BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga kadangkala

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Mellyarti Syarif. Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien. Disertasi. Kementrian Agama RI. Jakarta hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Syarniah 1, Akhmad Rizani 2, Elprida Sirait 3 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

PENDAHULUAN Latar Belakang

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga adalah suatu sistem yang terdiri atas sejumlah relasi yang berfungsi secara unik dan saling terkait di dalamnya. Saling keterkaitan ini menyebabkan ketika salah satu individu mengalami sesuatu maka akan ada dampaknya bagi individu yang lain dalam keluarga tersebut. Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, hubungan ini berlangsung lama untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. 1 Individu berasal dari kata latin "individuum" yang artinya "yang tak terbagi". Jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam perkembangannya, sudah tentu individu tidak mampu berdiri sendiri, melainkan hidup dalam suatu hubungan antar sesama manusia. Dengan demikian dalam kehidupannya harus selalu mengadakan kontak dengan manusia lain. Sejak lahir sampai pada akhir hidupnya, manusia hidup di tengah-tengah kelompok yang merupakan kesatuan-kesatuan sosial atau kelompokkelompok sosial dan juga dalam situasi-situasi sosial yang merupakan bagian dari ruang lingkup suatu kesatuan sosial atau kelompok sosial. 2 1 H. Hartono dan Arnicum Aziz,MKDU Ilmu Sosial Dasar,Bumi Aksara, Jakarta, 2004, h.79 2 Ibid.,h 60 1

Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian setiap individu atau anggota keluarga terbentuk atas relasi dalam keluarga. Keluarga memang bukanlah satu-satunya konteks pembentukan pribadi yang sedang berlangsung. Kehidupan ini penuh dengan konteks alternatif misalnya sekolah, tempat kerja, kelompok masyarakat, kebudayaan dan konteks yang lain di mana kita ada di dalamnya dan berproses, menerima berbagai informasi dan berbagai relasi yang terjalin di dalamnya terus-menerus membentuk kita. Tetapi dengan siapa kita secara akrab tinggal, bermain, berjuang, memberikan dampak yang lebih besar pada kepribadian kita walaupun tidak disadari. Proses perkembangan kepribadian individu itu sendiri, tidaklah terjadi secara kebetulan atau begitu saja oleh dirinya sendiri, melainkan terbentuk dalam suatu lingkungan psikologi. Pada dasarnya setiap orang lahir dengan bakat dan kepribadian yang unik atau potensi diri, namun bagaimana potensi itu dapat terwujud juga dipengaruhi oleh lingkungan psikologi tersebut, yang membentuk kepribadian individu nantinya. Oleh karena itu, relasi dalam keluarga harus dijaga dan juga perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga penting untuk diperhatikan. Ada dua hal yang penting bagi pembentukan kepribadian yang sehat bagi setiap individu dalam sebuah keluarga: 3 pertama, apakah dalam keluarga ia mendapatkan ruang psikologi yang memadai untuk pertumbuhan kepribadiannya? kedua, apakah dalam keluarga ia dapat membina relasi yang mendalam dengan para anggota keluarga lainnya? 3 Arif, Iman Setiadi M.Si.,Psi,2006. SKIZOFRENIA Memahami Dinamika Keluarga Pasien, Jakarta: Refika ADITAMA, 7 2

Bila seseorang kurang mendapat ruang psikologi yang memadai dan relasi kurang dalam dengan anggota keluarga yang lain, maka pembentukan kepribadiannya akan mengalami suatu kekurangan atau bahkan dapat mengalami gangguan, yang dapat mengakibatkan psikopatologis (fungsi kepribadian yang abnormal). Salah satu bentuk gangguan yang dapat terjadi ialah Skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Kata skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yang berarti schizo: terbagi, terpecah dan phrenia: pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah. Namun dalam perkembangannya pengertian tersebut sudah tidak cocok lagi, dan pengertian pada saat ini ialah penderita skizofrenia umumnya pikirannya tidak konsisten demikian juga perilakunya. Jadi mereka ini tidak konsisten, tidak rasional dan tidak pasti. 4 Gangguan ini ditandai dengan gejala positif 5 seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar; serta terganggunya relasi personal. 6 Semua hal di atas menyebabkan penderita skizofrenia mengalami penurunan fungsi atau ketidakmampuan dalam menjalani peran dalam hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasi dengan orang lain. Sedangkan dalam buku diagnosis gangguan jiwa skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating ) yang luas, 4 Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing,SpS(K),SpKJ.,SKIZOFRENIA GILA,(Jakarta:Fakultas Kedokteran universitas Indonesia 2007)2-3 5 Pengertian gejala positif dan negatif bukan dalam arti baik dan buruk. Gejala positif berarti bertambahnya kemunculan suatu tingkah laku dalam kadar yang berlebihan dan menunjukkan penyimpangan dari fungsi psikologis yang normal; sementara gejala negatif berarti penuruan kemunculan suatu tingkah laku yang juga berarti penyimpangan dari fungsi psikologis yang normal. 6 Arif, Iman Setiadi M.Si.,Psi,2006. SKIZOFRENIA Memahami Dinamika Keluarga Pasien, Jakarta: Refika ADITAMA 3

serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 7 Seperti yang telah dipaparkan di atas, keluarga terdiri dari sejumlah relasi yang berfungsi secara unik dan saling terkait di dalamnya, maka ketika salah satu anggota keluarga mengalami masalah atau suatu kendala, otomatis akan ada efek yang ditimbulkan dan dirasakan oleh anggota keluarga yang lain. Dalam kasus skizofrenia dalam hal ini di daerah Sumba khususnya kota Waingapu, penderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan secara serius. Keluarga dengan penderita skizofrenia pada umumnya tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai mengenai skizofrenia. Ini menyebabkan ketika ada anggota keluarga yang mengalami skizofrenia ditangani dengan cara yang salah contohnya, dianggap sebagai kerasukan setan, sehingga di bawa ke dukun, atau dibiarkan begitu saja, bahkan yang paling buruk adalah dikucilkan dan dipasung. Seperti yang dialami oleh seorang penderita, sebut saja si A, pada awalnya ia adalah seorang mahasiswa di sebuah peguruan tinggi swasta di kota Bandung. Ia bungsu dari empat bersaudara, ia dirawat oleh saudari yang belum menikah, sedangkan kedua saudaranya yang lain telah menikah, dan tinggal terpisah. Semasa kuliahnya, tiba-tiba saja ia mulai mengalami keanehan, namun hal ini belum terlalu tampak. Namun ketika ia pulang ke daerahnya, mulai tampak perubahan sikap, beberapa kali ia melakukan percobaan 7 Dr. Rusdi Maslim, Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringakasan dari PPDGJ-III. (Jakarta 2002) 46 4

bunuh diri, sampai membahayakan orang lain. Karena keterbatasan keluarga dalam memahami masalah ini, penderita akhirnya dikurung, bahkan pada akhirnya dipasung. Penderita sempat juga berusaha disembuhkan dengan penyembuhan melalui dukun. Namun sampai pada saat ini tidak ada perubahan yang lebih baik, malah memperparah keadaan penderita. Penanganan yang salah justru akan memperparah keadaan penderita, bukannya menolong atau mengurangi tingkat penderitaan dari penderita skizofrenia. Ini disebabkan minimnya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk gangguan tersebut dan juga tidak tersedianya Rumah Sakit yang khusus menangani penderita gangguan kejiwaan. Keadaan seperti ini memengaruhi perkembangan psikis keluarga. Dalam menghadapi penderita dengan keterbatasan pengetahuan mengenai skizofrenia, ketidakpastian akan kesembuhan penderita, ditambah masalah dengan lingkungan sekitar yang sulit menerima keberadaan penderita yang sering meresahkan masyarakat merupakan masalahmasalah yang mengganggu keadaan psikis keluarga. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam keluarga dibutuhkan ruang psikologi yang baik untuk perkembangan setiap individu yang ada dalam keluarga. Dengan adanya penderita skizofrenia di dalam keluarga, akan memengaruhi perkembangan psikologis anggota keluarga dan akan ada berbagai dampak yang dirasakan oleh keluarga baik secara psikologis maupun sosial. Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan 5

keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif. 8 Kesehatan merupakan suatu anugerah yang mendatangkan kebaikan bagi seluruh tubuh. Bisa dikatakan bahwa semua perilaku manusia ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang prima, meski dengan cara yang beraneka ragam. Mulai dari rutinitas melakukan oleh raga, melakukan ritual-ritual olah jiwa, mengkonsumsi asupan suplemen atau makanan berenergi, obat-obatan, bahkan mengkonsumsi jamujamuan yang berasal dari tanaman dan hewan. Kesemua ini dilakukan demi mendapatkan kebugaran fisiologis. Florence Nithingale seorang perawat dan statiscian pernah mengemukakan pendapat bahwa: seorang manusia yang menderita sakit pasti diakibatkan oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang bersih, apik tertata, segar, dan nyaman mencerminkan pola hidup yang terencana dan terorganisir dengan baik. Sebaliknya, jika berada di suatu kawasan yang kotor, kumuh, semrawut, dan berpolusi menjadikan tubuh yang rentan terhadap berbagi penyakit. 9 Selain itu faktor lingkungan sosial turut memberikan kontribusi terhadap kondisi kesehatan seseorang, seperti halnya lingkungan keluarga dengan intensitas kekerasan yang cukup tinggi. Situasi krisis yang terjadi ini bila tidak segera ditangani dapat memicu masalah yang lebih serius. Secara psikososial hal-hal yang mengancam kesehatan mental juga dapat dianggap sebagai situasi kritis. 10 8 http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/konsep-dasar-psikososial/, diunduh 5 desember 2012, pukul 08: 20 am 9 Dr. Arie Arumwardhani, Psikologi Kesehatan (Yogyakarta : Galangpress), 2011,h 33 10 Ibid 6

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikis maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Psikososial secara sederhana adalah sebuah cabang displin ilmu dalam ilmu psikologi. Secara sederhana psikososial merupakan singkatan dari dua kata yaitu psiko dan sosial, dimana arti dari psiko ialah psikis yaitu adalah keadaan kondisi kejiwaan seseorang, dan sosial merupakan tempat dimana individu hidup dan beraktivitas dengan individu lainnya atau dengan kata lain tatanan kehidupan dalam masyrakat, kedua hal ini saling memengaruhi individu dalam kehidupannya, yaitu jika individu dalam sisi kejiwaan tidak baik atau terganggu maka akan memengaruhi dirinya maupun lingkungan sosialnya demikian juga sebaliknya jika lingkungan sosialnya terganggu maka akan memengaruhi kondisi pribadi individu tersebut. 11 Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul SKIZOFRENIA STUDI KASUS DAMPAK PSIKO-SOSIAL PENDERITA SKIZOFRENIA BAGI KELUARGA DI KOTA WAINGAPU-SUMBA TIMUR. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat sebagai berikut: Apa dampak psiko-sosial yang terjadi pada keluarga dalam menghadapi penderita skizofrenia? 11 http://pendekarnyasar.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=/journal/item, diunduh 5 desember 2012, pukul 08:30 am 7

C. Tujuan Penelitian Mendeskripsikan dampak psiko-sosial yang terjadi pada keluarga dalam menghadapi penderita skizofrenia. D. Signifikansi penelitian Memberikan kontribusi pemikiran bagi Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama UKSW, khususnya bagi mata kuliah pastoral dalam menyikapi masalahmasalah yang terjadi dalam lingkup keluarga. E. Metodologi penelitian 1. Tipe penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan yakni penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya, atau sebagaimana adanya, dengan tidak diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. 12 2. Metode penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam kajian ini yakni deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 13 12 Hadari Nanawi dan Mimi Martini., 1994, Penelitian Terapan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press), 17 13 13 Hadari Nanawi dan Mimi Martini., 1994, Penelitian Terapan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press), 7 8

3. Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian, penulis akan mengumpulkan data melalui studi lapangan, yakni dengan melakukan wawancara mendalam terhadap keluarga dengan tujuan memperoleh data dan informasi dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Penelitian lapangan ini tidak terstruktur, bukan dalam bentuk pertanyaan formal, tetapi melalui wawancara mendalam yang bersifat terbuka. 14 Data dari wawancara mendalam ini terdiri atas kutipan langsung mengenai pengalaman, opini, perasaan dan pengetahuan subyek. 15 4. Teknik analisis data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif yakni mendeskripsikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang ditemukan di lapangan 16 5. Batasan Masalah Penelitian ini hanya dilakukan pada keluarga yang pernah melakukan pemasungan pada penderita penderita skizofrenia. 14 W. Lawrence Neuman, Sosial Research Methods: Qualitative and quantitative approaches, Fourth edition,(usa: Allyn and Bacon,2000),370 15 Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantatif dan Kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian Psikologi (Yogyakarta: pustaka pelajar,2003),40 16 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Rosdakarya)2-3 9

F. Garis Besar Penulisan Bab I Pendahuluan Pada bab pertama ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, signifikansi penelitian, metode penelitian, dan garis besar penulisan. Bab II Landasan Teori Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penulisan tesis dan juga membahas secara dalam mengenai skizofrenia. Bab III Hasil penelitian Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian berdasarkan konteks yang terjadi dalam keluarga Bab IV Tinjaun Kritis Dalam bab ini dibahas kesinambungan antara kerangka konseptual dengan hasil penelitian yang didapat di lapangan. Bab V Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini penulis akan memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang diperoleh. 10