BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 1 Kesehatan sebagai salah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009). memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat. Rumah sakit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

71 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. sangat ditentukan oleh perilaku, sikap, motivasi, semangat, disiplin kepuasan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang berpenghasilan rendah dan negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai suatutujuan organisasi.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Stres Kerja, Kinerja Perawat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mampu berperan sebagai pelaku dalam pembangunan kesehatan untuk menjaga, memelihara, dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. (1) Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dengan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) dengan menyediakan pelayanan (2, 3) rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Didalam sistem organisasi rumah sakit terdapat tiga kelompok kekuatan yang saling mendesak satu sama lain yaitu : pertama, kelompok direksi dan staf direksi, mereka kuat berdasarkan kepada kekuatan legitimasi (Legitimating Power) sebagai penentu kebijakan operasional. Kedua adalah kelompok dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi, mereka kuat

karena berdasar kepada keahlian mereka (Expertise Power), dan ada mitos bahwa kelompok ini memiliki independensi yang sangat tinggi karena keahliannya. Ketiga adalah kelompok perawat dan para medis, kereka kuat bersandar kepada jumlah yang paling besar dirumah sakit dan mereka adalah profesi tersendiri dirumah sakit. (4) Semua anggota tim yang menangani pasien, perawatlah yang paling banyak dan sering berhubungan dengan pasien. Mengingat seringnya pertemuan tersebut, maka perawatlah yang melihat tanda-tanda permulaan dari suatu penyimpangan, setiap perubahan atau penyimpangan yang terjadi dalam proses penyembuhan maupun proses penyesuaian pasien. Seorang perawat harus dibekali pengetahuan yang cukup agar cepat mengenal kebutuhan pasien yang memerlukan pertolongan segera.perawat perlu mengetahui bantuan apakah yang akan bermanfaat dan dimanakah bantuan tersebut dapat diperoleh bagi pasiennya. (5) Sumber daya manusia paling banyak dari segi jumlah dan paling sering berinteraksi dengan pasien di Rumah sakit adalah tenaga keperawatan. Tenaga keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit, selain jumlahnya yang dominan (55 65 %). Tenaga keperawatan juga memberikan paelayanan yang konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada pasien setiap harinya. Selain itu, seseorang perawat harus berbekal pengetahuan, agar selalu siap dan segera mengetahui bilamana tingkah laku pasien merupakan tanda bahaya yang menunjukkan parahatau gawatnya keadaan pasien. Oleh karena itu perawat dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat berdasarkan intruksi dan bantuan-bantuan lainya yang perlu untuk penyembuhan pasiennya. (5) Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Unit Gawat Darurat (Emergency Unit). Pengertian gawat darurat yang dianut oleh anggota masyarakat memang berbeda dengan petugas kesehatan. Oleh anggota masyarakat, setiap

gangguan kesehatan yang dialaminya dapat saja diartikan sebagai keadaan darurat (Emergency) karena itu mendatangi UGD untuk meminta pertolongan. Jumlah penderita rawat jalan yang mengunjungi UGD dari tahun ketahun tampak semakin meningkat. Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelengarakan pelayanan penyaringan untuk kasuskasus yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif tersebut. Seperti misalnya Unit 3 Perawatan Intensif (Intensive Care Unit) untuk kasus-kasus penyakit umum. Telah disebutkan, karena terdapatnya perbedaan pengertian keadaan gawat darurat antara pasien dengan petugas kesehatan, menyebabkan pelayanan UGD sering dimanfaatkan oleh mereka yang sebenarnya kurang. (6) Perawat yang bertugas diruangan unit gawat darurat (UGD) adalah perawat yang memiliki sikap yang tanggap dan cepat, tetapi seringkali terjadi jumlah tenaga perawat tidak sebanding dengan kunjungan pasien sehingga menyebabkan pembebanan yang berlebih. Hal ini dikarenakan kebutuphan pasien terhadap asuhan keperawatan lebih besar dari standar kemampuan perawat. Keseluruhan pembebannan dan tuntuntan tugas yang kompleks serta tuntutan untuk menghadapi pasien, teman sejawat, tekanan dari pimpinan serta tuntutan untuk tampil sebagai perawat yang baik oleh pasien dapat menimbulkan ketegangan dan kejenuhan pada perawat. Berbagai tuntutan kerja dan situasi yang dialamai perawat ini dapat memicu timbulnya stres kerja pada perawat. Hasil penelitian National Institution Of Occuptional Safety (NIOSH) yaitu lembaga nasional untuk kesehatan dan keselamatan kerja menyatakan bahwa perawat merupakan profesi yang beresiko tinggi terhadap stres. Penelitia lain yang dilakukan oleh Jamal dalam Minner (1992) memiliki hasil yang serupa dimana dalam penelitian ini

dikatakan bahwa tingkat stres tenaga keperawatan lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga medis lainnya. Stres kerja pada perawat merupakan salah satu permasalahan dalam manajemen sumber daya manusia di Rumah Sakit. Stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang. (8) Menurut data Biro Statistik ketenagakerjaan jumlah hari yang dipakai pekerja untuk pasien dengan alasan mengalami gangguan yang berkaitan dengan masalah stres bisa mencapai 20 hari. Departemen dalam negeri memperkirakan 40 % dari kasus keluar masuknya tenaga kerja disebabkan karena masalah stres. Prakiraan ini didasarkan oleh kenyataan bahwa 60-90% kunjungan kedokter disebabkan oleh masalah masalah yang berkaitan dengan stres. Menurut patton (1998) dan cartwright (1995), penyebab stres kerja yaitu kondisi individu seperti umur. Jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan. Faktor intrinsik pekerjaan seperti lingkungan kerja, stasiun kerja yang tidak ergonomis, shift kerja, jam kerja yang panjang, pekerjaan yang beresiko tinggi, pemakaian teknologi baru, beban kerja, seta adaptasi jenis pekerjaan baru. Faktor intrinsik pekerjaan yang dapat menimbulkan sters akibat kerja salah satunya beban kerja. Beban kerja merupakan keadaan dimana indvidu dihadapkan dengan tuntutan tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Menurut hasi penelitian Arifin (2012) terhadap hubungan antara beban kerja dengan stres akibat kerja (p = 0,011) sebanyak 18,9 % responden memiliki beban kerja rendah, 67,8% responden memiliki beban kerja sedang dan 13,7% responden memiliki beban kerja tinggi. Faktor lainnya yang dapat menimbulkan stres kerja yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik merupakan lingkungan dimana pekerja

beraktifitas sehari hari seperti (debu, suhu, pencahayaan, radiasi). Lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerjayang dirasakan oleh pekerja di sekitar tempat kerjanya atau organisasinya, dalam hal ini meliputi tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi, struktur organisasi dan kepemimpinan organisasi. Keseluruhan faktor penyebab stres kerja tersebut dapat memberikan dampak yang mengganggu kepada tenaga keperawatan jika tidak mampu untuk melakukan pengendalian secara dini terhadap sumber stressor. Ketidakmampuan individu dalam mengendalikan diri terhadap stressor akan berpegaruh terhadap pelayanan yang akan diberikan oleh perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penurunan kualitas pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan dapat menghambat rumah sakit dalam melaksanakan aktivitas seharihari Berdasarkan wawancara survei awal dengan kepala ruangan dan 2 orang perawat diruangan UGD dan 3 orang perawat di ICU mengenai stres kerja, mereka menyatakan bahwa sering merasa kurang berkonsentrasi dalam berpikir, susah tidur, merasa lelah, dan sering merasa pusing saat setelah melakukan pekerjaan diruangan. Selain itu, ada 2 Perawat diruangan ICU mengungkapkan terkadang ada rasa jenuh dalam melakukan pekerjaannya, terkadang menjadi mudah marah karena pasien atau keluarga pasien yang tidak kooperatif dan juga pernah mengalami konflik dengan sesama rekan kerjanya.berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat topik Hubungan karakteristik individu, beban kerja dan lingkungan kerja dengan Stres Kerja pada Perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman tahun 2016.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada Hubungan beban kerja, dan lingkungan kerja dengan stres kerjapada Perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan beban kerja, dan lingkungan kerja dengan stres kerjapada Perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi stres kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2016. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi beban kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2016. 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi lingkungan kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2016.

4. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2016. 5. Untuk mengetahui hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi, bahan rujukan atau perbandingan di bidang ilmu kesehatan dan keselamatan kerja yang berkaitan stres kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2016. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi, bahan rujukan atau perbandingan di bidang ilmu kesehatan dan keselamatan kerja yang berkaitan dengan Hubungan beban kerja, dan lingkungan kerja dengan stres kerjapada Perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping tahun 2016. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Masalah yang diteliti adalahhubungan beban kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja pada perawat di Unit Gawat Darurat (UGD) dan ruang Intensive Care Unit (IGD) dengan

menggunakan kuesioner untuk menentukan adanya hubungan beban kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja pada perawat di Unit Gawat Darurat (UGD) dan ruang Intensive Care Unit (IGD) di Rumah sakit umum daerah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Analisa yang dipakai pada penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah beban kerja, dan lingkungan kerja, sedangkan variabel bebas (independen) adalah stres kerja pada perawat di Unit Gawat Darurat (UGD) dan ruang Intensive Care Unit (IGD) di Rumah sakit umum daerah Lubuk Sikaping tahun 2016. service dan mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan perawat dalam pengelolaan sampah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Tahun 2016.