BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. mampu berperan sebagai pelaku dalam pembangunan kesehatan untuk menjaga, memelihara, dan

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB. I PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan Undang Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

1

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

3. Jenis kelamin 4. Obesitas. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : Data Penyakit Kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang mencemaskan dan menyebabkan beban biaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah terjadi transisi epidemilogi yaitu terjadinya perubahan pola penyakit yang pada awalnya didominasi oleh penyakit menular namun sekarang didominasi oleh penyakit tidak menular (PTM) (2). Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit non infeksi yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang (3). Laporan World Health Organisation (WHO) tahun 2013 menunjukkan bahwa PTM merupakan penyebab utama kematian di dunia, yaitu 63% dari semua kematian tahunan. PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya. Sekitar 80% dari semua kematian PTM terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (4). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi 10 penyakit tidak menular di Indonesia yaitu asma (4,5%), PPOK (3,7%), kanker (1,4 per mil), diabetes melitus (2,1%), hipertensi (9,4%), hipertiroid (0,4%), jantung koroner (1,5%), gagal jantung (0,3%), stroke (12,1 per mil) dan penyakit ginjal (0,8%) (5). Tingginya PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2013 melaporkan, 36,2% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,5% kurang konsumsi buah dan sayur, 48,2% kurang aktivitas fisik, 24,1% perilaku sedentari (perilaku duduk 1

atau berbaring dalam kegiatan sehari-hari baik di tempat kerja, diperjalanan atau di rumah) 6 jam dalam sehari, 53,1% penduduk mengkonsumsi makanan dan minuman manis 1 kali dalam sehari serta 40,7% penduduk mengkonsumsi makanan berlemak, berkolesterol dan makanan gorengan 1 dalam sehari (5). Untuk mencegah terjadinya penyakit tidak menular dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan berupa pelayanan Medical Check-Up untuk mengetahui sedini mungkin masalah kesehatan yang ada di dalam tubuh (8). Medical Check-Up dilakukan untuk mempertahankan kesehatan yang tak ternilai harganya dan diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit yang lebih lanjut. Mendeteksi penyakit yang mungkin timbul merupakan hal yang sangat penting, karena tidak semua penyakit mempunyai gejala yang jelas, terkadang kita baru mengetahui penyakit tersebut saat melakukan pemeriksaan kesehatan (9). Pemeriksaan kesehatan sangatlah bagus dilakukan oleh perusahaan/instansi terhadap pegawainya karena dengan itu dapat meningkatkan kualitas kerja karyawan, dengan tubuh yang sehat tentu kinerja pegawai tersebut akan lebih maksimal sehingga produktivitasnya juga lebih baik. Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (10). Biaya kesehatan untuk melakukan Medical Check-Up sangat bervariasi mulai dari ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah. Di Indonesia ada perusahaan/instansi yang menanggung biaya Medical Check-Up pegawainya seperti perusahaan BUMN, dan ada pula yang tidak sehingga mengakibatkan pegawai harus membayar biaya Medical Check-Up secara mandiri. 2

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. JKN di selenggarakan oleh suatu badan yang bernama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang merupakan peserta BPJS Kesehatan kategori pekerja penerima upah. Iuran bagi peserta pekerja penerima upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah perbulan dengan ketentuan : 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta (12). Namun untuk biaya pelayanan Medical Check- Up harus di tanggung sendiri oleh peserta pekerja penerima upah maupun masyarakat lainnya karena yang di tanggung oleh BPJS hanya pemeriksaan kesehatan yang berkaitan dengan indikasi penyakit pasien tersebut (13). Setiap pegawai memiliki kemauan membayar biaya Medical Check-Up yang berbeda-beda dikarenakan pendapatan dan pengeluaran yang bebeda-beda. Kemauan membayar kesehatan (willingness to pay), atau dikenal dengan WTP, yaitu besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk kesehatan. Kemampuan membayar kesehatan (ability to pay) atau dikenal dengan ATP, yaitu besarnya dana yang sebenarnya dapat dialokasikan untuk membiayai kesehatan yang bersangkutan (11). McDonald & Coburn (1998) menemukan bahwa kelompok umur lebih tua memiliki tingkat pemanfaatan layanan yang lebih (22). Semakin tinggi (tua) umur semakin tinggi peluang terjadinya tuntutan pelayanan kesehatan karena semakin tinggi umur seseorang, maka semakin tinggi pula risiko timbulnya penyakit. 3

Menurut Hendriyanto (2009) dalam penelitiannya menyatakan adanya hubungan yang signifikan besarnya WTP dengan tingkat pendapatan dengan p value = 0,000, menurutnya ada kecenderungan makin besar tingkat pendapatan maka makin meningkat pula nilai kemauan untuk membayar (Willingness to Pay), kemudian ATP 2 juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan WTP, namun ATP 1 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan WTP (15). Adila Kasni Astiena (2014) dalam penelitiannya menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara kemampuan membayar ATP 2 dengan Kemauan Membayar biaya deteksi dini kanker leher rahim (33). Firma Yuli (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit, riwayat keturunan dan persepsi atas mutu dengan kemauan membayar (willingness to pay) biaya medical check up paket standar (34). Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Pegawai Dinas Kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang berasal dari berbagai background yang berbeda, mulai dari dokter, bidan, perawat, kesehatan masyarakat, apoteker, SMA/sederajat, dll. Dinas Kesehatan memiliki peran sangat penting, strategis, dan instrumental dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat karena kedudukannya sebagai unsur yang membantu pelaksanaan tugas Bupati/Walikota dalam bidang pembangunan kesehatan (6). Salah satu fungsi dari Dinas Kesehatan yaitu menyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pekerjaan di Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang lebih banyak dilakukan dalam keadaan duduk, 4

seperti duduk di dalam ruangan, duduk saat pelatihan dan duduk dalam berbagai acara yang dilaksanakan Dinas Kesehatan. Pekerjaan yang lebih banyak dilakukan dalam keadaan duduk dapat meningkatkan resiko sejumlah penyakit seperti penyakit jantung, kolesterol tinggi dan kanker. Kondisi duduk yang terlalu lama ini dapat menyebabkan kerja jantung menjadi terganggu dan juga tidak normal, sehingga hal ini dapat memicu terjadinya serangan jantung, yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Kolesterol tinggi yang disebabkan oleh duduk terlalu lama terjadi karena proses metabolisme di dalam tubuh tidak berjalan dengan baik yang menyebabkan pembakaran lemak menjadi tidak optimal. Proses metabolisme tubuh yang tidak optimal ini dapat menyebabkan tertimbunnya lemak di dalam tubuh, yang dapat menyebabkan obesitas. Lebih lanjut, lemak yang menumpuk di dalam tubuh ini dapat menyebabkan terjadinya kolesterol tinggi yang dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh kita. Akibat buruk lainnya dari kondisi duduk yang terlalu lama adalah dapat menyebabkan munculnya kanker. Hal ini disebabkan karena posisi tubuh yang statis dan juga diam tak bergerak selama beberapa jam dapat memicu perkembangan dan juga pertumbuhan sel-sel kanker (37). Berdasarkan wawancara dengan pegawai bahwa pekerjaan di Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang juga dapat membuat stres. Penyebab stres kerja yang dialami pegawai adalah pekerjaan yang mempunyai target pencapaian yang harus di capai, pekerjaan yang selalu di monitoring oleh tingkat provinsi dan pusat yang menyebabkan pegawai berada dibawah tekanan dan menjadi stres. Selain itu, pekerjaan yang di lakukan berulang-ulang setiap tahunnya yang dapat menimbulkan kejenuhan. Kejenuhan yang timbul akan dapat menimbulkan ketegangan yang biasa 5

disebut dengan stres kerja. Stres kerja yang dialami pegawai dapat menyebabkan munculnya masalah-masalah kesehatan (7). Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 orang Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang menggunakan kuesioner, didapatkan data bahwa 50% (5 orang) responden mau membayar biaya Medical Check-Up, dan 50% (5 orang) tidak mau membayar biaya Medical Check-Up. Sebagai Pegawai Dinas Kesehatan yang merupakan tenaga kesehatan, seharusnya lebih memahami akan pentingnya Medical Check-Up dan memiliki kemauan untuk membayar biaya Medical Check-Up tersebut. Kemudian didapatkan data bahwa 70% (7 orang) pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang menderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, asam urat, kolesterol, dan kelebihan berat badan. Hal ini harus menjadi perhatian bagi pegawai terhadap kesehatannya, yangmana dapat dilakukan Medical Check-Up agar penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah. Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dibidang kesehatan dan sebagai salah satu pelaksana pencegahan penyakit tidak menular. Sebaiknya pegawai Dinas Kesehatan menerapkan dan melakukan pencegahan terhadap diri sendiri dahulu sebelum melakukan pencegahan kepada masyarakat dengan cara melakukan Medical Check-Up. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya peneliti ingin melihat apakah faktor umur, pendapatan, ATP 1 yaitu kemampuan membayar yang setara dengan 5% dari pengeluaran pangan non esensial dan non makanan, ATP 2 yaitu kemampuan membayar yang setara dengan pengeluaran untuk alkohol, 6

tembakau, sirih dan pesta/upacara, riwayat penyakit, riwayat penyakit dalam keluarga, persepsi terhadap mutu pelayanan kesehatan dan persepsi terhadap biaya pelayanan kesehatan berhubungan dengan kemauan membayar biaya Medical Check- Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 2. Diketahuinya distribusi frekuensi umur Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 3. Diketahuinya distribusi frekuensi pendapatan Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 4. Diketahuinya distribusi frekuensi ATP 1 Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 7

5. Diketahuinya distribusi frekuensi ATP 2 Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 6. Diketahuinya distribusi frekuensi riwayat penyakit Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 7. Diketahuinya distribusi frekuensi riwayat penyakit dalam keluarga Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 8. Diketahuinya distribusi frekuensi persepsi terhadap mutu pelayanan kesehatan Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 9. Diketahuinya distribusi frekuensi persepsi terhadap biaya pelayanan kesehatan Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 10. Diketahuinya hubungan variabel umur dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 11. Diketahuinya hubungan variabel pendapatan dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 12. Diketahuinya hubungan variabel ATP 1 dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 13. Diketahuinya hubungan variabel ATP 2 dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 8

14. Diketahuinya hubungan variabel riwayat penyakit dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 15. Diketahuinya hubungan variabel riwayat penyakit dalam keluarga dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 16. Diketahuinya hubungan variabel persepsi terhadap mutu pelayanan kesehatan dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 17. Diketahuinya hubungan variabel umur dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 18. Diketahuinya hubungan variabel persepsi terhadap biaya pelayanan kesehatan dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan penulis tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan. 2. Manfaat bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi bagi mahasiswa FKM UNAND mengenai faktor-faktor yang berhubungan 9

dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang pada tahun 2017 untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kemauan membayar biaya Medical Check-Up Paket I pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang dengan variabel independen yaitu umur, pendapatan, ATP 1, ATP 2, riwayat penyakit, riwayat penyakit dalam keluarga, persepsi terhadap mutu pelayanan kesehatan, dan persepsi terhadap biaya pelayanan kesehatan. 10