PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII.B SMP PGRI PEKANBARU

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII I SMPN 4 MANDAU DURI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

ABSTRAK

1130 ISSN:

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

Wirma Niasari *), Susda Heleni, Titi Solfitri **) Keyword : Cooperative Learning, Two Stay Two Stray, Learning Achievement

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

KAJIAN KESULITAN MAHASISWA TERHADAP MATA KULIAH STATISTIKA ELEMENTER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 025 BAGANSIAPIAPI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III SD Negeri

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Astri Wahyuni. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR

Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Islam As- Shofa Pekanbaru

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII a SMP N 2 CERENTI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK DUA TINGGAL DUA TAMU

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Bima Albert*

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Oleh: Marfi Ario Susda Heleni Jalinus

Bima Firmantara, Armis, Syarifah Nur Siregar ,

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

Tatik Lestari, Syofni, Kartini No Hp :

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki multi peran sehingga menciptakan kondisi belajar mengajar yang

Ira Budayani Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

Restu Putri Islami* Syofni ** Putri Yuanita ***

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research, yaitu satu action research yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas merupakan langkah-langkah sistematis

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

Charlina Ribut Dwi Anggraini

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal classroom action research.

PENGGUNAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN

Anita Lidya Hastuti Nauli*) Armis**) Titi Solfitri ***)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

Ririn Budiarti*) Susda Heleni**) Syarifah Nur Siregar**)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih

Indah Purnama *) Kartini dan Susda Heleni **) Progam Studi Pendidikan Matematika FKIP UR HP :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

Yusra Guru Matematika SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB tahun pelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. perbaikan dalam berbagai aspek. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

Luwis Subi Widyaningsih, S.Pd, MM* ABSTRAKSI

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 1 MTs NEGERI ENOK Habibullah a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR email: habibullah_math@yahoo.co.id b,c Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR email: zetri.lita@gmail.com email: rabdurrahman10@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ditinjau dari aktivitas guru dan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS terhadap siswa kelas VIII 1 MTs Negeri Enok tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 28 orang siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan dengan kemampuan heterogen. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik pengamatan dan teknik tes. Teknik pengamatan dilakukan dengan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan teknik tes dilakukan melalui ulangan harian pada setiap siklus yang dianalisis secara kuantitatif dengan analisis ketuntasan belajar dan analisis rata-rata dengan membandingkan skor sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VIII 1 MTs Negeri Enok. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari 15 siswa (53,57%) pada skor dasar menjadi 18 siswa (64,29%) pada ulangan harian I kemudian meningkat menjadi 20 siswa (71,43%) pada ulangan harian II. Selain itu, nilai rata-rata siswa pada skor dasar yaitu 68,21 meningkat pada ulangan harian I menjadi 70,96 kemudian meningkat pada ulangan harian II menjadi 76,36. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII 1 MTs Negeri Enok tahun pelajaran 2012/2013. Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, TSTS, Hasil Belajar Matematika Pendahuluan Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses belajar yaitu melalui pendidikan. Pendidikan saat ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang menuntut pemahaman peserta didik yaitu matematika. Pemahaman yang dimaksud bukanlah pemahaman dalam arti sempit yaitu menghafal materi pelajaran, namun pemahaman dalam arti luas yaitu lebih AKSIOMATIK 166

cenderung menekankan pada kegiatan proses pembelajaran yang meliputi menemukan konsep, menafsirkan dan lain sebagainya serta peserta didik dituntut untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Permendiknas Nomor 20, 2007: 108). Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang termuat dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 menyatakan bahwa pelajaran matematika merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh peserta didik. Maka sudah seharusnya pembelajaran matematika mendapat perhatian yang serius agar kualitas pembelajaran matematika dapat meningkat. Namun, pada kenyataannya berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru matematika MTs Negeri Enok pada bulan Agustus 2012 diperoleh informasi bahwa: (1) Hasil belajar matematika siswa di kelas VIII 1 masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah untuk pelajaran matematika yaitu 75. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa pada materi pokok Faktorisasi Suku Aljabar yang mencapai KKM hanya 64,29% atau sekitar 18 orang siswa; (2) Pada saat proses pembelajaran di dalam kelas hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dan memberikan respon positif jika guru memberikan pertanyaan; (3) Masih banyak siswa yang takut untuk bertanya apabila mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VIII 1 MTs Negeri Enok terhadap proses pembelajaran pada materi pokok Faktorisasi Suku Aljabar masih terpusat pada guru. Dari awal hingga akhir pertemuan guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, selanjutnya guru bertanya kepada siswa seputar materi yang telah dijelaskannya. Aktivitas siswa hanya mengikuti alur pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa menjadi tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan siswa kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru serta hanya sebagian siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan siswa yang lain hanya menunggu jawaban dari temannya. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran masih ada siswa yang AKSIOMATIK 167

berpindah-pindah ke tempat temannya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Namun guru juga tidak tinggal diam sehingga yang dilakukan guru yaitu memberikan arahan supaya siswa duduk dibangkunya masing-masing agar proses pembelajaran berlangsung baik. Dengan adanya gejala tersebut maka seorang guru harus bisa memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan model dan teknik yang tepat agar proses perpindahan siswa berdampak positif yaitu untuk memperoleh informasi dari teman-temannya. Sehubungan dengan hal di atas, maka proses pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif secara keseluruhan dalam mengemukakan pendapat serta mengkomunikasikan pemikirannya baik dengan guru, teman, maupun terhadap materi matematika itu sendiri. Salah satu alternatif pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS). Sebagaimana yang dikatakan Hamdani (2011: 30) pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Sementara itu, Spencer Kagan dalam Anita (2008:61) mengatakan bahwa struktur TSTS memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatankegiatan individu. Siswa bekarja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Diharapkan dengan siswa mencari informasi dari kelompok lain, maka akan memperoleh banyak manfaat dan membantu siswa berkomunikasi, mencerna, serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa dalam belajar matematika. Dengan adanya perbaikan proses pembelajaran tersebut maka diharapkan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII 1 MTs Negeri Enok pada semester genap T.P 2012/2013 melalui penerapan AKSIOMATIK 168

pembelajaran kooperatif teknik TSTS pada materi pokok lingkaran. Metode Penelitian Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 1 MTs Negeri Enok tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 28 yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan yang berkemampuan heterogen. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pelaksanaan pembelajaran dan satu kali pelaksanaan ulangan harian. Setiap siklus memiliki 4 tahap yaitu: (1) Perencanaan, yaitu menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), mempersiapkan tes hasil belajar dan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa; (2) Pelaksanaan, yaitu dilakukan oleh guru secara terstruktur sesuai dengan RPP yang terdiri dari: (a) kegiatan awal, yaitu mengucapkan salam, menyampaikan judul materi, tujuan pembelajaran, dan apersepsi serta memotivasi siswa; (b) kegiatan inti, yaitu terdiri dari ekplorasi: menyampaikan informasi dan bertanya jawab seputar materi yang dipelajari, elaborasi: penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS, konfirmasi: bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui serta memberikan motivasi kepada yang kurang atau belum berpartisipasi aktif; (c) kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan materi, memberikan penghargaan, tes pemahaman individu, pekerjaan rumah, dan miminta untuk mempelajari materi selanjutnya; (3) Pengamatan, dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa, interaksi dan kemajuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengamati pelaksanaan tindakan berupa penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS; (4) Refleksi, yaitu kegiatan dimana guru dan peneliti merenungkan atas dampak terhadap apa yang dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai pencerminan terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Tahapan ini juga bertujuan untuk mengkaji, melihat atas hasil atau dampak dari suatu tindakan sehingga sangat penting untuk pelaksanaan siklus atau tahapan selanjutnya Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif, yakni dengan menjelaskan aktivitas yang sudah sesuai maupun yang belum sesuai selama proses pembelajaran. Sedangkan ketuntasan belajar matematika siswa dianalisis AKSIOMATIK 169

dengan menghitung ketuntasan individu dan persentase ketuntasan klasikal. KI = SS x 100 (Sri, 2009: 5) SM KK = JST JS x 100% Keterangan: KI = Ketuntasan Indvidu SS = Skor Siswa SM = Skor Maksimal KK = Persentase Ketuntasan klasikal JST = Jumlah siswa yang tuntas JS = Jumlah siswa seluruhnya Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini dilihat juga dari ratarata. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah: X = x i (Sudjana, 2001: 67) n Keterangan: X = Rata-rata x i = Jumlah tiap data n = Banyak data Hasil dan Pembahasan Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah data hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta data keberhasilan tindakan dalam dua siklus selama penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS. Hasil analisis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Siklus I Pada kegiatan awal guru memulai proses pembelajaran dengan mengkondisikan siswa terlebih dahulu agar tenang dan siap untuk mengikuti pelajaran. Namun pada pertemuan pertama guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi. Akan tetapi pada dua pertemuan selanjutnya guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi terhadap materi yang akan dipelajari walaupun dalam penyampaiannya guru belum optimal. Artinya guru belum bisa menyampaikan secara jelas kepada siswa tentang keterkaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian guru memberikan motivasi dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari seperti permukaan bulan dan jam dinding. Selanjutnya pada kegiatan inti guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar. Hal ini karena pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran kooperatif teknik TSTS. Akan tetapi, pada pertemuan pertama siswa masih bingung dalam dalam melakukan perpindahan ke kelompok lain akibatnya terjadi kegaduhan di dalam kelas. Hal ini disebabkan karena guru tidak menyampaikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya ketika siswa mencocokkan antara hasil temuan mereka dari kelompok lain dengan hasil diskusi mereka di dalam kelompoknya sendiri, pada pertemuan pertama guru hanya AKSIOMATIK 170

mengamati tetapi tidak membimbing siswa sehingga masih terlihat ada beberapa siswa yang tidak terlibat aktif dalam bekerja sama, namun pada dua pertemuan selanjutnya guru sudah melakukan perbaikan yaitu dengan mengamati dan membimbing setiap kelompok secara bergantian ketika mereka membahas hasil diskusinya. Kemudian pada saat kegiatan penyajian hasil kerja kelompok, pada pertemuan pertama dan kedua siswa masih terlihat takut dan malu-malu ketika diminta oleh guru untuk maju menjadi perwakilan kelompoknya. Sedangkan pada kegiatan akhir guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, namun pada pertemuan pertama guru tidak memberikan tes pemahaman dan PR. Tetapi pada pertemuan kedua guru sudah memberikan PR berupa soal-soal yang ada di dalam LKS siswa, sedangkan pada pertemuan ketiga guru sudah bisa memberikan tes pemahaman dan memberikan beberapa soal untuk dijadikan PR. Kemudian guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Siklus II Pada kegiatan awal proses pembelajaran dimulai dengan guru mengkondisikan siswa terlebih dahulu agar siap untuk mengikuti pelajaran. Kemudian pada saat menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi, guru sudah bisa menyampaikannya sesuai dengan yang di harapkan, yaitu dengan menjelaskan keterkaitan antara materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian pada pertemuan kelima untuk membangkitkan motivasi belajar siswa guru memberikan hadiah kepada siswa dan kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi, hal ini menyebabkan dari pertemuan kelima sampai ketujuh siswa terlihat berlombalomba untuk menjadi kelompok terbaik. Selanjutnya pada kegiatan inti dipertemuan kelima sampai ketujuh guru dan siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran kooperatif teknik TSTS sehingga siswa sudah bisa mengkondisikan diri mereka agar tidak terjadi kegaduhan lagi di dalam kelas. Kemudian pada pertemuan kelima ketika siswa berdiskusi di dalam kelompok gabungan terlihat masih ada siswa yang bercerita dan hanya diam melihat temannya bekerja, tetapi pada dua pertemuan selanjutnya guru memperbaiki hal tersebut dengan mengingatkan dengan tegas kepada semua siswa agar menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. Kemudian pada saat kegiatan penyajian hasil kerja kelompok, siswa terlihat bersemangat dan berlombalomba untuk dapat maju menjadi perwakilan kelompoknya. Sedangkan AKSIOMATIK 171

pada kegiatan akhir guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, namun pada pertemuan kelima guru tidak memberikan tes pemahaman karena kekurangan waktu dalam proses pembelajaran. Akan tetapi pada dua pertemuan selanjutnya guru sudah memberikan tes pemahaman yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari serta memberikan beberapa soal untuk dijadikan PR. Sebelum menutup pelajaran guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas guru dan siswa cenderung mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Proses pembelajaran pada siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan proses pembelajaran pada siklus I. Sedangkan analisis keberhasilan tindakan pada siklus I dan II dalam penelitian ini dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar matematika siswa. Tabel 1. Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Hasil Belajar Matematika Siswa Skor Ulangan Ulangan Dasar Harian I Harian II Jumlah siswa yang tuntas 15 18 20 % Jumlah siswa yang tuntas 53,57 64,29 71,43 Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas selalu meningkat pada setiap siklusnya. Dari skor dasar ke ulangan harian I terjadi peningkatan sebanyak 3 orang siswa atau sekitar 10,71%, sedangkan dari ulangan harian I ke ulangan harian II terjadi peningkatan sebanyak 2 orang siswa atau sekitar 7,14%. Peningkatan jumlah siswa yang tuntas ini menunjukkan terjadinya perubahan yang baik pada setiap evaluasi yang dilaksanakan. Selain itu, peningkatan hasil belajar siswa juga dapat dilihat dengan menggunakan analisis rata-rata hasil belajar matematika siswa. Tabel 2. Rata-rata Hasil Belajar Matematika Siswa pada skor Dasar, Ulangan Harian I, dan Ulangan Harian II Nilai Skor Dasar Ulangan Harian I Ulangan Harian II Rata-rata 68,21 70,96 76,36 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari skor dasar ke ulangan harian I dan ulangan harian II. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari skor dasar ke ulangan harian I yaitu 2,75 sedangkan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari ulangan harian I ke ulangan harian II yaitu 5,4. Dengan demikian terjadi AKSIOMATIK 172

peningkatan terhadap hasil belajar siswa pada setiap evaluasi yang dilaksanakan. Kemudian, peningkatan hasil belajar matematika siswa juga dapat dilihat dari nilai perkembangan dan kriteria penghargaan kelompok yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi pada setiap siklusnya. Tabel 3. Nilai Perkembangan Siswa pada Siklus I dan Siklus II Nilai Siklus I Siklus II perkembangan Jumlah siswa Persentase (%) Jumlah siswa Persentase (%) 5 6 21,43 7 25 10 6 21,43 4 14,29 20 14 50 5 17,86 30 2 7,14 12 42,86 Tabel 4. Penghargaan Kelompok pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Kelompok Skor Penghargaan Skor Penghargaan Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok I 10 BAIK 23,75 HEBAT II 22,5 HEBAT 10 BAIK III 13,75 BAIK 20 HEBAT IV 16,25 HEBAT 21,25 HEBAT V 20 HEBAT 27,5 SUPER VI 16,25 HEBAT 12,5 BAIK VII 8,75 BAIK 18,75 HEBAT Dengan adanya perbaikanperbaikan yang terjadi dari aktivitas guru dan siswa maupun peningkatan hasil belajar siswa sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik TSTS merupakan salah satu alternatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan membangun komunikasi dan interaksi yang baik antara guru dan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2010: 57) mengatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Jadi, analisis ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yaitu penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII1 MTs Negeri Enok pada materi pokok lingkaran. AKSIOMATIK 173

Dalam pelaksanaan tindakan pada penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan-kelemahan baik yang dialami oleh guru, siswa, maupun peneliti/pengamat sendiri. Pada pelaksanaan tindakan guru belum bisa mengatur waktu dengan baik sehingga terkadang tidak semua kegiatan yang ada di RPP dapat terlaksana. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian jika dilihat dari sisi siswa, mereka belum bisa mengkondisikan diri dengan baik sehingga pada saat melakukan perpindahan baik ke dalam kelompok asal maupun ke dalam kelompok gabungan terjadi kegaduhan dan keributan di dalam kelas. Sedangkan dari peneliti/pengamat sendiri mengalami kesulitan dalam menguraikan hasil pengamatan pada lembar pengamatan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII1 MTs Negeri Enok. Daftar Pustaka Anita Lie. (2008). Cooperative learning. Jakarta: Grasindo. BSNP. (2007). Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan. Jakarta: BSNP. Hamdani. (2011). Strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Sri Rezeki. (2009). Analisis data dalam penelitian tindakan kelas. Makalah, disajikan dalam Seminar Pendidikan Matematika Guru SD/SMP/SMA se-riau. Diselenggarakan Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Tanggal 7 November tahun 2009. Sudjana. (2001). Metoda statistika. Bandung: PT. Tarsito Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. AKSIOMATIK 174