BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada kalangan pelajar saat ini yang mengakibatkan citra dari sekolah

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luka baik fisik maupun psikis. Istilah kekerasan digunakan untuk

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya.

BAB II LANDASAN TEORITIS

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah perilaku agresif anak bukanlah menjadi suatu masalah yang baru

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. termasuk liga profesional ataupun pertandingan antar kampung (tarkam) hampir selalu

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola adalah olahraga yang cukup populer dan digemari di. seluruh dunia. Peningkatan teknologi dan perkembangan zaman menambah

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak. Imaniar Purbasari PGSD FKIP Universitas Muria Kudus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

merugikan tidak hanya dirinya tapi juga orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan masyarakat di zaman modern terus mengalami peningkatan pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Persaingan yang semakin meningkat tersebut menimbulkan dorongan untuk melakukan kekerasan atau perilaku agresi. Berdasarkan Murray (dalam Kamus Psikologi Chaplin, 2011) mengemukakan bahwa agresi adalah kebutuhan untuk menyerang, melukai orang lain untuk meremehkan, merugikan, mengganggu, mencemooh, merusak, menjahati, mengejek, dan menuduh secara jahat, menghukum berat dan melakukan tindakan secara sadis. Pengertian lain menurut Chaplin, 2011 menyatakan bahwa agresi merupakan suatu serangan atau serbuan tindakan permusuhan ditunjukkan pada seseorang atau benda. Perilaku agresi sering terjadi, khususnya pada kalangan remaja. Perilaku agresi yang melibatkan remaja di Indonesia, cukup menjadi permasalah yang pelik dan mengkhawatirkan bagi banyak pihak seperti orang tua, guru, serta masyarakat umum. Lewin dalam Sarwono (2011) beranggapan, bahwa agresi dianggap sebagai tingkah laku yang normal dan terjadi pada sebagian besar remaja sebagai wujud dari masalah psikologis yang dihadapinya. Remaja umumnya menggunakan metode penyelesaian masalah yang kurang tepat untuk mengatasi pergolakan emosi. 1

2 Tindak kekerasan atau perilaku agresi yang dilakukan remaja mulai semakin memprihatinkan. Sebagaimana yang banyak diberitakan oleh media massa. Perilaku agresi yang dilakukan oleh remaja terjadi dari tahun ke tahun, sebagai contoh salah satu kasus di kota Denpasar Bali pada pertengahan Mei 2012, yakni beredar luas video kekerasan geng wanita di media online youtube. Penganiayaan yang dilakukan geng tersebut karena ketersinggungan terhadap kaos kebanggan geng yang tidak dipakai oleh anggota geng (Okezone). Selain itu tindak kekerasan terjadi di kota Surakarta seperti yang diberitakan oleh harian Solopos pada tanggal 5 september 2013 tentang penyerangan oleh puluhan remaja yang melibatkan pelajar SMA di Surakarta yaitu SMAN 6 Surakarta dan siswa SMAN 8 Surakarta. Sehari sebelumnya juga terjadi peristiwa yang sama antara SMA Murni Surakarta dengan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta. Ini sebagai akibat buntut kericuhan yang terjadi pada turnamen sepak bola Liga Pendidikan Indonesia (Lipio) antara SMA di Surakarta, terjadi akibat saling mengejek antara suporter. Peristiwa lain yang menunjukkan perilaku agresi juga terjadi pada tahun 2014 tepatnya tanggal 22 Oktober, kerusuhan suporter laga persis versus martapura FC di manahan yang menewaskan dua orang, salah satu tersangkanya ternyata merupakan remaja usia 18 tahun kebawah. Peristiwa kekerasan yang baru terjadi di tahun 2015 pada tanggal 12 Febuari, dilakuakan oleh 9 orang siswa SMA terhadap seorang temannya hanya karena tato hello kitty yang dimiliki korban sama dengan tato yang dimiliki dalang kekerasan tersebut. Korban di pukul, di tendang, digunduli, di sundut rokok bahkan diperlakukan tidak senonoh (detik.com).

3 Peristiwa tersebut diperkuat oleh pendapat Saad (2003) yang menyatakan bahwa agresi adalah perilaku dengan tujuan menyakiti, menyerang atau merusak terhadap orang maupun benda-benda disekelilingnya untuk mempertahankan diri maupun akibat dari rasa ketidakpuasan. Perilaku agresi tersebut memiliki unsur kesengajaan, obyek, serta akibat yang tidak menyenangkan bagi pihak yang terkena sasaran perilaku agresi tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku agresi. Salah satunya adalah pengaruh kelompok teman sebayanya. Kalangan ahli Psikologi Perkembangan menyebutkan bahwa remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukan anggota kelompok (Santrock, 2013). Salah satu cara menyesuaikan diri yang paling mudah adalah dengan berperilaku mengikuti nilai dan aturan yang berlaku di lingkungan sekitarnya. Bertindak sesuai nilai dan aturan kelompok, entah sesuai dengan nilai pribadi ataupun tidak, supaya diterima oleh kelompok disebut sebagai konformitas. Remaja cenderung melakukan konformitas dengan teman sekelasnya supaya merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan di kelas sehari hari. Perilaku yang ditiru remaja ada yang bersifat positif maupun negatif (Levianti, 2008). Konformitas (Santrock, 2013) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangan mereka. Konformitas dapat bersifat positif ataupun negatif pada seorang remaja, bersifat negatif biasanya berupa, memukul, penyerangan, melakukan pencurian,

4 pengrusakan terhadap fasilitas umum, meminum minuman keras, merokok dan bermasalah dengan orang tua dan guru. Sedangkan konformitas remaja pada kelompoknya juga dapat bersifat positif, seperti mengenakan pakaian yang sama untuk menunjukkan identitas kelompoknya, melakukan kegiatan soaial bersama, remaja juga meluangkan waktu untuk bersama dengan kelompoknya, sehingga dapat menimbulkan aktivitas yang juga bermanfaat bagi kepentingan kelompok dan lingkungannya. Penyerangan remaja sebagai suatu bentuk perilaku agresi yang dilakukan secara kelompok. Keterlibatan seorang remaja pada suatu penyerangan karena adanya perasaan takut terhadap penolakan sosial. Yakni perasaan tidak disukai teman sebayanya. Alasan lain karena mereka tidak mengiginkan kelompoknya dilecehkan, menginginkan kelompoknya selalu dihormati dan ditakuti. Oleh karena itu seorang remaja melakukan penyerangan dan berkelahi untuk melindungi kelompoknya serta bentuk solidaritas terhadap kelompoknya untuk menunjukkan kekompakan sebagai anggota kelompok. Perasaan tersebut terwujud karena telah tertanam rasa percaya terhadap kelompoknya serta aturan yang diterapkan dalam kelompok. Sehingga diduga bahwa perilaku agresi remaja itu muncul disebabkan oleh pengaruh konformitas yang bersifat negatif. Remaja yang konform terhadap kelompoknya akan cenderung untuk melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompoknya, walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan pribadianya, seperti halnya ikut-ikutan teman untuk berperilaku agresi. Seharusnya remaja sebagai penerus bangsa yang masih memiliki perjalanan panjang kedepan dapat memanfaatkan waktu serta energi mereka untuk

5 mengikuti kegitan yang bermanfaat. Remaja lebih senang berkelompok dalam melakukan kegiatan yang mereka sukai. Baik dalam bentuk hobi atau kegemaran, dengan mengikuti komunitas hobi atau organisasi tertentu. Remaja seharusnya kegiatan tersebut akan membentuk konformitas yang bersifat positif, sehingga remaja dapat berkompetisi secara sehat menunjukkan kreatifitas dan intelektualitas sebagai perwujudan dalam berperilaku. Tetapi kenyataannya para remaja tersebut justru menggunakan waktu serta energi mereka untuk kegiatan yang tidak bermanfaat. Para remaja justru menggunakan kekerasan untuk menunjukkan eksistensi diri maupun kelompoknya dengan bentuk perilaku agresi. Remaja belum mampu menyikapi masalahmasalah interaksi sosial secara bijaksana, sehingga berujung pada tindak kekerasan atau perilaku agresi. Dorongan perilaku agresi pada remaja akan semakin kuat sebab mereka merasa berada dalam kondisi berkelompok. Maka remaja yang berada di dalam kelompoknya lebih merasa memiliki suatu kekuatan yang disebut dengan collective mind power. Begitu juga perilaku agresi dari para remaja yang sering kali melakukan penyerangan secara beramai-ramai atau berkelompok, bentuk perilaku tersebut disebut dengan konformitas yang bersifat negatif. Hal tersebut sesuai dengan fenomena para remaja merasa tidak terima atas ejekan kelompok remaja lain yang kemudian berujung dengan penyerangan dan kekerasan. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rahmat tahun 2013, ditemukan bahwa 3 sampai 5 orang akan lebih menimbulkan konformitas dari pada 1 sampai 2 orang

6 saja. Maka konformitas pada remaja terhadap kelompoknya juga akan menimbulkan perilaku agresi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan diatas maka dapat dipahami bahwa tindakan yang dilakukan para remaja berawal dari perasaan takut terhadap tekanan dan cemooh dari dalam kelompoknya. Kemudian timbul kepatuhan terhadap aturan kelompok serta muncul kepercayaan terhadap kelompoknya, dengan melakukan perilaku agresi seperti tindak kekerasan, penyerangan, serta perusakan kepada benda maupun kelompok lain. Sebagai bentuk perwujudan kekompakkan dan solidaritas dari seorang remaja terhadap suatu kelompok serta agar menunjukkan eksisitensi diri maupun kelompoknya. Perilaku agresi menyebabkan para remaja yang terbiasa menyelesaikan permasalahan mereka dengan kekerasan, maka pada masa selanjutnya ketika mereka telah masuk dalam kehidupan di masyarakat dan memiliki peran penting, maka mereka akan cenderung menyelesaikan masalah yang ada dengan berperilaku agresi seperti main hakim sendiri. Besarnya dampak negatif akibat perilaku agresi menyebabkan fenomena ini menjadi menarik untuk diteliti perilaku agresi dan konformitas saling berhubungan. Sehingga permasalahan dalam penelitian adalah apakah ada hubungan antara konformitas dengan perilaku agresi pada remaja?. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Agresi pada Remaja.

7 B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Mengetahui hubungaan antara konformitas dengan perilaku agresi pada remaja. 2. Mengetahui tingkatan konformitas dan perilaku agresi pada remaja. 3. Mengetahui peranan atau sumbangan efektif konformitas terhadap perilaku agresi pada remaja. C. Manfaat Penelitian. 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu psikologi, terutama psikologi pendidikan dan psikologi sosial mengenai hubungan antara konformitas dengan perilaku agresi pada remaja. 2. Bagi Orang tua. Memberi informasi berupa data-data empirik tentang hubungan antara konformitas dengan perilaku agresi pada remaja, sehingga orang tua mampu meminnimalisir perilaku agresi pada remaja. 3. Bagi subjek penelitian. Memberi masukkan mengenai keterkaitan antara konformitas dengan perilaku agresi pada remaja, sehingga diharapkan subjek mampu membentuk pribadi yang baik dan mampu mengendalikan sikap konformitas dengan perilaku agresi pada remaja. 4. Bagi sekolah. Memberikan informasi tentang hubungan konformitas dengan perilaku agresi pada remaja, sehingga dalam usaha mendidik

8 remaja di sekolah dapat meningkat, agar remaja tidak melakukan perilaku agresi. 5. Bagi peneliti lain. Merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dengan melihat fenomena praktis yang terjadi dan mengaitkannya dengan teori.