BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

GUBERNUR MALUKU UTARA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

WALIKOTA TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

I Peternakan Ayam Broiler

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK

METODE PENELITIAN. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki genetik yang dapat menghasilkan produksi baik. Menurut (Rasyaf,

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia membawa berbagai kendala yang kompleks. Masalah penyakit dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

COMPANY PROFILE PETERNAKAN AYAM PETELUR (CHICKEN LAYER FARM) CV. SUMBER BERKAT. MOTTO : Continuous Innovation: from innovation to innovation

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

Brooding Management. Danang Priyambodo

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam betina mempunyai alat repruduksi yang terdiri dari oviduct dan ovary.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

2014, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tamba

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

[Pemanenan Ternak Unggas]

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

Sanitasi Penyedia Makanan

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

Proses Penyakit Menular

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan ayam broiler (Final Stock) yang memiliki konversi pakan yang bagus, efisiensi pakan tinggi, pertumbuhan cepat, dan tahan cuaca panas (Rahayu dkk., 2011). Strain Cobb memiliki keunggulan yaitu kemampuan adaptasi di lingkungan tropis yang baik dan proses pembentukan dan perkembangan daging dada yang cepat (Sheila, 2014). Kelebihan ayam pembibit strain Cobb yaitu mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis (heat stress), pengembangan genetik diarahkan pada pembentukan daging (Fadhilah dkk., 2007). 2.2. Biosecurity Biosecurity adalah usaha pencegahan penyakit dan mengurangi resiko yang disebabkan oleh lalu lintas orang ke dalam lingkungan kandang seperti pemilik kandang, tetangga, orang yang melakukan perbaikan, teman, atau pengunjung (Jubbs dan Dharma, 2008). Biosecurity bertujuan untuk menjaga terjadinya perpindahan penyakit menular ke dalam kawasan peternakan yang sedang dikelola, baik penyebaran bibit penyakit dari kawasan peternakan unggas ataupun penyebaran bibit penyakit yang dibawa dari induk ayam (Fadilah dan Fatkhuroji, 2013). Konsep dari biosecurity mencangkup tiga hal

4 yaitu meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang, dan membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin (Budinuryanto, 2013). Biosecurity memiliki tiga komponen antara lain, traffic control, sanitasi dan isolasi (Al Saffar dkk., 2006). 2.2.1. Kontrol lalu lintas Kontrol lalu lintas adalah suatu upaya pembatasan terhadap manusia, hewan, barang atau peralatan kandang, dan kendaraan yang masuk ke peternakan. Manusia, barang atau peralatan kandang, dan kendaraan yang diperbolehkan masuk kedalam peternakan atau kandang hanya yang sudah bersih dan sudah didesinfeksi (Ustomo, 2016). Kontrol lalu lintas bertujuan agar manusia, barang atau peralatan kandang, kendaraan yang masuk ke peternakan steril dan tidak membawa sumber penyakit. Menerapkan pola lalu lintas pada peternakan yang benar dengan mengontrol broiler yaitu harus dilakukan mulai dari broiler yang muda ke yang tua dan mulai yang sehat ke yang sakit (Ardana, 2011). 2.2.1.1. Kontrol lalu lintas manusia. Pengunjung umum peternakan adalah hal yang paling berbahaya karena kemungkinan besar mereka memiliki kontak langsung dengan unggas lain. Termasuk supir truk pengantar pakan, pekerja lapangan, pekerja pengontrol vektor, petugas kesehatan, petugas teknik serta tamu (Al Saffar dkk., 2006). Kebersihan petugas dapat dilakukan dengan adanya ruang shower serta mewajibkan karyawan atau petugas untuk di spray dan mandi sebelum karyawan atau petugas masuk ke dalam kandang (Fadillah dkk., 2007).

5 Sebelum memasuki kandang, petugas wajib dipping atau mencelupkan kaki ke dalam bak air yang sudah diberi klorin untuk membunuh bibit penyakit yang terbawa oleh petugas kemudian penyemprotan alkohol pada tangan dan dipping sekali lagi pada bak kapur untuk menghilangkan bibit penyakit yang kemungkinan masih menempel pada petugas (Lasiman, 2012). Pegawai peternakan diusahakan tetap pada satu kandang dan tidak diperkenankan masuk ke kandang lain walaupun di area peternakan yang sama (Udjianto, 2016). 2.2.1.2. Kontrol lalu lintas kendaraan. Penerapan biosecurity kendaraan secara ketat yaitu salah satunya dengan melakukan penyediaan area biosecurity untuk kendaraan yang keluar masuk ke peternakan (Polana, 2017). Kontrol lalu lintas kendaraan yang memasuki area peternakan harus dimonitor secara ketat. Kendaraan yang masuk ke dalam peternakan harus melewati desinfektan yang terdapat dibelakang gerbang. Kendaraan yang masuk ke area peternakan yaitu kendaraan pengangkut pakan, day old chick (DOC), serta peralatan kandang yang lainnya. Peternakan pembibitan memerlukan biosecurity lebih ketat, dimana kendaraan harus berhenti dalam kolam desinfeksi kemudian seluruh bagian mobil mulai atas sampai bagian bawah dan sekitar ban disemprot desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi (Hadi, 2005). Pembatasan jumlah kendaraan yang masuk ke dalam lingkungan kandang juga merupakan salah satu kontrol lalu lintas kendaraan (Budinuryanto, 2013).

6 2.2.2. Sanitasi Sanitasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan kandang yang bersih dan bebas dari hama penyakit. Sanitasi bertujuan untuk mencegah berkembangnya atau memotong siklus hidup mikroorganisme yang merugikan kesehatan ayam (Ustomo, 2016). Kegiatan sanitasi meliputi kebersihan kandang, peralatan kandang, dan lingkungan kandang dan dilakukan secara teratur (Udjianto, 2016). Pembersihan dan desinfeksi yang sering diberi nama dekontaminasi adalah netralisasi organisme penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur) melalui proses pembersihan dan desinfeksi. Pembersihan dan desinfeksi merupakan komponen kunci dari biosekuriti rutin di peternakan broiler. Adapun agen yang dapat mengendalikan organisme penyebab penyakit meliputi (1). deterjen berfungsi sebagai pembersih (2). desinfektan, (3). sinar matahari (sinar UV) dan (4). panas (api, uap) (Ardana, 2011). Pembersihan dan desinfeksi merupakan peraturan yang penting di industri perunggasan dan dapat mempengaruhi produktivitas dan keuntungan yang ada di dalam peternakan (Morèki dkk, 2014). 2.2.2.1. Sanitasi lingkungan peternakan. Lingkungan kandang harus bersih agar tidak ada hewan yang bersarang disekitar kandang yang dapat menyebabkan bibit penyakit. Lingkungan kandang dibersihkan agar udara yang masuk kedalam kandang dapat bersikulasi dengan baik dan tidak terhalang oleh rumput disekitar kandang (Rasyaf, 2008). Semak-semak yang ada disekitar kandang harus dibersihkan karena kemungkinan dijadikan sebagai tempat tinggal hewan liar dan

7 hewan tersebut membawa bibit penyakit (Suprijatna dkk., 2005). Kebersihan lingkungan dan genangan air disekitar kandang harus selalu dijaga untuk menghindari berkembangnya bakteri di dalam genangan air yang kotor. Penyemprotan obat hama dilakukan disekitar kandang untuk membasmi hama pembawa penyakit (Fadillah, 2005). Kebersihan halaman lingkungan area peternakan dan teras dinding serta pemotongan rumput harus teratur dalam pelaksanaannya (Hadi, 2005). Sebagian besar penyebab penyakit yang berasal dari bakteri dan virus mampu ditanggulangi dengan melakukan penyemprotan menggunakan desinfektan (Suyasa dkk., 2016). 2.2.2.2. Sanitasi kandang dan peralatan kandang. Kandang yang kotor dan bau akan menjadi tempat tumbuhnya bibit penyakit. Oleh sebab itu, kebersihan kandang sangat penting untuk dijaga (Rasyaf, 2008). Pembersihan kandang yaitu menghilangkan zat/material asing yang sering menempel atau berada di kandang. Sebagai contoh debu, tanah, litter yang menempel di lantai kandang, materimateri organik seperti feses, leleran ingus, darah dan mikro organisme. Materi organik yang masih berada di sekitar kandang (lantai atau tembok kandang) dapat mempengaruhi kerja desinfektan golongan halogen sehingga kurang efektif (Budinuryanto, 2013). Peralatan kandang yang digunakan dalam usaha peternakan ayam yaitu tempat pakan, tempat minum, induk buatan atau brooder, tirai dan penyekat kandang (Nuroso, 2010). Peralatan yang digunakan didalam kandang harus selalu dalam kondisi bersih. Pembersihan dilakukan terhadap tempat pakan dan tempat minum untuk menghindari tumbuhnya bibit penyakit (Suprijatna dkk., 2005).

8 2.2.3. Isolasi Isolasi adalah suatu upaya untuk menjauhkan ayam dari berbagai sumber penyakit yang meliputi virus, bakteri, protozoa, jamur dan parasit (Tamalluddin, 2013). Isolasi atau pemisahan lokasi peternakan bertujuan untuk menciptakan lingkungan peternakan broiler terlindungi dari pembawa penyakit (carrier) yang ditularkan oleh : manusia, formites, hewan liar, unggas tertular, udara, air dan lain sebagainya. Tindakan isolasi yang harus dilakukan adalah 1). Lokasi peternakan harus jauh dari pemukiman penduduk ataupun peternakan unggas yang lain. 2). Pengandangan hewan di dalam lingkungan yang terkendali dengan cara memasang kasa pemisah untuk menjaga agar broiler tetap dalam kandang. 3). Pasang pagar di sekeliling peternakan untuk mengendalikan lalu lintas manusia dan hewan lain. 4). Memisahkan broiler berdasarkan kelompok umur. 5). Memisahkan broiler yang sakit pada kandang karantina. 6). Tidak memelihara unggas dengan spesies berbeda di satu peternakan atau satu area seperti ayam, itik atau angsa (Ardana, 2011). Isolasi dapat mempertimbangkan waktu antara keluar masuk dan pengisian kandang (chik in), jarak antara peternakan dan perumahan, pemeriksaan fisik seperti adanya pagar, shower, cuci kaki, semua yang membatasi penyebaran agen penyakit (Al Saffar dkk., 2006). 2.3. Penanganan Limbah dan Ayam Mati Limbah sisa-sisa produksi sudah jelas dijumpai didalam peternakan ayam. Limbah sisa produksi diantaranya yaitu litter yang sudah tidak terpakai, air kotor hasil pencucian, feses atau kotoran ayam, dan ayam mati. Limbah ini harus

9 dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin dari area produksi atau diluar lingkungan peternakan dan apabila didalam peternakan harus dipilih lokasi yang memungkinkan sisa-sisa produk ini tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan. Litter yang basah atau yang sudah menggumpal sesegera mungkin diangkat dan diangkut ke tempat yang telah disediakan. Ayam mati sesegera mungkin diambil dari kandang dan setelah dilakukan pemeriksaan bedah pasca mati maka secepatnya dibakar dan dibuang ke tempat lubang pembuangan (disposal pit) di dalam peternakan. Disposal pit dapat dibuat dengan luasan dan kedalaman tertentu tergantung pada sisa produksi harian serta tersedianya lahan (Hadi, 2005). Beberapa penanganan ayam mati yaitu dengan cara dikubur dalam tanah dan dibakar. Ayam mati dengan cara dibakar merupakan yang paling disarankan karena penyebaran penyakit dapat dihindari (Fadillah, 2005). Air kotor hasil pencucian alat kandang agar langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke tempat penampungan limbah (Permentan, 2014). Penanganan kotoran ayam tidak kalah pentingnya dengan limbah yang lain. Kotoran ayam atau feses bisa menjadi sumber penyakit dan tempat perkembangbiakan bakteri, cacing, protozoa, dan lalat. Feses juga menjadi sumber pencemaran udara dan air, untuk menghindari hal-hal tersebut kandang ayam harus selalu dalam keadaan kering, bersih, dan tidak berdebu. Setelah ayam dipanen, feses harus segera dikumpulkan dan dibawa ke luar area peternakan. Feses ayam dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang atau sumber energi (Fadillah dan Polana, 2011).

10 2.4. Evaluasi Keberhasilan Evaluasi keberhasilan pemeliharaan ayam pembibit broiler diukur dari beberapa hal diantaranya adalah mortalitas, konsumsi pakan, kontrol bobot badan, dan produksi hen-day (Rahayu dkk., 2011). Produksi telur tetas atau angka tetas yaitu angka yang menunjukkan persentase telur yang menetas dari jumlah telur awal yang ditetaskan (Sugiharto, 2005). Kontrol bobot badan dan keseragaman dilakukan secara rutin setiap minggu agar pertumbuhan ayam dapat terpantau dengan baik. Penimbangan ayam dilakukan secara sampling dengan pengambilan secara acak disetiap sudut. Sampel yang diambil sebanyak 10% dari populasi ayam (Fadillah, 2005). Minimal presentase keseragaman ayam yang baik yaitu 80% (Ustomo, 2016). Rasyaf (2011) menyatakan bahwa mortalitas merupakan indikator kematian yang diukur dengan persentase. Persentase mortalitas adalah perbandingan antara jumlah ayam mati dengan jumlah ayam yang dipelihara dikalikan 100%. Faktor yang mempengaruhi kematian antara lain yaitu bobot badan, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, penyakit dan umur. Rumus untuk mengetahui persentase mortalitas adalah sebagai berikut. Mortalitas = x 100%