perbuatan hukum (karena barang sudah digadaikan) 60 BAB III GADAI NGAPLEK DI DESA NGUNUT KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. a. Nama Perusahaan : Kantor Kepala Desa Padusan. b. Alamat : Jl. Air Panas No.31, Padusan, Pacet, Mojokerto,

BAB III PRAKTIK TEBUSAN GADAI TANAH SAWAH YANG DIKURS DENGAN REPES DI DESA BANGSAH

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III PRAKTEK SEWA-MENYEWA MOTEL DI DESA PADUSAN KECAMATAN PACET MOJOKERTO. A. Gambaran Umum Desa Padusan Kecamatan pacet Kabupaten Mojokerto

BAB III SISTEM PELAKSANAAN PENGEMBALIAN GADAI YANG BELUM JATUH TEMPO DISERTAI GANTI RUGI DI DESA TIMBUL SLOKO KEC. SAYUNG KAB.

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GADAI SAWAH DI DESA SANDINGROWO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN

BAB III PRAKTIK GADAI KTP DI KELURAHAN SIMOLAWANG KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK JUAL BELI NELETHONG DI DESA TERGAMBANG KECAMATAN BANCAR KABUPATEN TUBAN

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA DALAM PRAKTIK TRANSAKSI JUAL BELI SAWAH TAHUNAN DI DESA MADIGONDO

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

GAMBARAN UMUM PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH YANG MENGGADAIKAN. A. Kondisi Geografis, Demografis Desa Kumesu

BAB III PRAKTEK SEWA MENYEWA TAMBAK SEBELUM JATUH TEMPO

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III KERJASAMA PERTANIAN DI DESA PADEMONEGORO

dan suku Sunda dan 100% penduduknya beragama Islam, kebanyakan dari mereka bekerja mengolah tanah pertanian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

BAB III PRAKTEK GADAI (RAHN) TANPA BATAS WAKTU DALAM MASYARAKAT DESA KERTAGENA DAYA KEC. KADUR KAB. PAMEKASAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN BARANG KREDITAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN BANDAR KEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG

MUKHA<BARAH DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Dermojurang, Seloharjo, Pundong, Bantul, Yogyakarta. Mahasiswa

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB III POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO

BAB III PELAKSANAAN HIBAH OLEH PEWARIS PADA SAAT SAKIT YANG DISETUJUI OLEH SEBAGIAN AHLI WARIS DI DESA PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DI DESA KENTENG KEC.TOROH KAB. GROBOGAN

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB II GAMBARAN UMUM KEPENGHULUAN UJUNG TANJUNG KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II PENYAJIAN DATA. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Desa Karang Kembang Kecamatan

BAB III PRAKTIK TRADISI PENGEMBALIAN HUTANG BERAS DI KELURAHAN SIMOLAWANG KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB III KERJASAMA DALAM PENGADAANDAN PENGOPERASIONALAN MESIN DOS DI DESA LEMBAH KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Keabadian Islam dan kekuatan Islam tersebut telah terbukti sepanjang

GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

BAB III DATA TENTANG GAMBARAN UMUM PRAKTIK JUAL BELI BAWANG MERAH KELILING DI KECAMATAN BABADAN

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

b. Tanah kering No Tanah Kering Luas 1 Pekarangan / Bangunan 25,717

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB III PELAKSANAAN PENARIKAN PERSENAN TANAH PERSILAN OLEH POLISI HUTAN DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

Transkripsi:

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya barang gadai tidak boleh diambil manfaatnya, baik oleh pemiliknya (rahin) maupun oleh si penerima gadai (murtahin) hal ini disebabkan status hanya sebagai jaminan utang dan sebagai amanat bagi penerimanya. Namun apabila mendapatkan izin dari masing-masing pihak yang bersangkutan maka barang tersebut boleh dimanfaatkan, hal ini dilakukan karena pihak pemilik barang (pemberi gadai) tidak memiliki barang secara sempurna yang memungkinkan ia melakukan perbuatan hukum (karena barang sudah digadaikan) 60 BAB III GADAI NGAPLEK DI DESA NGUNUT KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO A. Gambaran Umum Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro 60 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo. Cetakan Ke-36, 2003), 89.

Pada umumnya keadaan wilayah di suatu daerah sangat menentukan sifat dan karakter masyarakat setempat. Kondisi semacam inilah yang membedakan sifat dan karakter masyarakat di suatu wilayah dengan wilayah yang lain Desa Ngunut merupakan sebuah desa yang dikelilingi oleh pesawahan serta sungai, mulai dari barat, utara, selatan dan timur. Maka lahan pertanian yang mendominasi wilayah di Desa Ngunut, sehingga banyak masyarakat desa Ngunut yang menggantungkan kebutuhan seharihari dengan bertani. Sifat saling membantu dan solidaritas yang tinggi dan keramahantamahan merupaka ciri khas kehidupan masyarakat pedesaan, begitu pula dengan masyarakat di desa Ngunut, sifat-sifat tersebut masih begitu melekat dalam kehidupan mereka sehari-hari, dalam hal tolong-menolong bukan hanya pertolongan tenaga saja akan tetapi juga pertolongan yang bersifat materi untuk saling melengkapim misalnya saja kegiatan kerja bakti mereka sangat antusias dalam melaksanakan kerja bakti terutama kerja bakti yang diajarkan dalam sektor yang berhubungan dengan pertanian. Adapun beberapa faktor yang dijadikan sebagai penentu perbedaan antara kondisi masyarakat satu dengan lainnya, yakni faktor geografis, faktor sosial keagamaan, faktor ekonomi dan faktor pendidikanm dan lain sebagainya. Berikut faktor-faktor yang

mempengaruhi kondisi masyarakat di Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Desa Ngunut merupakan desa yang terletak di Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Desa Ngunut memiliki organisasi pemerintahan Desa secara terstruktur. Adapun struktur organisasi pemerintahan Desa Ngunut sebagai berikut: 61 2. Keadaan Geografis Desa Ngunut memiliki iklim tropis sebagaimana di Indonesia ini yaitu memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim panas. Desa Ngunut merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Sebagai Desa yang terletak di Kecamatan Dander. 61 Dokumen Profil Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

Tabel 3.1 Truktur Pemerintahan No Jabatan Nama 1 Kepala Desa Nur Hidayah 2 Sekretaris Desa Imi fadhila 3 Ka. Ur. Pemerintahan Mutamtam Alfarisi 4 Ka. Ur. Pembangunan Wahyu 5 Ka. Ur. Keuangan Angga 6 Ka. Ur. Kesrah Nurul Mufida 7 Ka. Ur. Umum M. syafi i 8 Ka. Ur. Dusun Jabidin Desa Ngunut mempunyai batasan wilayah yaitu : a. Sebelah utara : Desa Growok b. Sebelah Timur : Desa Karangsono c. Sebelah Selatan : Desa Ngasem d. Sebelah Barat : Desa Grogolan Desa Ngunut terdiri dari 3 Dusun 2 RW dan 3 RT, dengan luas wilayah 8470.490 ha, yang terdiri dari : 62 a. Luas Tanah Kering : 710.189 ha b. Luas Tanah Sawah : 126.301 ha 62 Dokumen Profil Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

Gambar I Letak Geografis Kecamatan Dander Sumber: www.bojonegoro.go.id 3. Keadaan Penduduk Keadaan penduduk Desa Ngunut menurut data yang di peroleh pada bulan Maret 2015, adalah 4.116 jiwa, dengan uraian seperti berikut : a. Laki- laki dari 2.113 jiwa b. Perempuan terdiri dari 2.003 jiwa c. Jumlah kepala keluarga 783 kepala keluarga 63 4. Keadaan Agama Penduduk Dari segi Agama yang di peluk oleh penduduk di desa Ngunut adalah Agama Islam, walaupun ada beberapa warga yang beragama Kristen dan Budha akan tetapi agama Islam yang menjadi mayoritas di Desa Ngunut. 63 Dokumen Profil Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

Keadaan agama bagi orang Islam di wujudkan dalam bentuk ibadah, pengajian, peringatan hari besar Islam, silaturrahmi, zakat, shodaqah, infaq dan lain sebagainya, baik diselenggarakan di masjid, musholla dan rumah penduduk. Kondisi masyarakat yang beragama Islam membuat kegiatan di desa tersebut sangat erat berhubungan dengan nuansa Islam. Hal tersebut terlihat dari kegiatan-kegiatan yang ada dan dilaksanakan, seperti pengajian rutin, peringatan hari besar Islam dan yang lainnya. Selain itu berdirinya mushalla di setiap RT dan Masjid di setiap pendukuhan, menggambarkan bagaimana kondisi keberagamaan masyarakat di desa tersebut. Sehingga untuk menjaga dan melestarikan keberagaman di masyarakat desa Ngunut sangat bergantung pada warganya, seperti mengadakan pengajian rutin setiap minggu bagi masyarakat. 64 5. Keadaan Ekonomi Penduduk Keadaan ekonomi sebagian besar Desa Ngunut sebagaian besar didominasi oleh hasil-hasil pertanian, di samping itu keadaan ekonomi masyarakat Desa Ngunut sangat bermacam-macam, ada yang bekerja sebagai petani, tukang, buruh tani, pegawai negeri dan buruh dan lain sebagainya. 65 64 Maryati, Wawancara, Bojonegoro, 24 Maret 2015. 65 Dimin, wawancar, Lamongan, 24 maret 2015.

Untuk menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Ngunut secara jelas tabel berikut ini akan mendiskripsikan tentang mata pencaharian penduduk di Desa Ngunut, sebagai berikut: 66 Tabel 3.1 Rincian Mata Pencaharian Penduduk No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Petani 529 Buruh Tani 215 PNS 14 Polri 6 TNI 4 Dagang 64 Tukang 54 Industri 4 Lainnya 16 Total 902 Melihat tabel di atas dari berbagai macam pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ngunut untuk menunjang perekonomian, yang sangat mendominasi adalah sebagai petani. 6. Tingkat Pendidikan Penduduk Penduduk di Desa Ngunut sangat memperhatikan pendidikan untuk masa depan anak-anaknya. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk usia sekolah yang berhasil menyelesaikan pendidikan sampai taraf SMU dan kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi (D2 dan S1) dan pendidikan yang bersifat 66 Dokumen Profil Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

keagamaan, yaitu pendidikan di pesantren, adapun klasifikasi penduduk menurut pendidikan adalah sebagai berikut : 67 Tabel 3.3 Rincian Tingkat Pendidikan Penduduk No Pendidikan Jumlah (orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Belum Sekolah 791 Belum Masuk TK 187 Sekolah SD tetapi tidak tamat 660 Tidak sekolah 113 Taman kanak-kanak 264 Sekolah 361 Tamat SD 906 Tamat SMP 448 Tamat SMA 236 D2 67 D3 38 S1 41 S2 4 Total 4116 7. Jumlah Sarana Desa Ngunut Untuk menunjang dan mempermudah sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. Di Desa Ngunut telah ada sarana-sarana sebagai fasilitas umum. Berikut ini merupakan data yang di peroleh Desa Ngunut mengenai sarana sosial yang ada di Desa Ngunut diantaranya adalah : 68 67 Dokumen Profil Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro 68 Dokumen Profil Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro

Table 3.4 Rincian Jumlah Sarana Sosial No Jenis Sarana Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 Masjid Musholla TK SD SMP Pesantren TPQ 1 3 2 1 1 1 1 Total 10 B. Praktek Gadai Ngaplek Di Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro 1. Sejarah Gadai Ngaplek Gadai ngaplek berasal dari kata bahasa jawa yaitu ngaplek yang mempunyai arti mengambil sebidang tanah milik orang lain untuk dikelolahnya, pada dasarnya gadai ngaplek itu sama dengan gadai yang biasa dilakakukan diluar sana dalam transaksi gadai ngaplek dan gadai yang lainya itu sama-sama memberikan jaminan sebagai penguat utang, akan tetapi ada pula perbedaan atara keduannya dalam gadai ngaplek tanah yang dijadikan jaminan adalah tanah sawah yang sudah ditanami oleh tanaman sedangkan pada gadai biasannya cukup tanah sawah saja tanpa adanya tanaman, selain itu pada gadai ngaplek juga rahin baru boleh mengambil sertifikat tanah yang dipegang oleh murtahin apabila sudah berjalan 1 tahun sedangkan pada gadai yang lain rahin boleh

mengambil kapanpun sertifikad tanahnya kepada murtahin apabila rahin sudah merasa mampu untuk menebus tanah sawah tersebut. Akan tetapi pada gadai ngaplek ini rahin tidak perlu mengembalikan uang murtahin apabila mengambil surat atas tanah sawah tersebut. Praktek gadai ngaplek di Desa Ngunut melibatkan dua pihak yaitu pihak rahin dan murtahin. Gadai merupakan bisnis yang bersifat lebih individual dan tidak dilakukan secara berkelompok. Dalam proses penggadaian ini semuannya dilakukan seorang diri. Orang yang berharap pinjaman cukup dengan berhadapan dengan seorang pemberi pinjaman yang telah memenuhi berbagai macam persyaratan yang telah di ajukan oleh si murtahin. 69 Kebiasaan menggadaikan tanah sawah yang sudah di tanami tanaman serta tanpa mengembalikan uang atas jaminan yang biasa disebut sebagai gadai ngaplek yang terjadi di masyarakat Desa Ngunut sudah dilakukan turun temurun dan menjadi tradisi (adat). Gadai ini dilakukan ketika seorang membutuhkan uang dengan jumlah yang cukup besar dan dalam keadaan yang mendesak maka beberapa warga Desa Ngunut terpaksa melakukan transaksi gadai ngaplek. Pada realita yang ada masyarakat di Desa Ngunut mata pencahariannya adalah bertani dan harta yang paling berharga bagi mereka adalah tanah sawah maka sawah tersebut layak dan menarik untuk digadaikan. Karena sawah adalah salah satu barang jaminan yang bernilai tinggi dan dapat di ambil manfaatnya. 69 Ana, Wawancara, Bojonegoro, 24 maret 2015

Karena para murtahin tidak mau jika barang yang dijadikan jaminan tidak menguntungkan bagi mereka. 70 Gadai menurut pandangan masyarakat Desa Ngunut adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untun menggadaikan transaksi dengan menjaminkan barang untuk mendapatkan pinjaman uang untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan untuk mengembangkan usaha untuk di jadikan modal. Namun masyarakat di Desa Ngunut ini melakukan transaksi gadai tersebut dikarenakan adanya suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan tidak ada pilihan lagi selain menggadaikan tanah sawahnya. Menurut Supri gadai adalah menjadikan barang sebagai jaminan ketika kita ingin berhutang dalam keadaan yang sangat mendesak dan tidak ada lagi orang yang bisa di hutangi, maka dengan cara gadai orang tersebut biasa membayar hutang dengan menyerahkan barang berharganya untuk dijadikan sebagai jaminan. Masyarakat di desa ini sampai sekarang masih banyak yang menggunakan praktik gadai ngaplek, yaitu sawah yang dijadikan barang jaminan harus sudah ditanami tanaman. 71 Sedangkan menurut Umriyah gadai itu adalah dimana kita menjaminkan barang yang bisa diambil manfaatnya karena akan ditukar dengan uang kepada murtahin. Ibu Umriyah disini melakukan gadai tersebut karena beliau membutuhkan uang dan tidak ada pinjaman pada waktu itu. Berhubung 70 Sudirman, Wawancara, Bojonegoro, 25 Maret 2015 71 Supri, Wawancara, Bojonegoro, 25 Maret 2015.

sudah dihadapkan dengan keadaan yang sangat mendadak maka ibu ini terpaksa menggadaikan sawah yang sudah ditanami padi yang masih berumur 1 bulan kepada pegadai untuk membayar hutang. 72 2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gadai Ngaplek di Desa Ngunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Tingkat ekonomi masyarakat terkadang tidak sama dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Desa Ngunut adalah desa dimana beberapa warganya masih dibilang tingkat pendapatan ekonominya masih kelas menengah kebawah, sehingga ada petani yang harus rela menggadaikan sawah yang sudah di tanamam padi dan lain sebagainya kepada pegadai untuk melanjutkan hidup atau memenuhi kebutuhan sehari-harinya, seperti : a. Faktor kebutuhan untuk biaya pendidikan anak anaknya yang meneruskan pendidikan di perguruan tinggi diluar kota. b. Untuk membayar hutang yang sudah menumpuk kepada para pedagang yang melayani kebutuhan sehari hari mereka, sementara mereka tidak dapat membayarnya secara tunai dan lain sebagainya. 73 3. Proses Praktik Gadai Ngaplek Dalam praktik Gadai ngaplek yang terjadi di Desa Nunut Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro yaitu sebelum terjadi 72 Umriyah, Wawancara, Bojonegoro, 25 Maret 2015. 73 Sari, Wawancara, Bojonegoro, 25 Maret 2015.

kesepakatan transaksi gadai, rahin terlebih dahulu memberi tahu besarnya uang yang akan dipinjam dan menawarkan sawah yang akan dijadikannya barang jaminan kepada murtahin, murtahin menanyakan luas lahan sawah yang akan dijadikan sebagai jaminan atas utangnya kepada rahin setelah itu rahin dan murtahin berdiskusi mengenai sejumlah uang yang akan diberikan. Biasanya dimulai dari tawaran terkecil misalnya rahin meminta uang sejumlah 8.000.000 maka murtahin biasanya menawar setengah dari harga yang ditawarkan oleh rahin sekitar 4.000.000 5.500.000 sebelum murtahin menawar sawah yang di jadikan jaminan terlebih dahulu melihat tanaman apa yang ditanam di sawah itu (padi, jagung, kacang) dan luas sawahnya, setelah itu di buatlah kesepakatan antara rahin dan murtahin. Kebiasaan yang terjadi di masyarakat Ngunut adalah sebelum rahin merasa cocok dengan jumlah uang yang ditawarkan oleh murtahin biasanya rahin terlebih dahulu menawarkan kepada calon murtahin yang lain. Setelah menawarkan ke beberapa orang maka rahin biasanya memilih mana yang kiranya tawarannya lebih tinggi. 74 Dalam keadaan terdesak rahin mau menerima tawaran dari murtahin, meskipun penawaran dari si murtahin tersebut tidak sesuai dengan dengan keinginan pihak rahin, yang penting kebutuhan dapat 74 Kariman, Wawancara, Bojonegoro, 25 Maret 2015.

terpenuhi. Sebelum terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, murtahin mengajukan beberapa persyaratan kepada rahin. Tanah sawah yang dijadikan jaminan adalah tanah sawah yang sudah ditanami tanaman (padi,kacang, jagung), dan hasil dari tanaman tersebut sepenuhnya dikuasai oleh murtahin. Selain itu murtahin juga menjelaskan bahwa setelah 1 tahun masa pemberian barang jaminan itu, maka si rahin boleh mengambilkembali sertifikat tanah sawah itu dari penerima gadai, dan dapat kembali mengelolah tanah sawah tersebut, selain itu si pemberi gadai tidak perlu mengembalikan uang yang telah di berikan oleh rahin sebelumnya. 75 Setelah itu terjadi ke sepakatan antara kedua belah pihak kemudian si rahin menerima sejumlah uang yang dipinjam dari si murtahin, begitu pula si murtahin menerima sertifikat sawah yang di jadikan barang jaminnannya. 4. Proses Penyerahan Barang Gadai Proses penyerahan barang gadai adalah proses dimana si rahinmemberikan sertifikat sawah tersebut kepada si murtahin setelah terlaksanannya kesepakatan transaksi gadai ngaplek. Penyerahan barang jaminan hanya sekedar memberikan sertifikat serta ucapan yang langsung disampaikan oleh si murtahin kepada si murtahin, seperti: 75 Yunus, Wawancara, Bojonegoro, 25 Maret 2015.

aku utang duwek e sekian lan tanah sawah ku ndek daerah kedol luas e sak mene seng tak dadikno jaminan, nag awakmu gawe gadai ngaplek Dan si murtahin menjawab iki duek e, lan tak trimo barang jaminan seng mbok gawe gadai gadai ngaplek. Dan arti dari percakapan di atas yaitu saya utang uang kamu sekian dan saya jadikan jaminan tanah sawah diwilayah Utara dengan luas sekian, kepada kamu sebagai gadai ngaplek. Dan si murtahin membalas dengan ucapan ini uangnya, dan saya terima barang jaminanmu segai gadai ngaplek. Dengan tidak menyertakan saksi atau catatan-catatan yang berkaitan dengan penyerahan barang gadai. 76 Setelah terjadinya kesepakatan diantara kedua belah pihak baik rahin ataupun murtahin melanjutkan pengelolahan tanah sawah yang dijadikan jaminan oleh rahin, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dijadikan sebagai barang jaminan adalah tanah sawah yang sudah ditanami tanaman seperti jagung, padi, kacang, maka tugas murtahinadalah melanjutkan tugas rahin yaitu merawat atau mengelolah tanaman yang ditanam di tanah sawah yang dijadikan jaminan tersebut hingga masa panen raya tiba. Apabila masa panen sudah tiba maka murtahin tidak memberikan hasil dari panennya pada rahin, walaupun yang 76 Wahidin, Wawancara, Bojonegoro, 28 Maret 2015.

menenam tanaman tersebut adalah rahin akan tetapi seluruh hasil dari panen raya tersebut diambil atau dikuasai sepenuhnya oleh murtahin. Selain itu murtahin masih bisa menanam tanaman di tanah sawah yang dijadikan jaminan itu lagi hingga 2 kali masa panen raya, setelah itu rahin baru boleh mengambil kembali tanah sawah yang dijadikan jaminnan tersebut tanpa mengembalikan uang murtahin. Setelah berlangsung lama transaksi gadai ngaplek ini biasanya memunculkan masalah seperti hasil dari panen raya tanaman yang ditanami oleh rahin itu hasilnya bisa lebih besar atau lebih kecil dari uang yang diberikan oleh murtahin. 5. Pendapat Tokoh Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Barang Gadai Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa di desa Bangsah terdapat gadai yang berobyekan lahan pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut maka pemanfaatan lahan pertanian yang dijadikan jaminan adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan dan mengambil hasilnya dari lahan pertanian tersebut. b. Harus ditanami dengan tanaman-tanaman yang dapat diambil hasilnya dari lahan pertanian yang digadaikan adalah: tanaman padi yang mana biasa ditanami rata-rata 3x dalam setahun yang mana hasilnya bisa disimpan sendiri dirumah atau djual sebagai kebutuhan hidup sehari hari.

c. Tanaman kacang ijo, jagung, padi, kacang dan lain sebgainya, dengan melihat manfaat dan hasilnya maka murtahin lebih tertarik untuk memberikan hutang dengan jaminan yang berupa tanah untuk diambil manfaatnya karena hasil itu cukup dan memuaskan. Menurut salah satu ulama Desa Ngunut, K. Saiful Mugni berpendapat bahwa tidak boleh murtahin memenfaatkan barang yang dijadikan jaminan, hal ini disebabkan status barang tersebut hanya sebagai jaminan dan sebagai amanat bagi penerimannya. Hak murtahin terhadap barang tersebut hanya pada keadaan atau sifat kebendaannya yang mempunyai nilai, tetapi tidak pada guna pemanfaatan atau pemungutan hasil, menanggapi permasalahan di Desa Ngunut tersebut K. Saiful Mugni berpendapat bahawa pemanfaatan barang jaminan tidak sah hukumnya karena praktek gadai ngaplek tersebut terdapat unsure riba karena murtahin sengaja mengambil keuntungan dari barang jaminan tersebut. 77 Sedangkan menurut pendapat KH>. Mansyur apabila pegadai mensyaratkan bahwa hasil dari barang yang digadaikan itu untuk murtahin, maka hal ini tidak dilarang. Karena murtahin sudah di berikan ijin oleh pegadai untuk mengelolah tansah sawsah tersebut. 78 77 Saiful Mugni, Wawancara, Bojonegoro, 29 Maret 2015. 78 Mansyur, Wawancara, Bojonegoro, 29 Maret 2010.