BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN POLA MELALUI MEDIA PERMAINAN MANIPULATIF PADA ANAK KELOMPOK A TK AL MUKHLISHIN TEGALGEDE KARANGANYAR TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai periode penting yang terjadi dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini ialah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara pemberian stimulasi tersebut. Prinsip tersebut meninjau atas

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangatmenentukan bagi perkembangan dan perwujudan diriindividu, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Nurmalasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Keberadaan program ini

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang terjadi dalam kehidupan anak sampai periode akhir perkembangannya. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulus terhadap kepribadian, psikomotorik, kognitif maupun sosialnya. Untuk itu perlu adanya pembinaan melalui pendidikan sejak usia dini. Semakin berkembangnya pendidikan maka saat ini banyak didirikan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan dengan tegas perlunya penanganan pendidikan anak usia dini, hal tersebut dapat dilihat pada pasal 1 butir 14 yang menyatakan bahwa : Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memililki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dalam jalur formal adalah Taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun. Anak 1

2 kelompok A berada pada rentang usia 4-5 tahun, dan anak kelompok B berada pada tahap rentang usia 5-6 tahun. Anak usia tersebut sedang berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai upaya menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam aspek-aspek perkembangannya yaitu fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, seni, agama dan moral. Salah satu aspek perkembangan yang perlu dikembangkan pada anak adalah aspek kognitif. Menurut Susanto (2011:48) bahwa pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya, sehingga dengan pengetahuan yang diperolehnya akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan. Pengembangan kognitif diperoleh melalui kegiatan berhitung, membilang, mengelompokkan, mengenal pola, bentuk, ukuran, warna. Pengembangan kognitif merupakan salah satu materi yang sulit dipahami oieh anak terutama dalam kegiatan mengenal pola. Sebagai seorang pendidik hendaknya dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Sedangkan menurut Aisyah, dkk: 2008 :45 Pola (patterning) merupakan menyusun rangkaian warna, bagian-bagian, benda benda, suara-suara dan gerakan-gerakan yang dapat diulang. Pola yang sangat perlu dikembangkan pada anak usia 5-6 tahun sesuai tingkat pencapaian perkembangan dalam Permendiknas no. 137 tahun 2013 adalah mengenal pola ABCD-ABCD. Indikator tingkat pencapaian perkembangan anak pada usia tersebut seharusnya anak sudah dapat memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 3 pola serta dapat

3 meniru pola dengan berbagai bentuk. Dalam kegiatan ini anak akan mengurutkan pola sesuai dengan warna. Keterampilan anak dalam mengurutkan pola warna dan menyusun suatu urutan pola sangat penting dimiliki oleh anak, karena dengan mengurutkan pola warna anak dapat memperluas pengetahuan mereka tentang persamaan dan perbedaan. Khususnya dalam menyusun pola berurutan yaitu pola ABCD-ABCD. Anak dapat menyusun sebuah pola ABCD-ABCD berdasarkan kriteria ataupun ciri tertentu, seperti: berdasarkan warna, ukuran, bentuk, dan sebagainya. Hal ini hampir serupa dengan kegiatan mengklasifikasi berdasarkan kriteria tertentu. Selain itu, pengenalan pola berulang pada anak dimaksudkan agar anak mampu memperkirakan kejadian, peristiwa, maupun hal-hal pentingnya lain di kehidupannya dengan baik. Contohnya: anak dapat memperkirakan pola waktu dalam satu hari. Perkiraan pola yang seharusnya dimengerti anak pada urutan pola waktu dalam satu hari adalah pagi, kemudian siang, lalu sore, dan terakhir adalah malam. Pola-pola demikian merupakan salah satu contoh dari pentingnya anak mengenal pola berulang, seperti pola AB-AB, ABC-ABC, dan ABCD-ABCD. Dalam hal ini kegiatan menyusun pola ABCD-ABCD berdasarkan kriteria warna dimana anak akan memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola warna yang berurutan, misal: merah, putih, biru, merah, putih, biru, dsb. Mengurutkan pola warna belum berkembang dengan baik di beberapa TK, salah satunya adalah TK tempat peneliti melakukan PPLT. Berdasarkan pengamatan ketika melakukan PPLT, kemampuan kognitif dalam mengurutkan pola warna bahwa anak belum mampu mengurutkan pola warna sesuai perintah

4 guru yaitu dengan rapi dan mandiri. Hal ini terbukti pada saat guru mengajak anak untuk mengurutkan pola warna dalam LKA, masih banyak anak yang mengurutkannya secara acak dan belum sesuai dengan perintah guru, anak belum bisa melanjutkan pola warna berikutnya dan didapati anak melihat atau mengikuti pekerjaan teman disampingnya. Hal ini disebabkan karena guru hanya menerangkan dan menyuruh anak mengerjakan secara langsung tanpa menggunakan media, kurangnya guru dalam pemanfaatan media yang konkrit yang ada disekitar anak, guru kurang terampil membuat dan menggunakan media yang tepat yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran. dan juga di sebabkan karena metode yang digunakan kurang bervariasi. Selanjutnya pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru juga masih kurang dapat memantau perkembangan anak satu persatu. Agar pembelajaran dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam mengurutkan pola warna maka perlu adanya media pembelajaran yang tepat dan media yang konkrit agar anak tidak bosan dalam belajar dan memudahkan anak mengingat menyusun pola warna selanjutnya. Penelitian yang dilakukan Zulfa (2015) bahwa mengurutkan pola belum berkembang sesuai harapan, anak yang masih mengalami kebingungan dalam mengurutkan pola warna dan membedakan ciri benda untuk menyusunnya menjadi pola. Anak anak banyak yang mengalami kebingungan ketika menirukan pola sederhana, anak kurang mampu memperkirakan urutan pola selanjutnya, dan kesulitan mengerjakan LKA mengurutkan pola. Penyebab dari masalah tersebut karena pembelajaran yang merujuk pada teacher center yang

5 menjadikan anak kurang kreatif mengembangkan kemampuan mengurutkan pola dan pengadaan maupun pemanfaatan media yang sangat terbatas. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Mahdalena (2011) bahwa masih banyak anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan pola warna. Hal ini juga disebabkan karena dalam mengurutkan pola warna anak masih belum bisa mengurutkan pola warna berikutnya, media yang digunakan guru kurang menarik bagi anak, dan belum mendukung terhadap perkembangan kognitif sehingga anak merasa bosan dalam belajar, dan juga di sebabkan karena metode yang digunakan masih sederhana. Hal ini mengakibatkan kemampuan kognitif anak dalam pembelajaran mengurutkan pola warna tidak mengalami peningkatan. Agar pembelajaran dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam mengurutkan pola warna maka perlu adanya media pembelajaran yang menarik agar anak tidak bosan dalam belajar. Dalam proses kegiatan belajar mengajar media digunakan untuk memperlancar komunikasi, dapat disebut sebagai media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat penting dalam berlangsungnya proses belajar mengajar, karena media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses belajar, sehingga komunikasi antara guru dan akan akan berlangsung secara efektif. Dalam penelitian yang dilakukan Zulfa (Smith & Price, 2012) When working with manipulative materials children may at first focus on only one element of repeat, for example producing a chain of alternating colours without attention to the number of beads of each colour, or having a consistent number of beads each time but without repeating the colour. With experience and discussion

6 about these elements they will begin to create more complex patterns. salah satu media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran mengurutkan pola adalah dengan menggunakan media permainan manipulatif. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa ketika anak belajar dengan menggunakan media permainan manipulatif, anak akan fokus pada satu unsur pertama. Setelah itu anak akan melakukan pengulangan menjadi pola yang lebih teratur, misalnya ketika anak membuat kalung warna, anak awalnya tidak memperhatikan jumlah manik-manik dari setiap warna dalam merangkai kalung sehingga belum memahami pengulangan warna. Dengan pengalaman yang diulang ulang dan diskusi tentang unsur-unsur pola sederhana mereka akan mulai memahami pola dan membuat pola yang lebih kompleks. Penjelasan tersebut juga didukung oleh pendapat Haddens (Allen, 2007) bahwa penggunaan media manipulatif dalam mengajar dapat membantu anak belajar bagaimana menghubungkan situasi dunia nyata dengan matematika simbolisme dan memungkinkan anak untuk mendiskusikan ide ide matematika, konsep, dan verbalisasi pemikiran matematika mereka. Pendapat lain juga mendukung bahwa media permainan manipulatif dapat membantu guru untuk mengajarkan konsep matematika salah satunya tentang pola. Pendapat tersebut diungkapkan oleh Kelly (2006) yang menyatakan bahwa The term, manipulative, will be defined as any tangible object, tool, model, or mechanism that may be used to clearly demonstrate a depth of understanding, while problem solving, about a specified mathematical topic or topics. Kelly (2006) juga menambahkan beberapa tolok ukur penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika secara afektif, antara lain : (1) Penting bagi guru untuk menyadari

7 dampak penggunaan media manipulatif sebagai alat untuk membantu anak belajar matematika secara lebih efisien dan efektif dibanding sebagai mainan. (2) Media manipulatif harus diperkenalkan dalam format rinci untuk menghargai pengetahuan dasar tentang menggunakan media manipulatif dalam pembelajaran matematika. (3) Media manipulatif harus sering dipakai dalam pembelajaran oleh guru untuk membantu anak melihat relevansi dan kegunaannya dalam pembelajaran matematika. Mengurutkan pola warna pada anak usia dini diperlukan cara-cara yang sesuai dengan prinsip pembelajaran pada anak usia dini. Cara mengurutkan pola warna pada anak, salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan media manipulatif. Media manipulatif merupakan media yang dapat dimanipulasikan dengan tangan yaitu diputar, dipegang, dibalik, dipindah dan diatur/ditata. Melalui media manipulatif, anak dapat lebih aktif dan dapat belajar secara menyenangkan. Anak juga dapat belajar melalui benda-benda konkret, sehingga anak lebih mudah dalam memahami dalam hal mengurutkan pola warna. Anak dapat menyusun atau mengurutkan komponen-komponen yang ada seperti: manik-manik, daun-daun, berupa mainan dan lain-lain sebagai salah satu cara belajar mengurutkan pola warna dengan cara yang menyenangkan. Melalui media manipulatif dengan kegiatan yang dikemas melalui bermain, anak mempunyai pengalaman nyata yang akan membuatnya berfikir dan secara tidak langsung prinsip pembelajaran belajar melalui bermain dapat terpenuhi. Maka dari itu dalam mengurutkan pola warna pada anak usia dini sebaiknya menggunakan media yang konkrit sehingga anak lebih mudah untuk memahami dan untuk lebih mengerti. Salah satu media yang digunakan adalah

8 media manipulatif berupa mainan lego. Ketika anak mengurutkan pola warna menggunakan media manipulatif berupa mainan lego maka anak sangat antusias dan memudahkan anak mengurutkan pola warna media manipulatif berupa mainan lego dapat secara langsung disentuh, dipegang, diatur/ ditata oleh anak. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh media manipulatif terhadap kemampuan kognitif anak dalam kegiatan mengurutkan pola warna atau tidak. Dan penelitian yang akan dilakukan ini berjudul Pengaruh Media Manipulatif Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Dalam Kegiatan Mengurutkan Pola Warna Usia 5-6 Tahun Di TK Santa Lusia. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di identifikasi masalah-masalah pada suatu penelitian. Agar dengan masalah yang jelas akan menjadikan penelitian semakin terarah. Ada beberapa masalah yang dapat di identifikasi, masalah tersebut adalah : 1. Sebagian anak masih mengalami kesulitan dalam mengurutkan pola warna 2. Guru hanya menerangkan dan menyuruh mengerjakan langsung tanpa menggunakan media. 3. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran masih kurang bervariasi 4. Kurangnya guru dalam pemanfaatan media yang konkrit yang ada disekitar anak

9 5. Guru kurang terampil membuat dan menggunakan media yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran. 6. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru juga masih kurang 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlu ada pembatasan masalah. Karena keterbatasan kemampuan, dana dan waktu penelitian yang tidak memungkinkan untuk meneliti semua permasalahan di atas maka penulis membatasi masalah pada kurangnya guru dalam pemanfaatan media yang konkrit yang ada disekitar anak untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam kegiatan mengurutkan pola warna usia 5-6 tahun di TK Santa Lusia. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah penggunaan media manipulatif meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengurutkan pola warna? 1.5. Tujuan Penenelitian Adapaun tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh media manipulatif terhadap kemampuan kognitif anak dalam mengurutkan pola warna usia 5-6 tahun.

10 1.6 Manfaat Penelitian 1.Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dibidang pendidikan pada anak usia dini, terutama dalam hal pengembangan kemampuan kognitif anak dalam kegiatan mengurutkan pola warna. 2.Manfaat praktis Adapun manfaat praktis yang diharapkan pada penelitian ini adalah: a. Bagi guru PAUD 1. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk memperbaiki kulaitas pembelajaran dengan memanfaatkan media yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan menyenangkan 2. Dapat menjadi bahan masukan kepada lembaga penyelenggara program PAUD. b. Bagi sekolah 1. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam menfasilitasi guru c. Bagi Peneliti 1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang betapa pentingnya penggunaan media manipulatif terhadap kemampuan kognitif anak dalam kegiatan mengurutkan pola warna. 2. Dapat mengembangkan kemampuanan keterampilan (menambah pengalaman). 3. Dapat menjadi bahan wacana bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian lebih.