PREVALENSI DAN POLA RESITENSI BAKTERI BATANG GRAM NEGATIF PENGHASIL EXTENDED SPECTRUM BETALACTAMASE

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif. yang normalnya hidup sebagai flora normal di sistem

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

DISTRIBUSI DAN POLA KEPEKAANENTEROBACTERIACEAE DARI SPESIMEN URIN DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE JANUARI JUNI 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

[ IDENTIFIKASI BAKTERI BATANG GRAM

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

: NATALIA RASTA MALEM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANGKA KEJADIAN KLEBSIELLA PNEUMONIAE PENYANDI KLEBSIELLA PNEUMONIAE CARBAPENEMASE PADA PASIEN INFEKSI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK BAKTERI EXTENDED SPECTRUM BETA LAKTAMASES-PRODUCING ESCHERICHIA COLI

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

Beberapa Faktor Resiko pada Pasien dengan Infeksi oleh E. coli dan K. pneumoniae Penghasil ESBL di RSUP H. Adam Malik Medan

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB I PENDAHULUAN. baik di Indonesia maupun di dunia, hal ini terjadi karena penggunaan antibiotik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Maya Savira* Keywords: Extended spectrum beta lactamases, MacConkey, cefpodoxim, Mueller-Hinton, ChromID TM ESBL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR RISIKO TERKAIT PERAWATAN MEDIS INFEKSI OLEH BAKTERI PENGHASIL EXTENDED-SPECTRUM BETA-LACTAMASE (ESBL) DI RSUP DR.

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

POLA KUMAN PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INTENSIF. RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.

GAMBARAN POPULASI BAKTERI PADA CHEST PIECE STETOSKOP DI RUANGAN ICU DAN HCU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP MEROPENEM

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

Pasien kritis adalah pasien dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

Arcci Pradessatama. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Indonesia, Salemba Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

3. METODOLOGI PENELITIAN

Sensitivitas Salmonella typhi terhadap Kloramfenikol dan Seftriakson di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

Kata kunci : ICU, pola kepekaan, pola mikroba, pola kuman, antibiotik

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum

25 Universitas Indonesia

Transkripsi:

PREVALENSI DAN POLA RESITENSI BAKTERI BATANG GRAM NEGATIF PENGHASIL EXTENDED SPECTRUM BETALACTAMASE (ESBL) DARI ISOLAT PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG INTENSIVE CARE UNITS RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU Aryn Virgianti Rafiqo 1), Maya Savira 2), Dimas Pramita Nugraha 3) ABSTRACT Nosocomial infection or hospital s infection is an infection which is obtained during the treatment in the hospital where the disease of this kind of infection is not the main cause of the patient for being hospitalized and the patient is not in an incubation period of infectious diseases. A descriptive research has been done during October 2011 until January 2012 in order to detect negative-gram bacteria that produced Extended Spectrum Betalactamase (ESBL) and resistance pattern on patient who has been treated in the ICU room of Arifin Achmad general hospital. Multi-resistance antibiotic has been found a lot in isolates of negative-gram rod bacteria. It was 6 negative-gram bacteria produced ESBL have been found in isolates of sputum and urine which is Klebsiella sp as much as 57.1%. Those isolates which are mentioned before were sensitive to the antibiotic meropenem, chloramphenicol, and amikacin. Keywords: nosocomial infection, Intensive Care Units, bacilli negative-gram bacteria, extended spectrum beta-lactamase PENDAHULUAN Infeksi nosokomial atau infeksi rumah sakit adalah infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit dimana penyakit infeksi ini tidak diderita pada waktu masuk rumah sakit dan penderita tidak berada dalam masa inkubasi suatu penyakit infeksi. Infeksi nosokomial merupakan penyakit infeksi yang pertama muncul dalam waktu setelah 2 x 24 jam sejak masuk rumah sakit. 1 Infeksi nosokomial lebih sering terjadi di ruang Intensive Care Units dibandingkan pasien rawat inap biasa. Hal ini dikarenakan umumnya pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang cenderung dalam kondisi yang tidak stabil, maka kebersihan pasien yang dirawat, peralatan medis yang digunakan, serta lingkungan yang kontak dengan pasien harus dipertahankan dalam keadaan steril. Apabila aspek ini tidak terpenuhi akan menyebabkan kerugian pada pasien seperti, biaya perawatan yang cukup besar, lama perawatan bertambah dan meningkatkan morbiditas serta mortalitas. Pasien-pasien yang terinfeksi oleh bakteri yang resisten umumnya akan menimbulkan dampak yang buruk sehingga terpaksa harus dirawat lebih lama di rumah sakit daripada pasien penderita infeksi lainnya. 2 Pada umumnya infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri gram negatif. Sebagian dari bakteri gram negatif memiliki karakteristik sebagai bakteri batang Gram negatif penghasil Extended Spectrum Beta-lactamase (ESBL). Pada umumnya infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri gram negatif. Sebagian dari bakteri gram negatif memiliki karakteristik sebagai bakteri batang gram-negatif penghasil ESBL. Extended Spectrum Beta-lactamase (ESBL) merupakan

suatu enzim yang dapat menghidrolisis dan menginaktivasi berbagai cincin betalaktam pada antibiotik golongan betalaktam termasuk sefalosporin terutama sefalosporin berspektrum luas (sefalosporin generasi III dan IV). Enzim ini juga dapat menginaktivasi antibiotik golongan penisilin dan monobaktam.2,3 Pada penelitian Dasgupta Rubin dkk pada awal tahun 2012 dari 193 sampel dari ruangan ICU dan ruang penyakit dalam didapatkan 80 isolat yang positif ESBL yaitu Klebsiella sp (86,1%) dan Escherichia coli (70,4%). 4 Pada penelitian ini Klebsiella sp paling banyak ditemukan pada isolat sputum yaitu pada pasien yang menggunakan Endotracheal tube (ETT). 4 Penelitian lainnya yaitu di Indonesia pada tahun 2005 di RS Dr. Soetomo, ditemukan Klebsiella pneumoniae (36%) dan E.coli (29%) dan yang teridentifikasi menghasilkan ESBL. 2 Pada penelitian yang dilakukan Mulyani pada pasien pengguna kateter di bangsal bedah dan ruang perawatan intensif RSMS didapatkan Klebsiella sebagai penghasil ESBL terbanyak yaitu sebesar 78,9%. 5 Extended Spectrum Beta-lactamase (ESBL) banyak menimbulkan resistensi antibiotik di berbagai rumah sakit di seluruh dunia dan menjadi masalah besar dalam penanganan kasus infeksi termasuk di Indonesia, oleh karena itu bakteri ini penting untuk diidentifikasi secara cepat. 6 Jika suatu bakteri telah dinyatakan positif menghasilkan ESBL, maka seluruh antibiotik golongan penisilin, sefalosporin generasi III, dan monobaktam harus dilaporkan resisten walaupun hasilnya sensitif secara in vitro. 6 Pada saat ini belum ada penelitian mengenai bakteri Gram-negatif penghasil ESBL pada isolat darah, sputum dan urin pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau serta bagaimana pola resistensinya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi serta mengidentifikasi bakteri Gram-negatif penghasil ESBL dan pola resistensi pada pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif dengan yang akan menggambarkan prevalensi dan pola resistensi ESBL dari isolat (darah, sputum, dan urin) pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Populasi penelitian adalah semua pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dari Oktober 2011 sampai Januari 2012 yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu Pasien yang dirawat di ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dalam waktu lebih dari 2 x 24 jam, Isolat yang dirawat di ICU RSUD Arifin Achmad meliputi, sputum, darah, dan urin pada pasien yang telah dirawat lebih 2 x 24 jam. Pengambilan spesimen darah pada pasien yang tidak mengalami udema dan kolaps pembuluh darah. Pengambilan spesimen urin melalui selang kateter dan pengambilan spesimen sputum pada pasien yang menggunakan Endotracheal Tube (ETT). Isolat yang diambil akan dianalisis di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Langkah pertama, sampel akan diinokulasikan pada agar darah dan agar MacKonkey yang selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada inkubator. 7 Selanjutnya mengidentifikasi Klebsiella sp dengan melakukan pewarnaan gram dan uji reaksi biokimia. 7 Jika

hasil menunjukkan jenis bakteri batang gram-negatif yang dicurigai penghasil ESBL dilanjutkan uji resistensi dan skrining awal yang setelah diinkubasi dilanjutkan dengan uji konfirmasi fenotip dengan Double Disc Approximation Method (DAM). 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada isolat pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau didapatkan total sampel sebanyak 57 sampel yang terdiri dari 14 sampel darah, 16 sampel sputum, dan 27 sampel urin yang diperoleh dari 27 pasien. Setelah dilakukan kultur pada agar darah, agar MacKonkey dan pewarnaan gram pada isolat darah, sputum dan urin didapatkan 16 bakteri batang gram-negatif yang terdiri dari Klebsiella sp (37,5%), Enterobacter spp (12,5%), Pseudomonas aeruginosa (31,25%) dan Escherichia coli (18,75%). Gambar 1. Jumlah Bakteri Batang Gram-negatif pada Isolat Pasien yang Dirawat di Ruang ICU. Gambar 1 menunjukkan bahwa Klebsiella sp merupakan bakteri batang Gram-negatif yang paling banyak ditemukan terutama pada isolat sputum pasien. Hasil penelitian yang dilakukan sama dengan beberapa penelitian sebelumnya mengenai bakteri batang Gram-negatif penghasil ESBL yang ditemukan pada isolat darah, urin, dan sputum pada pasien di ruang ICU. Pada penelitian yang dilakukan Agno Prajariu di RSUP Dr. Kariadi Semarang, sistem pernafasan merupakan tempat yang banyak ditemukannya bakteri penghasil ESBL. 9 Berdasarkan Device- Associated Infection dilaporkan bahwa selama tahun 2002 hingga 2005 dilaporkan kejadian infeksi akibat penggunaan ventilator mencapai 41% dari semua kasus infeksi yang ada di ICU, 30 % kasus infeksi melalui aliran darah oleh penggunaan central venous catheter (CVC) dan 29% infeksi pada saluran kemih akibat penggunaan kateter. 7 Hal ini terjadi diduga karena kurangnya tindakan aseptik pada pemasangan alat, kurangnya perawatan sterilitas terhadap penggunaan Endotracheal tube (ETT), lamanya penggunaan ETT, maupun kontaminasi lingkungan yang kontak dengan pasien. 9,10 Pemasangan alat-alat jalan napas buatan mengakibatkan ludah jarang mengalami pergantian, hal ini menyebabkan peningkatan

sekresi mukus, menghambat fungsi fisiologis saluran napas bagian atas serta menurunkan kemampuan proteksi seperti batuk. Hal tersebut dapat menimbulkan kolonisasi bakteri di oropharing dan oral hygiene yang jelek. 11 Gambar 2. Persentase Bakteri Batang Gram-negatif Penghasil ESBL dan Non ESBL. Gambar 2 menunjukkan bahwa Klebsiella sp. sebagai penghasil ESBL terbanyak mencapai 25% (4 sampel). Plasmid dan kromosom adalah tempat gen yang mengontrol produksi betalaktamase sehingga mempermudah kemampuan gen ESBL pindah dari satu organisme ke organisme lain melalui mekanisme konjugasi dan hal ini dapat meningkatkan insidensi Klebsiella sp sebagai penyebab infeksi nosokomial. 12 Gambar 3. Persentase Skrining Awal Bakteri Batang Gram-negatif Penghasil ESBL.

Gambar 4. Persentase Uji Konfirmasi Fenotip Bakteri Batang Gram-negatif Penghasil ESBL. Pada gambar 3 dan gam 4 menunjukkan bahwa pada skrining awal dan uji konfirmasi fenotip dengan menggunakan Double Disc Approximation Method (DAM) Klebsiella sp merupakan bakteri batang gram-negatif penghasil ESBL yang paling banyak ditemukan. Resistensi antibiotik dapat terjadi akibat adanya destruksi atau inaktivasi antibiotik, perubahan pada organ target, berkurangnya permiabilitas dinding sel bakteri atau adanya blokade pada jalur masuk antibiotik, dan perubahan jalur metabolik bakteri. Resistensi ini biasanya terkait dengan adanya plasmid yang mengkode gen resistensi. 6,13 Resistensi antibiotik yang diperantarai oleh plasmid banyak ditemukan pada bakteri batang Gram negatif terutama dengan menghasilkan enzim yang mengubah dan menginaktivasi antibiotik misalnya ESBL yang dapat menghidrolisis sebagian besar antibiotik golongan beta-laktam. Enzim ini dilaporkan telah menyebar pada berbagai spesies bakteri batang Gram negatif. 6,14

Gambar 5. Pola Resistensi Bakteri Gram-negatif Penghasil ESBL yang Berasal dari Isolat Sputum Pasien yang Dirawat di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Keterangan: R=Resisten, I=Intermediet, S=Sensitif, AMP=Ampisilin, AMC=Amoksisilin-asam klavulanat, TZP=Piperasilin/Tazobaktam, AK=Amikasin, CTX=Sefotaksim, CRO=Seftriakson, CAZ=Seftazidim, FEP=Sefepim, LEV=Levofloksasin, MEM=Meropenem, TE=Tetrasiklin, CIP=Siprofloksasin, CN=Klorampenikol, SXT=Trimetroprim/Sulfametoksazol. Berdasarkan uji resistensi yang dilakukan pada bakteri batang gram-negatif penghasil ESBL yang berasal dari isolat sputum pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau didapatkan bahwa 5 isolat bakteri tersebut memiliki resistensi tinggi hampir pada semua antibiotik yang diujikan, khususnya pada antibiotik ampisilin, sefotaksim dan seftriakson masing-masing memiliki resistensi sebesar 100% serta isolat sensitif pada antibiotik meropenem dan amikasin (Gambar 5). Wahjono H dan Husada S et al melaporkan semua bakteri batang Gram negatif penghasil ESBL masih sensitif meropenem dan antibiotik tersebut dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri batang Gram negatif penghasil ESBL. Bahkan, antibiotik golongan karbapenem (meropenem, imipenem, dan ertapenem) merupakan antibiotik pilihan untuk mengatasi infeksi tersebut. 8,15. Pada penelitian Mulyani yang dilakukan di ruang bedah dan ruang perawatan intensif RSMS didapatkan pengguna sefotaksim dan seftazidim (sefalosporin generasi III) paling banyak pada pasien dengan Klebsiella sp. penghasil ESBL sebesar 26,3% yaitu 6,7% sensitif, 0% intermediet dan 93,3% resisten. 5 Penggunaan sefalosporin generasi III berhubungan dengan kejadian infeksi bakteri penghasil ESBL. 13

KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian kejadian prevalensi bakteri Gram-negatif penghasil ESBL pada isolat pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Arifin Arifin Achmad Provinsi Riau ditemukan terbanyak pada isolat sputum yaitu Klebsiella sp. mempunyai resistensi tinggi hampir pada semua antibiotik yang diujikan, khususnya pada antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu seftazidim dan sefotaksim. Persentase sensitifitas ESBL terhadap meropenem sebesar 100%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di ICU RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau,perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kepekaan antibiotik bakteri batang Gram negatif terutama bakteri batang Gram negatif penghasil ESBL dengan menggunakan metode yang berbeda, evaluasi lebih lanjut mengenai higienitas penggunaan Endotracheal tube (ETT) pada pasien yang dirawat di ruang Intensive care units, perlu rasionalisasi pemilihan antibiotik pada pasien yang di rawat diruangan ICU yaitu sebaiknya dilakukan uji kepekaan antibiotik sebelum terapi antibiotik diberikan., dan apabila bakteri batang Gram negatif penghasil ESBL telah terdeteksi pada isolat pasien sebaiknya antibiotik yang digunakan adalah golongan meropenem. DAFTAR PUSTAKA 1. Darmadi. Infeksi nosokomial problematika dan pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika; 2008. 2. Severin JA, Lestari ES, Kloezen W, Lemmens-den Toom N, Mertaniasih NM, Kuntaman K, et al.. Fecal carriage of extended Spectrum β Lactamase producing Enterobacteriaceae among patient and healthy person from Java, Indonesia. In: Lestari ES, Severin JA. Antimicrobial Resistance in Indonesia [Thesis]. Rotterdam: Erasmus MC University Medical Center; 2009. p. 219-34. 3. Clinical and laboratory standards institute (CLSI). Performance standards for antimicrobial susceptibility testing; twentieth informational supplement. CLSI document M100-S20. Wayne, PA: Clinical and Laboratory Standards Institute; 2010. 4. Rubin D, Rajendra S. Prevalence of extended spectrum B-lactamase producing Escherichia coli and Klebsiella isolated from various in patient department samples. In: international research journal of pharmacy. India : Department of Microbiology/Biotechnology, Baba Farid Institute of Technology; 2012. p.428-9 5. Mulyani NT, Anjarwati DU, Setiawati. Perbandingan sensitivitas ampisilin terhadap Klebsiella sp. penghasil extended spectrum B-lactamase (ESBL) dan non ESBL pada urin kateter. Purwokerto:Universitas Jenderal Soedirman; 2011. 6. Bradford PA, Dean CR. Resistance of gram negative bacilli to antimicrobial. In: Fong IW, Drlica K, editors. Antimicrobial resistance & implications for the Twenty-First Century. New York: Springer Science+Bussines Media, LLC; 2008. p. 97-159.

7. Rosenthal VD, G Dennis, Salomao R, Alvarez-Moreno Carlos, Mehta Yatin, Higuera F, et.al.. Device-associated infection rates in 55 intensive care units of 8 developing countries : for the international nosocomial infection control consortium. Annals of Internal Medicine; 2006: 582. 8. Dwiprahasto I. Kebiajakan untuk meminimalkan risiko terjadinya resistensi bakteri di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit. Dalam jurnal : Manajemen Pelayanan Kesehatan; 2005. p. 177. 9. Prajariu A, Firmanti SC, Isbandrio B. Infeksi oleh Bakteri Penghasil Extended spectrum beta-laktamase (ESBL) di RSUP DR. Kariadi Semarang: Faktor Risiko Terkait Penggunaan Antibiotik. [Artikel ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro. 2010 10. Bina Program RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Daftar Infeksi Nosokomial. Pekanbaru: RSUD Arifin Achmad. 2007-2009. 11. Amaral SM, De Queiroz Cortes A, Pires FR. 2009. Nosocomial Pneumonia:Importance of the oral environment. J. bras. Pneumol. Vol 35. No 11 12. Chaudhury U, Aggarwal R. Extended spectrum beta-lactamase (ESBL)-An emerging threat to clinical therapeutics. Indian J Med Microbiol 2004; 22:75-80. 13. Peleg AY, Hooper DC. Hospital-Acquired infection due to gram negative bacteria. N Engl J Med; 2010(362). p. 1804-13. 14. Sanguinetti M, Posteraro B, Spanu T, Ciccaglione D. Romano L, Fiori B. Characterization of Clinical Isolates of Enterobacteriaceae from Italy by the BD Phoenix Extended-Spectrum β Lactamase Detection Method. J. Clin Microbiol. 2003; 41(4): 1463-8 15. Wahjono H. Pidato pengukuhan peran mikrobiologi klinik pada penanganan penyakit infeksi. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007. p. 20-8.