BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan pada tiap tahunnya dari ekor pada tahun

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budidaya ayam arab di Indonesia semakin pesat hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahuwata ala berfirman dalam Al-Qur an. ayat 21 yang menjelaskan tentang penciptaan berbagai jenis hewan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan Ayam Pedaging

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu bahan pangan asal hewani yang mengandung

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

15... Stand ar Amilase Nilai Aktifitas Enzim Amilase Anali sis Statistik Aktifitas Enzim Amilase... 50

I. PENDAHULUAN. karbohidrat (Pato, 2003). Semua bakteri asam laktat memerlukan karbohidrat yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi tinggi yang selama ini sangat digemari masyarakat. Kuning telur

PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN ONGGOK DAN MOLASE TERFERMENTASI TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang gemar

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB I PENDAHULAN. manusia di alam semesta ini. Oleh karena itu, disamping Al-Qur an mampu

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk 2010 tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya (BPS, 2010). Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di masa mendatang memerlukan ketersediaan bahan pangan minimal 2 kali lipat kebutuhan saat ini termasuk ketersediaan daging ayam sebagai salah satu sumber protein hewani. Kebutuhan daging ayam sebagai salah satu sumber protein hewani mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya penghasilan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi. Daging ayam disukai oleh masyarakat karena harganya murah, rasanya lezat, bergizi, sedikit lemak dan kaya protein, lebih sehat dan mudah didapat, halal dan tidak ada agama apapun yang melarang memakan daging ayam, serta pengolahannya bisa bermacam-macam. Allah memerintahkan kepada umatnya untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik yang sudah diciptakan di dunia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 168: Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah/ 2: 168). 1

2 Daging ayam merupakan salah satu daging yang halal dan baik untuk dikonsumsi. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak yang diusahakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani karena ayam pedaging mampu menghasilkan produk daging dalam jumlah tinggi dalam waktu yang relatif singkat (Rasyaf, 2007). Ayam pedaging merupakan ayam hasil seleksi jantan maupun betina berumur 5-6 minggu yang dipelihara secara intensif agar menghasilkan daging yang optimal. Ayam merupakan hewan ciptaan Allah SWT yang bermanfaat untuk manusia, dapat diambil dagingnya, bulunya, kotorannya dan bahkan hampir setiap bagian tubuhnya dimanfaatkan. Manfaat ayam sudah tercantum secara tersirat di dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 5 yakni: Artinya: Dan dia Telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. (QS. An-Nahl/16:5) Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan hewan ternak ( ا أل ن ع ما ) dengan menyertakan berbagai manfaat-manfaatnya ( أل ألعا ف ن ), untuk kehidupan manusia di dunia. Adapun hewan ternak ( ا أل ن ع ما ) itu tidak hanya seperti unta, kuda, sapi dan kambing saja, akan tetapi ayam juga merupakan hewan ternak yang dipelihara dan dirawat oleh manusia untuk diambil manfaatnya. Peran dari peternakan ayam pedaging sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para konsumen dengan cara meningkatkan pemeliharaan ayam pedaging sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan daging ayam yang mengandung banyak protein.

3 Upaya peningkatan produksi ayam pedaging tersebut menemui kendala yang cukup mendasar, yaitu biaya pakan cukup tinggi, sehingga selalu menjadi masalah bagi peternak oleh karena itu harus dicarikan pemecahan yang serius. Hal ini karena biaya pakan ternak merupakan biaya terbesar dibandingkan dengan biaya produksi lainnya, yaitu sekitar 70-80% (Rasyaf, 2002). Untuk menekan biaya pakan, peternak atau perusahaan mau tidak mau harus mencari alternatif bahan baku yang dapat dijadikan pakan berkualitas baik dan murah. Upaya untuk mencari sumber pakan alternatif agar produksi ayam pedaging tetap meningkat yaitu dengan cara mengganti sebagian bahan-bahan pakan tersebut dengan bahan pakan yang lebih murah, mudah diperoleh, bergizi tinggi, dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia serta memiliki kualitas tinggi sebagai bahan pakan penyusun pakan ayam pedaging broiler. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan limbah dari pembuatan tepung tapioka yang dapat dimanfaatkan adalah onggok kering. Onggok kering merupakan bahan baku lokal yang cukup banyak tersedia dan belum dimanfaatkan secara optimal. Onggok adalah hasil samping (By product) industri pembuatan tepung tapioka. Limbah ini sering dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu, sehingga dapat mencemari lingkungan pabrik (Tabrani.dkk., 2002). Onggok mempunyai kandungan protein kasar yang rendah dan serat kasar yang tinggi sehingga terbatas penggunaanya sebagai pakan ternak unggas dimana kandungan protein kasar 1,88%, serat kasar 15,62%, lemak kasar 0,25%, abu

4 1,15%, Ca 0,31%, P 0,05% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 81,10% (Wizna, 2008). Onggok masih sangat terbatas digunakan sebagai pakan ternak unggas, dikarenakan rendahnya kadar protein dan tingginya kandungan serat kasar. Rendahnya kadar protein dapat menyebabkan pertumbuhan ayam terganggu. Salah satu teknologi alternatif untuk dapat memanfaatkan onggok sebagai bahan pakan adalah dengan cara mengubahnya menjadi produk yang berkualitas, yaitu melalui proses fermentasi. Onggok yang difermentasi akan mengalami peningkatan kadar proteinnya. Onggok yang difermentasi akan meningkatkan kadar protein kasar dalam onggok dari 2% menjadi 18%, serta menurunkan kadar serat kasar sampai 5% dalam onggok tersebut (Supriyati, 2003). Fermentasi onggok dapat berlangsung ketika ada bakteri atau sekumpulan mikroorganisme ditambahkan. Misalnya dalam penelitian ini adalah probiotik. Probiotik merupakan suatu koloni kecil bibit mikroba dengan berbagai spesialisasi yaitu sebagai pengurai protein (proteolitik), serat kasar (selulotik) dan nitrogen fiksasi non simbiotik (Suharto dan Winatuningsih, 1993). Mikroba yang memiliki potensi sebagai probiotik antara lain Lactobacillus acidophilus, L. casei, L. fermentum, L. plantarum, L. salivarus, L. lactis, Aspergillus oryzae, Bacillus subtilis, B. pseudologum, B. thermophilum, Saccharomyces cerevisiae. Peran probiotik disini sebagai starter fermentasi yang akan mengubah kualitas protein onggok menjadi meningkat. Penambahan probiotik starbio pada ransum ayam

5 pedaging memberikan pengaruh nyata terhadap (P<0,05) lebih efisien dari pada pakan tanpa probiotik Starbio (Zainuddin.dkk,1994). Peningkatan kandungan protein kasar dan menurunnya kandungan serat kasar onggok setelah difermentasi probiotik diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif dalam ransum unggas sehingga produksi ayam pedaging optimal. Berdasarkan penelitian sebelumnya onggok terfermentasi probiotik pernah diberikan pada ransum dengan persentase yang berbeda-beda, hasilnya memberikan pengaruh terhadap performan ayam dari pertambahan bobot, daya konsumsi dan konversi pakan. Hasil penelitian Ariska (2012), melaporkan bahwa campuran onggok dan molase terfermentasi probiotik Starbio dalam ransum halus atau mash 10% memberikan pengaruh peningkatan terhadap konsumsi pakan sedangkan pemberian konsentrasi sampai 5% dapat mengurangi angka konversi pakan dan peningkatkan bobot badan ayam pedaging. Penelitian Ariska masih terdapat kelemahan yaitu menggunakan tambahan bahan molase untuk media fermentasi dengan menambah biaya bahan pembuatan onggok terfermentasi, pakan yang digunakan bertekstur halus sehingga ayam sulit mengkonsumsinya. Probiotik yang digunakan terdiri dari mikroba Aspergillus niger, Aspergillus oryzae dan Saccharomyces cerevisiae dengan masa fermentasi 6 hari. Hasil penelitian Fitri (2006), melaporkan bahwa pemakaian onggok terfermentasi dengan Bacillus amyloliquefaciens dan dan lactobacillus acidophilus dapat dipakai sampai level 40% dalam ransum pellet tanpa menurunkan bobot ayam dan konversi pakan, kelemahan dari penelitian Melia yaitu pakan bentuk pellet dan juga menggunakan bakteri tunggal pengurai karbohidrat untuk fermentasi selama

6 6 hari. Kedua penelitian di atas menggunakan bakteri probiotik yang menghasilkan enzim selulosa, akan tetapi dalam jumlah relatif kecil, sehingga penguraian serat kurang begitu maksimal. Padahal dalam onggok bukan hanya kualitas protein yang diubah melainkan serat yang tinggi, dan lemak juga butuh diubah persentasenya, selain itu tidak dijelaskan bentuk pakan dan onggok yang digunakan kering atau basah. Probiotik Bio plus yang mengandung Trichoderma konigii yang diketahui sebagai kapang yang mampu menghasilkan enzim selulotik paling tinggi dan mampu mengurangi mikroba patogen bagi ternak (Liu, 2007) Sehingga dalam probiotik ini lebih baik dalam mengurangi tingginya kandungan serat kasar dari pada probiotik yang digunakan pada penelitian sebelumnya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan onggok kering terfermentasi probiotik terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot dan konversi pakan ayam pedaging dengan persentase 10%, 15% dan 20% dalam ransum. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang perlu diteliti: 1. Apakah ada pengaruh penggunaan onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum terhadap konsumsi pakan ayam pedaging? 2. Apakah ada pengaruh penggunaan onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum terhadap pertambahan bobot ayam pedaging?

7 3. Apakah ada pengaruh penggunaan onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum terhadap konversi pakan ayam pedaging? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum terhadap konsumsi pakan ayam pedaging. 2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum terhadap pertambahan bobot ayam pedaging. 3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum terhadap konversi pakan ayam pedaging. 1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan ayam pedaging. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukannya penelitian ini secara teoritis dan aplikatif sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan peternak bahwa pemberian onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum dapat meningkatkan kualitas pakan, mengurangi

8 konsumsi pakan dan menambah bobot badan ayam sehingga produktivitas ternak unggas di Indonesia meningkat. 2. Dapat diketahui bahwa penggunaan onggok kering terfermentasi probiotik berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan ayam dan konversi pakan ayam pedaging. 3. Sebagai landasan empiris pada pengembangan penelitian selanjutnya. 1.6 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan DOC (Day Old Chick) strain Cobb sebanyak 20 ekor produksi PT. Charoen Phokpand berjenis kelamin jantan berumur 3 hari. 2. Bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum meliputi jagung, bekatul, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, minyak kelapa dan onggok terfermentasi. 3. Onggok kering didapatkan dari Pasuruan Jawa Timur, Kering, warna coklat muda, tidak hitam, berbau, dan berserat tinggi. 4. Perlakuan menggunakan onggok kering terfermentasi yang dicampur dalam ransum sebanyak 0%, 10%, 15%, 20% dari total onggok kering terfermentasi probiotik dalam ransum. 5. Ransum perlakuan diberikan pada saat ayam dalam periode grower (umur 2-6 minggu). 6. Parameter pengamatan meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan ayam pedaging.

9 7. Pengamatan konsumsi pakan dilakukan per hari, pertambahan bobot badan dilakukan per minggu dan konversi pakan dilakukan per minggu. 8. Jenis Probiotik yang digunakan adalah Probiotik Bio plus (R) dengan kandungan mikroba fermentor Lactobacillus sp dan Bacillus subtilis, Trichoderma coningii dalam bentuk cair.