran balok dan pelat lantai harus diperhitungkan keadaan cuaca, yaitu kemungkinan terjadi hujan b. Pengecoran dilakukan secara serempak dan terus-menerus sampai selesai c. Pengecoran dilakukan pada bagian balok terlebih dahulu, kemudian pada bagian pelat lantai pada satu balok. Adapun langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut : - Memeriksa terlebih dahulu tulangan yang sudah terpasang, apakah telah sesuai dengan bestek baik dari segi jarak tulangan maupun diameter tulangan - Membersihkan daerah yang akan dicor dari kotoran dan sisa kawat pengikat kemudian membasahi multiplex dengan air. - Melaksanakan pengecoran pelat lantai dan balok - Memadatkan adukan dengan vibrator - Meratakan adukan dengan menggunakan papan - Apabila pengecoran terpaksa dihentikan, maka kira-kira penghentian dilakukan pada 1/4 L, yaitu pada titik pertemuan antara momen tumpuan dengan momen lapangan dimana pada titik tersebut momennya adalah nol VII-10
5. Pembongkaran bekisting dan pelat dilakukan setelah beton berumur 7 hari. Setelah bekisting dibongkar, balok dan pelat harus didukung oleh tiang penyangga hingga balok dan pelat mencapai umur 28 hari Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bab V halaman 14. 7.5.2 Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai dengan Bekisting Bondek Langkah langkah/ tahapan pelaksanaan pekerjaan pelat lantai dengan bekisting bondek adalah sebagai berikut : 1. Pasang scaffolding dengan tinggi yang sudah ditentukan. Pada pemasangan scaffolding balok sudah termasuk dengan pemasangan scaffolding pelat lantai 2. Dipasang kayu secara horizontal diatas scaffolding. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya lendutan pada pelat bondek dan sekaligus menjadi lantai kerja dari pekerjaan pelat lantai tersebut 3. Pemasangan bondek Langkah-langkah pemasangan bondek adalah sebagai berikut : - Pengangkatan bondek dengan menggunakan tower crane Gambar 7.2 Foto pengangkatan bondek Sumber: Proyek, 2017 VII-11
- Pemasangan bondek diatas balok dan penyangga Gambar 7.3 Foto pemasangan bondek Sumber: Proyek, 2017 - Untuk boundeck yang lebih, bisa dipotong menggunakan barcutter - Pemasangan end stop. Hal ini bertujuan agar mencegah bocornya pasta pada saat pengecoran 4. Pemasangan tulangan wiremash Langkah langkah pemasangan tulangan wiremash adalah sebagai berikut : - Pengangkatan tulangan wiremash dengan menggunakan tower crane - Pemasangan tulangan wiremash diatas bondek Gambar 7.4 Foto pemasangan bondek Sumber: Proyek, 2017 VII-12
- Pengikatan tulangan wiremash dengan tulangan balok dengan menggunakan kawat binddrat - Untuk mencegah terjadi penempelan tulangan dengan boundeck maka dipasang tahu beton (beton decking) 5. Pengecoran pelat lantai Pengecoran dan pemadatan dilaksanakan setelah pekerjaan penulangan dan bekisting selesai. Sebelum pengecoran dilakukan hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : - Pembersihan lokasi yang akan dicor - Pemeriksaan penunjang penunjang pelat lantai - Pengecoran pelat lantai dibantu dengan alat concreate pump Gambar 7.5 Foto pengecoran pelat lantai Sumber: Proyek, 2017 6. Pembongkaran perancah setelah beton mengeras dan mencapai umur kekuatan, maka perancah dapat dilepas dan akan didapat pelat lantai menggunakan bondek. VII-13
Gambar 7.6 Foto pelat lantai bondek Sumber: Proyek, 2017 Perbandingan pelaksanaan pekerjaan bondek dan konvensional (Andi Tenri Uji, 2012) : Tabel 7.5 Perbandingan pelaksanaan pekerjaan bondek dan konvensional Sumber : Andi Tenri Uji, 2012 VII-14
Tabel 7.5 (Lanjutan) Sumber : Andi Tenri Uji, 2012 7.6 Perbedaan Waktu Pekerjaan Pelat Lantai dengan Bekisting Konvensional dan dengan Bekisting Bondek Perbedaan waktu pelaksanaan pekerjaan pelat lantai antara menggunakan bekisting konvensional dengan bekisting bondek memang cukup signifikan. Secara umum, pekerjaan pelat lantai dengan sistem bekisting bondek lebih cepat dibandingkan dengan sistem konvensional. Menurut informasi yang penulis dapatkan dari proyek, dan dengan melihat monitoring pengecoran pada pekerjaan struktur pelat lantai, terlihat bahwa pelaksanaan pekerjaan struktur pelat lantai dengan menggunakan sistem bekisting bondek membutuhkan waktu kira kira 1 minggu untuk dapat mengerjakan struktur 1 lantai. Atau dengan kata lain, untuk sistem bekisting bondek, pengerjaan struktur pelat lantai dapat direalisasikan sebanyak 4 sampai 5 lantai dalam waktu 1 bulan. VII-15
Tabel 7.6 Monitoring Pengecoran Struktur Tower 2 Sumber : Proyek, 2017 Berbeda dengan pada saat pengerjaan lantai 14 kebawah, menurut informasi yang penulis dapat dari tim proyek di lapangan, bahwa pelaksanaan pekerjaan struktur pelat lantai dengan menggunakan sistem bekisting konvensional membutuhkan waktu selama kira kira 2 minggu untuk dapat mengerjakan struktur 1 lantai termasuk sampai pembongkaran beskisting. Atau dengan kata lain, untuk sistem bekisting bondek, pengerjaan struktur pelat lantai dapat direalisasikan sebanyak 2 sampai 3 lantai dalam waktu 1 bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara waktu pelaksanaan, pekerjaan struktur pelat lantai menggunakan sistem bekisting bondek lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan sistem konvensional. VII-16