ANALISA KEDATARAN GUIDE WAYS TERHADAP PENGARUH GERAK CARRIAGE PADA MESIN BUBUT G.D.W LZ 350 DENGAN ALAT UKUR DIGI- PAS DWL-200

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

MENGENAL PROSES PERMESINAN

Gambar 1. Kepala tetap, tampak spindel utam a mesin

M O D U L T UT O R I A L

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

MESIN BOR. Gambar Chamfer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN MAKALAH MESIN BUBUT, SEKRAP DAN FRAIS

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

PROSES PEMESINAN. Learning Outcomes. Outline Materi. Proses pada Bendakerja KLASIFIKASI PROSES PEMESINAN

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

DASAR DASAR PROSES PERMESINAN

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Dasar Dasar Proses Permesinan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

TUGAS MAKALAH TEKNOLOGI MEKANIK I PEMBUATAN RODA GIGI CACING

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

LAPORAN PRAKTEK PEMESINAN LANJUT. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Pemesinan Lanjut. Disusun Oleh :

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

A. Sejarah singkat mesin perkakas

Mesin Perkakas Konvensional

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUATAN POROS ALUMINIUM MENGGUNAKAN EMCO T.U CNC -2A SMKN2 PEKANBARU DENGAN ROUNDNESS TESTER MACHINE

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

PROSES PRODUKSI. Jenis-Jenis Mesin Bubut

2 1. Jenis Mesin bubut berdasarkan ukurnnya secara garis besar dibedakan menjadi:

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. bentuk poros transmisi horisontal dan poros transmisi. vertikal yang benar dan sesuai ukuran yang diinginkan.

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis :

c. besar c. besar Figure 1

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

CREATED BY: Fajri Ramadhan,Wanda Saputra dan Syahrul Rahmad

A. Mesin gergaji bolak-balik (Hacksaw-Machine) Mesin gergaji ini umumnya memiliki pisau gergaji dengan panjang antara 300 mm sampai 900 mm dengan

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK)

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BUKU 1 PROSES PEMESINAN (PENGANTAR) ALAN ANDIKA PRIYATAMA, M.Pd

BAB II LANDASAN TEORI

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Proses Gerinda. Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

Gambar I. 1 Mesin Bubut

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

2. Mesin Frais/Milling

BAB VI Mesin Shaping I

BAB I PROSES MANUFAKTUR

BAB III MESIN FRAIS. ( Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais

PENGUKURAN STATIS KETELITIAN GEOMETRIK MESIN BUBUT MAXIMAT V13 DI BENGKEL TEKNIK MESIN PNJ MENURUT REFERENSI

Gatot Setyono 1. 1Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PENGARUH SUDUT GARUK PAHAT BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

ANALISIS PENGARUH PUTARAN SPINDLE TERHADAP GAYA POTONG PADA MESIN BUBUT

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

BAB VI ELEMEN DASAR MESIN PERKAKAS

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

1 Teknik Pemesinan SMK PGRI 1 Ngawi Cerdas, Kreatif, Intelek dan Wirausahawan. By: Hoiri Efendi, S.Pd

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru,28293 Indonesia

Gambar 2.1. Mesin Bubut.

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal.

BAB III Mesin Milling I

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

MODUL PROSES PEMESINAN LANJUT

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

B A B I I LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN BAB II MESIN BUBUT

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

Transkripsi:

ANALISA KEDATARAN GUIDE WAYS TERHADAP PENGARUH GERAK CARRIAGE PADA MESIN BUBUT G.D.W LZ 350 DENGAN ALAT UKUR DIGI- PAS DWL-200 Muhammad Arif 1, Dodi Sofyan Arief 2, Syafri 3 Laboratorium Teknologi Produksi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1 arif_sennyo@yahoo.com, 2 dodidarul@yahoo.com, 3 prie_00m022@yahoo.com Abstract The lathe is a machine tool used to cut cylindrical workpieces. On the lathe, the direction of tailstock movement follows the surface contour board machine guide ways. If there is uniformity flatness on the bottom of the machine, it will affect the precision of the lathe. The purpose of this study is to determine and evaluate the flatness deviation value in guide ways of lathes GDW LZ 350. The method used is to measure the guide ways on a lathe using a measuring instrument digi-pas DWL-200, to obtain a deviation value as a reference process leveling machine pedestal. Results obtained from this study is a guide ways flatness deviation average value of 0,1 o, general flatness deviation occurs at both ends of the guide ways, the machine MB3 and MB4 flatness deviation occurs is not uniform between the guide way 1 and 2, it caused by the tilt position of guide ways. So loading guide ways only focused on one side only. Keywords : lathe, guide ways, flatness, pedestal 1. Pendahuluan Proses pemesinan adalah proses yang paling banyak dilakukan untuk menghasilkan suatu produk jadi yang berbahan baku logam. Proses pemesinan dengan menggunakan prinsip pemotongan logam dibagi dalam tiga kelompok dasar, yaitu : proses pemotongan dengan mesin press, proses pemotongan konvensional dengan mesin perkakas, dan proses pemotongan non konvensional. Proses pemotongan dengan menggunakan mesin pres meliputi pengguntingan (shearing), pengepresan (pressing) dan penarikan (drawing, elongating). Proses pemotongan konvensional dengan mesin perkakas meliputi proses bubut (turning), proses frais (milling), dan sekrap (shaping) [1]. Proses pemesinan dilakukan dengan cara memotong bagian benda kerja yang dengan menggunakan pahat (cutting tool), sehingga terbentuk permukaan benda kerja menjadi komponen yang dikehendaki. Pahat yang digunakan pada satu jenis mesin perkakas akan bergerak dengan gerakan yang relatif tertentu (berputar atau bergeser) disesuaikan dengan bentuk benda kerja yang akan dibuat [2]. Proses pemesinan dapat diklasifikasikan dalam dua klasifikasi besar yaitu proses pemesinan untuk membentuk benda kerja silindris atau konis dengan benda kerja/pahat berputar, dan proses pemesinan untuk membentuk benda kerja permukaan datar tanpa memutar benda kerja. Klasifikasi yang pertama meliputi proses bubut dan variasi proses yang dilakukan dengan menggunakan mesin bubut, mesin gurdi (drilling machine), mesin frais (milling machine), mesin gerinda (grinding machine). Klasifikasi kedua meliputi proses sekrap (shaping, planing), proses slot (sloting), proses menggergaji (sawing), dan proses pemotongan roda gigi (gear cutting). Beberapa skema pada proses pemesinan tersebut ditampilkan pada Gambar 1 [1]. Gambar 1. Beberapa proses pemesinan Mesin bubut adalah mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda kerja berbentuk silinder.proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan produk yang berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut. Bentuk dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata [2]: 1. Dengan benda kerja yang berputar. 2. Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting tool). Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 1

3. Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja Gambar 2 no. 1). Gambar 2. Gerakan pahat dan benda kerja pada proses bubut.[1] diam (steady rest) serta merupakan tumpuan gaya pemakanan pada waktu pembubutan.alas/ meja mesin bubut memiliki permukaannya yang sangat halus, rata dan kedataran serta kesejajaranya dengan ketelitian sangat tinggi, sehingga gerakan kepala lepas dan eretan memanjang diatasnya pada saat melakukan penyayatan dapat berjalan lancar dan stabil sehingga dapat menghasilkan pembubutan yang presisi. Apabila alas ini sudah aus atau rusak, akan mengakibatkan hasil pembubutan yang tidak baik atau sulit mendapatkan hasil pembubutan yang sejajar. Alas/meja mesin bubut dapat dilihat pada Gambar 4. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding) [4]. Gambar skematis mesin bubut dan bagianbagiannya dijelaskan pada Gambar 3. Gambar 4. Landasan mesin bubut (Guide ways) Gambar 3. Mesin bubut dan bagian-bagiannya [2] Bagian-bagian mesin bubut standar diantaranya [2]: 1. Kepala tetap (Head stock) Kepala tetap (head stock), terdapat spindle utama mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan 2. Kepala lepas (Tail stock) Kepala lepas (tail stock) digunakan sebagai dudukan senter putar (rotary centre), senter tetap, cekam bor (chuck drill) dan mata bor bertangkai tirus yang pemasanganya dimasukkan pada lubang tirus(sleeve) kepala lepas. 3. Eretan (carriage) Eretan (carriage)berfungsi untuk melakukan gerakan pemakanan arah memanjang mendekati atau menajaui spindle mesin, secara manual atau otomatis sepanjang meja/ alas mesin dan sekaligus sebagai dudukan eretan melintang. 4. Alas meja mesin (Guide ways) Alas/ meja mesin bubut digunakan sebagai tempat kedudukan kepala lepas, eretan, penyangga Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai menyimpangan kedataran pada guide ways dari mesin bubut G.D.W LZ 350. Kemudian setelah mendapat nilai kedataran akan diadakan evaluasi atau analisa hal - hal apa saja yang menyebabkan penyimpangan tersebut dengan melihat secara mikro dalam bentuk kurva atau Grafik. 2. Metodologi Metode yang digunakan adalah dengan mengukur guide ways pada mesin bubut menggunakan alat ukur digi-pas DWL-200, sehingga didapatkan nilai penyimpangan sebagai acuan proses leveling alas mesin. a. Pengambilan data Pengambilan data merupakan proses pengukuran kedataran guide waysmesin bubut G.D.W LZ 350. Pengukuran dilakukan terhadap kedua guide way mesinmenggunakan alat ukur digi-pas DWL-200, dimana masing-masingnya dilakukan pengukuran dengan dua cara yang berbeda. Yang pertama adalah pengukuran dengan cara mengangkat alat ukur dalam pemindahannya, dan yang kedua adalah dengan cara menggeser alat ukur. b. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan untuk menganalisa data hasil pengukuran kedataran guide way mesin Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 2

bubut. Pengolahan data dilakukan dengan ilmu statistik sederhana, sehingga dapat diketahui apakah hasil pengukuran kedataran guide mesin bubut masih masuk dalam batas toleransi atau tidak. c. Kalibrasi atau Leveling Apabila hasil pengolahan data mengindikasikan kedataran guide ways mesin bubut G.D.W LZ 350 melebihi batas toleransi yang ditetapkan, maka perlu dilakukan kalibrasi atau leveling. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kedataran guide mesin bubut G.D.W LZ 350 sesuai dengan nilai yang seharusnya. d. Analisa dan pembahasan Apabila hasil pengukuran kedataran guide ways mesin bubut G.D.W LZ 350 masih berada dalam batas toleransi, maka perludilakukan analisa dan pembahasan untuk mencegah agar kondisi kedataran mesin tidak menjadi lebih buruk. Disamping itu perlu dilakukan penanganan atau pembuatan prosedur penggunaan mesin bubut agar gesekan yang terjadi antara carriage dengan guide way tidak menyebabkan kedataran guide ways menjadi berkurang. Gambar 5. Hasil pengukuran kedataran guide way no 1 mesin bubut MB2 Grafik hasil pengukuran menunjukkan secara umum guide way 1 mesin bubut MB2 masih dalam keadaan baik. Namun pada kedua bagian ujung ujungnya terdapat sedikit penyimpangan kedataran senilai 0,1 o. pada mesin bubut MB2 dapat dilihat pada Gambar 6. e. Kesimpulan dan Saran Uraian dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya disimpulkan, dan akan diberikan suatu rekomendasi terhadap kekurangan ataupun masukan-masukan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Hasil dan Pembahasan Dari pengujian yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai penyimpangan kedataran pada setiap mesin bubut melalui hasil pengukuran pada guide ways. Nilai penyimpangan yang telah didapatkan berupa grafik kedataran terhadap posisi pengukuran. Pada gambar 5 dapat dilihat grafik kedataran pada guide ways1 mesin bubut MB 2. Grafik kedataran terhadap posisi pengukuran yang telah ditentukan menggunakan metode yang telah ditentukan yaitu dengan metode angkat maju (Maju-A) dan angkat mundur (Mundur-A), serta metode geser maju (Maju-G), dan geser mundur (Mundur-G). Gambar 6. Hasil pengukuran kedataran guide ways no 2 mesin bubut MB2 Berdasarkan grafik pengukuran kedataran guide way 1 dan 2 dapat dilihat bahwa penyimpangan nilai kedataran guide ways yang terdapat pada bagian yang lebih dekat dari spindle lebih besar disebabkan karena MB2 lebih sering beroperasi dengan benda kerja yang pendek. Sehingga menyebabkan gesekan dari gerak carriage terhadap bagian tersebut lebih besar akibatnya keausan yang terjadi lebih besar dari pada bagian ujung guide way yang lain. Sedangkan untuk penyimpangan kedataran pada titik 2 dan 3 kedua grafik pengukuran dikarenakan oleh gerak maju mundur kepala lepas saat proses pengedrillan. Grafik pengukuran kedaratan guide ways no 1, pada mesin bubut MB3 dapat dilihat pada Gambar 7. Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 3

Secara umum kondisi guide waysmesin bubut MB3 relative sama dengan kondisi mesin MB2, dimana penyimpangan kedataran guide waysdominan terjadi pada kedua ujung guide ways. Hal ini mengindikasikan bahwa mesin ini juga lebih sering digunakan untuk mengerjakan benda kerja yang relatif pendek Gambar 7. Hasil pengukuran kedataran guide ways no 1 mesin bubut MB3 Grafik pengukuran kedaratan guide ways no 1, pada mesin bubut MB4 dapat dilihat pada Gambar 9. Secara umum kondisi kedataran guide ways 1 mesin bubut MB3 kurang baik, dimana dengan beberapa metode pengukuran diperoleh beberapa penyimpangan kedataran dibeberapa posisi sebesar 0,1 o baik itu dikedua ujung guide ways maupun dibagian tengah guide ways. pada mesin bubut MB3 dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 9. Hasil pengukuran kedataran guide ways no 1 mesin bubut MB4 Secara umum, hasil pengukuran kedataran guide ways 1 mesin bubut MB4 relatif cukup baik, hanya terdapat dua titik penyimpangan kedataran senilai 0,1 o pada area yang dekat dengan kepala lepas pada mesin bubut MB4 dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 8. Hasil pengukuran kedataran guide ways no 2 mesin bubut MB3 Dari grafik hasil pengukuran guide ways 2 mesin bubut MB3 dapat dilihat bahwa kedataran guide ways no2 tersebut relative lebih baik bila dibandingkan dengan guide ways no 1. Hal ini berkemungkinan disebabkan oleh adanya pergeseran baut pondasi mesin sehingga terjadi ketimpangan yang mengakibatkan miringannya kondisi mesin. Selanjutnya kemiringan ini menyebabkan terjadinya pembebanan yang tidak merata pada kedua guide way, dimana guide ways1 menerima beban relative lebih besar disbanding guide waysno 2. Dengan demikian guide ways1 mengalami gaya gesek yang lebih besar sehingga penyimpangan kedatarannya juga relative lebih besar dibanding guide ways1. Gambar 10. Hasil pengukuran kedataran guide ways no 2 mesin bubut MB4 Berdasarkan grafik hasil pengukuran kedataran guide way 1 dan 2 mesin bubut MB4 dapat dilihat bahwa fenomena yang terjadi pada mesin bubut MB3 hampir mirip dengan MB4, dimana salah satu guide way mengalami penyimpangan kedataran Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 4

yang lebih buruk disbanding guide way yang lainnya. Hal ini berkemungkinan disebabkan oleh miringnya kondisi kedua guide way mesin, sehingga keausan salah satu guide mesin lebih besar dibandingkan yang lain. Namun berdasarkan distribusi penyimpangan kedataran yang terdapat pada guide way 2 mesin MB4 dapat dilihat penyimpangan kedataran terjadi merata hamper disepanjang guide way sebesar 1 o dari nilai standar pengukuran. 4. Simpulan Berdasarkan penelitian tentang pengukuran kedataran guide way mesin bubut G.D.W LZ 350 yang terdapat di Laboratorium Teknologi Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau dapat diambil kesimpulan: 1. Dari tiga mesin yang diukur diperoleh penyimpangan kedataran guide way ratarata senilai 0,1 o. 2. Penyimpangan kedataran secara umum terjadi pada kedua ujung guide way, hal ini dikarenakan oleh kecenderungan penggunaan mesin bubut untuk memotong benda kerja yang relative pendek. Juga disebabkan oleh gesekan kepala lepas pada saat proses pelubangan. 3. Untuk mesin MB3 dan MB4 terjadi penyimpangan kedataran yang tidak seragam antara guide way 1 dan 2, hal ini berkemungkinan disebabkan oleh miringnya posisi guide way. Sehingga pembebanan guide way hanya terfokus pada satu sisi saja. Daftar Pustaka [1.] Widarto, dkk. 2008. Teknik Pemesinan. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta [2.] Paryanto,M.Pd. Mesin Perkakas dan Jenis Jenisnya. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Univesitas Negri Yogyakarta. [3.] Taufiq Rochim. 1993. Teori & Teknologi Proses Pemesinan. Laboratorium Teknik Produksi dan Metrologi Industri Jurusan Mesin Fakultas Industri Institut Teknologi Bandung: Bandung. [4.] Tlogo. Doni, dkk. 2010. Pembubutan. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 5