PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN UMUM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN I. Pendahuluan

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2015

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALUKU TENGGARA

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARAN Nomor: 18 /SE/M/2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN PEDOiVIAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL

X 5 A d ' ' > '/' Ditetapkan'tli

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1

TUJUAN PEDOMAN KONFLIK KEPENTINGAN

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

12/04/2013. Oleh Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG IVIAHA ESA KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

SOSIALISASI PENGENDALIAN GRATIFIKASI DAN BENTURAN KEPENTINGAN RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (Conflict of Interest) PT Perkebunan Nusantara IX.

ISI DAFTAR DAFTAR ISI BAGIAN I UMUM... A. TUJUAN... B. RUANG LINGKUP... C. PENGERTIAN... D. REFERENSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

PT. PATRA BADAK ARUN SOLUSI PERUBAHAN DOKUMEN

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran N

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LARANGAN MENERIMA/MEMBERI ATAU GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MEDAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Und

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK, Menimbang : a. bahwa terjadinya benturan kepentingan antar pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat menghambat terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik; b. bahwa dalam rangka mencegah dan menangani terjadinya benturan kepentingan pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta untuk meningkatkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik, perlu disusun suatu pedoman mengenai penanganan benturan di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Mengingat:

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142); 4. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122); 5. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 04 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 356); 6.Peraturan

- 3-6. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 09 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 966); 7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Pasal 1 Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 2 Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dimaksudkan sebagai acuan bagi pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk mengenal, mencegah dan mengatasi benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Pasal 3

- 4 - Pasal 3 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 21 Juli 2014 MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 Juli 2014 ttd. LINDA AMALIA SARI MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1016

- 5 - A. PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN 1. Latar Belakang Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance) dan peningkatan pelaksanaan tugas dan fungsi masingmasing pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta dalam rangka penciptaan lingkungan kerja yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan terhadap terjadinya benturan kepentingan dari pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugasnya. Untuk itu, diperlukan adanya suatu pedoman bagi seluruh pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam penanganan benturan kepentingan di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Penyusunan

- 6 - Penyusunan Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengacu, antara lain kepada peraturan perundang-undangan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pencegahan dan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme, pelaksanaan reformasi birokrasi, dan mengikuti pedoman yang diatur di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Kepentingan. 2. Maksud dan Tujuan Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di lingkungan K e me n t e r i a n Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dimaksudkan sebagai acuan bagi pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk mengenal, mencegah dan mengatasi benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Pedoman ini memiliki tujuan sebagai berikut: a. menciptakan budaya kerja organisasi yang dapat mengenal, mencegah, dan mengatasi situasi-situasi benturan kepentingan; b. meningkatkan pelayanan publik dan mencegah terjadinya kerugian negara; c. meningkatkan integritas; dan d. meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. 3. Pengertian Benturan kepentingan adalah situasi di mana pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi terhadap setiap penggunaan wewenang dalam kedudukan atau jabatannya, sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusan dan/atau tindakannya. B.PELAKSANAAN

- 7 - B. PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN 1. Bentuk-bentuk Benturan Kepentingan Bentuk-bentuk benturan kepentingan antara lain sebagai berikut: a. situasi yang menyebabkan pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menerima gratifikasi atau pemberian/ penerimaan hadiah atas suatu keputusan/jabatannya; b. situasi yang menyebabkan pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggunakan aset jabatan untuk kepentingan pribadi/golongan; c. situasi yang menyebabkan pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggunakan informasi rahasia jabatan untuk kepentingan pribadi/golongan; d. situasi yang menyebabkan pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan akses khusus kepada pihak tertentu tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya; e. situasi yang menyebabkan pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi; f. situasi yang menyebabkan pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyalahgunakan jabatan; dan g. situasi yang memungkinkan pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggunakan diskresi yang menyalahgunakan wewenang. 2. Jenis Benturan Kepentingan Jenis benturan kepentingan antara lain sebag ai berikut: a. kebijakan dari pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang berpihak, akibat pengaruh hubungan dekat, ketergantungan, dan/atau pemberian gratifikasi; b. pemberian izin dari pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diskriminatif; c.pengangkatan

- 8 - c. pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan yang dekat/ balas jasa/rekomendasi/pengaruh dari pejabat pemerintah; d. pemilihan partner atau rekanan kerja oleh pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak berdasarkan keputusan yang tidak professional; e. pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melakukan komersialisasi pelayanan publik; f. pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggunakan aset dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; g. pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melakukan pengawasan yang tidak sesuai dengan norma, standar, dan prosedur; h. pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melakukan pengawasan atau penilaian atas pengaruh pihak lain dan tidak sesuai norma, standar, dan prosedur; dan i. pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai. 3. Sumber-sumber Benturan Kepentingan Sumber-sumber benturan kepentingan antara lain sebagai berikut: a. penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batasbatas pemberian wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan; b. hubungan afiliasi (pribadi dan/atau golongan), yaitu hubungan yang dimiliki oleh Pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan pihak tertentu, baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan, maupun hubungan pertemanan yang dapat memengaruhi keputusannya; c. gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya; dan d.kelemahan

- 9 - d. kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan penyelenggara negara yang disebabkan karena struktur dan budaya organisasi yang ada. 4. Prinsip Dasar dalam Penanganan Benturan Kepentingan Penanganan benturan kepentingan pada dasarnya dilakukan melalui perbaikan nilai, sistem, pribadi dan budaya diantaranya dengan cara: a. Mengutamakan Kepentingan Publik, meliputi: 1) memperhatikan asas umum pemerintahan yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; 2) dalam pengambilan keputusan, harus berdasarkan peraturan perundang-perundangan dan kebijakan yang berlaku tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau tanpa dipengaruhi preferensi pribadi ataupun afiliasi dengan agama, profesi, partai atau politik, etnisitas, dan keluarga; 3) tidak memasukkan unsur kepentingan pribadi dalam pembuatan keputusan dan tindakan yang dapat mempengaruhi kualitas keputusannya. Apabila terdapat benturan kepentingan, maka pejabat atau pegawai tidak boleh berpartisipasi dalam pembuatan keputusan-keputusan resmi yang dapat dipengaruhi oleh kepentingan dan afiliasi pribadinya; 4) menghindarkan diri dari tindakan pribadi yang diuntungkan oleh inside information atau informasi orang dalam yang diperolehnya dari jabatannya, sedangkan informasi ini tidak terbuka untuk umum; 5) tidak mencari atau menerima keuntungan yang tidak seharusnya sehingga dapat mempengaruhi pelaksanaan tugasnya; dan 6) tidak mengambil keuntungan yang tidak seharusnya dari jabatan yang pernah dipegangnya termasuk mendapatkan informasi hal-hal dalam jabatan tersebut pada saat pejabat yang bersangkutan tidak lagi duduk dalam jabatan tersebut. b.menciptakan

- 10 - b. Menciptakan Keterbukaan Penanganan dan Pengawasan Benturan Kepentingan, meliputi: 1) pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersifat terbuka atas pekerjaan yang dilakukannya. Kewajiban ini tidak sekadar terbatas pada mengikuti Undang-Undang dan peraturan tetapi juga harus mentaati nilai-nilai pelayanan publik seperti bebas kepentingan (disinterestedness), tidak berpihak dan memiliki integritas; 2) kepentingan pribadi dan hubungan afiliasi yang dapat menghambat pelaksanaan tugas publik harus diungkapkan dan dideklarasikan agar dapat dikendalikan dan ditangani secara memadai; 3) menjamin konsistensi dan keterbukaan dalam proses penyelesaian atau penanganan situasi benturan kepentingan; 4) mendorong keterbukaan terhadap pengawasan dalam penanganan situasi benturan kepentingan sesuai dengan kerangka hukum yang ada; dan 5) memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan berbagai informasi yang terkait dengan penggunaan kewenangannya. c. Mendorong Tanggung Jawab Pribadi dan Sikap Keteladanan, meliputi: 1) bertindak sedemikian rupa agar integritas mereka dapat menjadi teladan bagi penyelenggara negara lainnya dan bagi masyarakat; 2) bertanggung jawab atas pengaturan urusan pribadinya agar dapat menghindari terjadinya benturan kepentingan pada saat dan sesudah masa jabatannya sebagai Pejabat dan/atau pegawai; 3) bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan benturan kepentingan yang merugikan kepentingan publik apabila terjadi benturan kepentingan; 4) menunjukkan komitmen mereka pada integritas dan profesionalisme dengan menerapkan kebijakan penanganan benturan kepentingan yang efektif; dan 5) bertanggung jawab atas segala urusan yang menjadi tugasnya sesuai peraturan perundang-undangan. d.menciptakan

- 11 - d. Menciptakan dan Membina Budaya Organisasi yang tidak Toleran terhadap Benturan Kepentingan: 1) menyediakan dan melaksanakan kebijakan, proses, dan praktek manajemen yang memadai dalam lingkungan kerja yang dapat mendorong pengawasan dan penanganan situasi benturan kepentingan yang efektif. 2) menciptakan dan mempertahankan budaya komunikasi terbuka dan dialog mengenai integritas dan bagaimana mendorongnya. 3) memberi pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman serta memungkinkan perubahan dinamis dari ketentuan yang telah ditetapkan dan aplikasi ketentuan tersebut di tempat kerja. 5. Tahapan Dalam Penanganan Benturan Kepentingan a. Penyusunan Kerangka Kebijakan Penanganan Benturan Kepentingan Dalam penyusunan kerangka kebijakan penanganan benturan kepentingan, terdapat beberapa aspek pokok yang saling terkait dan perlu diperhatikan, meliputi: 1) pendefinisian benturan kepentingan yang berpotensi membahayakan integritas instansi dan individu; 2) komitmen pimpinan dalam penerapan kebijakan benturan kepentingan; 3) pemahaman dan kesadaran yang baik tentang benturan kepentingan untuk mendukung kepatuhan dalam penanganan benturan kepentingan; 4) keterbukaan informasi yang memadai terkait dengan penanganan benturan kepentingan; 5) keterlibatan para stakeholder dalam penanganan benturan kepentingan; 6) monitoring dan evaluasi kebijakan penanganan benturan kepentingan; dan 7) pengembangan dan penyesuaian kebijakan dan prosedur penanganan benturan kepentingan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi. b.identifikasi

- 12 - b. Identifikasi Situasi Benturan Kepentingan Pada tahapan ini dilakukan identifikasi terhadap situasi yang termasuk dalam kategori benturan kepentingan. Dalam hal ini diperlukan penjabaran yang jelas mengenai situasi dan hubungan afiliasi yang menimbulkan benturan kepentingan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Identifikasi tentang situasi benturan kepentingan harus konsisten dengan ide dasar bahwa ada berbagai situasi dimana kepentingan pribadi dan hubungan afiliasi pejabat dan/atau pegawai dapat menimbulkan benturan kepentingan. c. Penyusunan Strategi Penanganan Benturan Kepentingan Kebijakan penanganan benturan kepentingan perlu didukung oleh sebuah strategi yang efektif berupa: 1) penyusunan kode etik; 2) pelatihan, arahan serta konseling dengan memberi contoh praktis dan langkah untuk mengatasi situasi benturan kepentingan; 3) deklarasi benturan kepentingan dengan cara sebagai berikut: a) pelaporan atau pernyataan awal (disclosure) tentang adanya kepentingan pribadi yang dapat bertentangan dengan pelaksanaan jabatannya; b) pelaporan dan pernyataan lanjutan apabila terjadi perubahan kondisi setelah pelaporan dan pernyataan awal; dan/atau c) pelaporan mencakup informasi yang rinci untuk bisa menentukan tingkat benturan kepentingan dan bagaimana menanganinya. 4) dukungan kelembagaan dalam bentuk: a) dukungan administrasi yang menjamin efektifitas proses pelaporan sehingga informasi dapat dinilai dengan benar dan dapat terus diperbaharui; dan b) pelaporan dan pencatatan kepentingan pribadi dilakukan dalam dokumen-dokumen resmi untuk menunjukkan mengidentifikasi dan menangani benturan kepentingan. d.tindakan

- 13 - d. Tindakan yang Diperlukan dalam Situasi Benturan Kepentingan Tindakan yang diperlukan dalam situasi benturan kepentingan, meliputi: 1) pengurangan (divestasi) kepentingan pribadi Pejabat dan/atau pegawai dalam jabatannya; 2) penarikan diri (recusal) dari proses pengambilan keputusan di mana seorang Pejabat dan/atau pegawai memiliki kepentingan; 3) membatasi akses atas informasi tertentu apabila yang bersangkutan memiliki kepentingan; 4) mutasi ke jabatan lain yang tidak memiliki benturan kepentingan; 5) mengalihtugaskan tugas dan tanggungjawab; 6) pengunduran diri dari jabatan yang menyebabkan benturan kepentingan; atau 7) pemberian sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan. e. Tata Cara Penanganan Benturan Kepentingan Tata cara penanganan benturan kepentingan meliputi : 1) pejabat atau pegawai di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang terkait dalam pengambilan keputusan dapat melaporkan atau memberikan keterangan adanya dugaan benturan kepentingan dalam menetapkan keputusan dan/atau tindakan; 2) laporan atau keterangan tersebut disampaikan kepada atasan langsung pejabat pengambil keputusan dan/atau tindakan dengan mencantumkan identitas jelas pelapor dan melampirkan bukti-bukti terkait; 3) atasan langsung pejabat tersebut memeriksa tentang kebenaran laporan Pejabat atau pegawai paling lambat 3 (tiga) hari kerja; 4) apabila hasil dari pemeriksaan tersebut tidak benar maka keputusan dan/atau tindakan pejabat yang dilaporkan tetap berlaku; 5) apabila

- 14-5) apabila hasil pemeriksaan tersebut benar maka dalam jangka waktu 2 (dua) hari keputusan dan/atau tindakan tersebut ditinjau kembali oleh atasan dari atasan langsung tersebut dan seterusnya; dan 6) pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan dari tindak lanjut hasil pemeriksaan terjadinya benturan kepentingan dilaksanakan oleh Inspektur. 6. Tindakan yang Berpotensi terjadi Benturan Kepentingan Dalam hal terdapat potensi atau kondisi/situasi benturan kepentingan, pejabat atau pegawai: 1) dilarang melakukan transaksi dan/atau menggunakan aset instansi untuk kepentingan pribadi, keluarga atau golongan; 2) dilarang menerima dan/atau memberi hadiah/manfaat dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan jabatannya dalam kaitannya dengan mitra kerja, penyedia barang dan jasa; 3) dilarang menerima dan/atau memberi barang/parcel/uang/setara uang atau dalam bentuk apapun pada hari raya keagamaan; 4) dilarang mengijinkan pihak ketiga memberikan sesuatu dalam bentuk apapun kepada Pejabat dan/atau pegawai; 5) dilarang menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi dan atau bukan haknya dari hotel atau pihak manapun juga dalam rangka kedinasan atau hal-hal yang dapat menimbulkan potensi benturan kepentingan; 6) dilarang bersikap diskriminatif, tidak adil untuk memenangkan penyedia barang/jasa rekanan/mitra kerja tertentu dengan maksud untuk menerima imbalan jasa untuk kepentingan pribadi, keluarga dan/atau golongan; 7) dilarang memanfaatkan data dan informasi rahasia instansi untuk kepentingan pihak lain; 8) dilarang baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya; dan/atau 9) membuat pernyataan potensi benturan kepentingan apabila mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam hubungan keluarga inti dengan Pejabat dan/atau pegawai. 6.Faktor

- 15-7. Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Penanganan Benturan Kepentingan Penanganan benturan kepentingan dapat dilakukan secara baik dan berhasil diperlukan beberapa upaya sebagai berikut: a. Komitmen dan Keteladanan Diperlukan komitmen dan keteladanan dari seluruh pejabat dan pegawai dalam menggunakan kewenangannya secara baik dengan mempertimbangkan kepentingan lembaga, kepentingan publik, kepentingan pegawai, dan berbagai faktor lain. b. Perhatian Khusus atas Hal Tertentu Perhatian khusus perlu dilakukan terhadap hal-hal tertentu yang dianggap berisiko tinggi yang akan dapat menyebabkan terjadinya situasi benturan kepentingan. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus tersebut antara lain adalah: 1) hubungan afiliasi (pribadi dan golongan); 2) gratifikasi; 3) pekerjaan tambahan; 4) informasi orang dalam; 5) kepentingan dalam pengadaan barang; 6) tuntutan keluarga dan komunitas; 7) kedudukan di organisasi lain; 8) intervensi pada jabatan sebelumnya; dan/atau 9) perangkapan jabatan. c. Langkah Preventif Menghindari Situasi Benturan Kepentingan Pejabat atau pegawai dapat lebih awal menghindari terjadinya benturan kepentingan atau melakukan antisipasi terhadap terjadinya benturan kepentingan dalam pengambilan keputusan, antara lain dengan cara : 1) agenda rapat yang akan diadakan perlu diketahui sebelumnya supaya pejabat atau pegawai dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya benturan; dan/atau 2) lebih awal mengetahui agenda pembahasan untuk pengambilan keputusan atau melakukan penarikan diri (recusal) dari pengambilan keputusan secara ad hoc. d.pemantauan

- 16 - d. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan penanganan benturan kepentingan perlu dipantau dan dievaluasi secara berkala untuk menjaga agar tetap efektif dan relevan dengan lingkungan yang terus berubah. MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK, ttd. LINDA AMALIA SARI