PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan. produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah merupakan hubungan vertikal Allah SWT dengan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN 66. Aksara, 2001, h.1. 1 Mansur, Ekonomi Islam, Salatiga :STAIN Salatiga Press, 2009, h.

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

JUDUL STRATEGI OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI PENGGERAK SEKTOR USAHA MIKRO Oleh : Prof.Dr.H.Hendi Suhendi, M.Si (Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh tentang kondisi suatu wilayah dapat dilihat dari pembangunan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. warung-warung kecil, pasar tradisional, swalayan sampai mall sekalipun.

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMILIH LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH (Studi Kasus di BNI Syari ah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sinyal positif, termasuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. kajiannya. Lebaga ini berdiri berdasarkan SK Rektor No.Un.3/Kp.07.6/104/2007 tanggal

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan secara cermat, karena upaya peningkatan kualitas jasa

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

Dan juga dalam Q.S An-Nisa;

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT PEDESAAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA GOLONGAN EKONOMI MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perbankan dan lembaga keuangan non bank. Mengenai lembaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan

DAMPAK UNDANG-UNDANG OTORITAS JASA KEUANGAN, LEMBAGA KEUANGAN MIKRO, DAN PERKOPERASIAN TERHADAP SEKTOR KEUANGAN ARDITO BHINADI

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

RACHMAT TRIMULYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan agama yang lengkap dalam memberikan. tuntunan dan panduan bagi kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

Transkripsi:

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: RISMA NURUL F. B100050098 FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan semakin berkembang pesat, tidak hanya di perbankan tetapi juga lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Di sektor lembaga keuangan bank dikenal dengan perbankan syariah, sedangkan pada lembaga keuangan bukan bank dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 49 huruf i Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, terdiri dari lembaga keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan bisnis syariah. Sejalan dengan semakin berkembangnya pelaku ekonomi dan kebutuhan penggunaan uang dalam kegiatan ekonominya, maka transaksi antara pihak yang mengalami surplus uang dengan pihak yang memerlukan tambahan uang tidak hanya dapat dilaksanakan dengan pertemuan langsung. Kehadiran pihak perantara, baik dalam pengertian lembaga maupun pengertian fisik, menjadi sesuatu yang sangat penting dalam perekonomian. Perantara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah lembaga keuangan. Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, menghimpun dana,

menyalurkannya atau kedua-duanya (Kasmir, 2002). Adapun mengenai Baitul Maal wat Tamwil (BMT) tercangkup dalam istilah lembaga keuangan mikro syariah. Keberadaaan BMT ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pengembagan sektor ekonomi riil, terlebih bagi kegiatan usaha yang belum memenuhi segala persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga perbankan syariah. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan perdagangan, konsep baitul mal yang sederhana itu pun berubah, tidak sebatas menerima dan menyalurkan harta tetapi juga mengelolanya secara lebih produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat. Penerimaannya juga tidak terbatas pada zakat, infaq dan shodaqoh, juga tidak mungkin lagi dari berbagai bentuk harta yang diperoleh dari peperangan. Lagi pula peran pemberdayaan perekonomian tidak hanya dikerjakan oleh negara. Beberapa organisasi, intansi atau perorangan yang menaruh perhatian pada sejarah Islam kemudian mengambil konsep baitul mal ini dan memperluasnya dengan menambah baitul tamwil yang berarti rumah untuk menguangkan uang. Menjadilah baitul mal wat tamwil (BMT). Di Indonesia, istilah baitul maal wat tamwil mengemuka sejak tahun 1992. Mulanya, lembaga ini sekedar menghimpun dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau karyawan suatu instansi untuk dibagikan kepada para nasabah, lalu berkembang menjadi sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di bidang simpanpinjam dan usaha-usaha pada sektor riil.

Semangat yang luar biasa untuk berekonomi dengan ber-islam sekaligus itu harus didukung. BMT membuka kerjasama dengan lembaga pemberi pinjaman dan peminjam bisnis skala kecil dengan berpegang pada prinsip dasar tata ekonomi dalam agama Islam yakni transparansi, saling rela, percaya dan tanggung jawab, serta terutama sistem bagi hasilnya. Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam pengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, BMT diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini. Masalah pokok yang sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apa pun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana atau modal untuk membiayai usahanya. Dana dibutuhkan baik untuk perusahaan yang baru berdiri maupun sudah berjalan bertahun-tahun. Usaha kecil sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari 20 orang atau nilai asset yang kurang dari Rp 200 juta. Usaha kecil ini beroperasi dalam bentuk perdagangan ataupun industri pengolahan. Usaha kecil berbentuk perdagangan meliputi toko-toko kelontong, pengecer, penggrosir yang mempunyai toko-toko di bangunan yang disewa atau dimiliki sendiri. Mereka membeli dari grosir untuk dijual kepada pengecer atau konsumen dengan

harga yang tidak begitu tinggi, dengan maksud meningkatkan pendapatan mereka. Sebagian nasabah BMT tersebut merupakan pedagang kecil dan pemilik warung-warung kelontong yang tidak membutuhkan dana besar untuk meningkatkan usaha mereka. Kantor BMT BUANA berada di desa Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Nasabah BMT BUANA berada dibanyak desa seperti Desa Serang, Desa Mulur, Desa Sukosari, Desa Karanglo, Desa pojok. Sebagian besar nasabah BMT BUANA berdagang di pasar tradisional di Desa Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Pedagang kecil tersebut memiliki usaha sebagai pedagang sayur, sembako ( Sembilan Bahan Pokok atau sering disingkat Sembako adalah sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat menurut keputusan Menteri Industri dan Perdagangan no. 115/mpp/kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998. Kesembilan bahan itu adalah: beras, gula pasir, minyak goreng, daging sapi dan ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah dan garam beriodium), makanan, serta pedagang buah. Melihat uraian di atas, maka menarik minat penulis untuk melakukan suatu penelitian dengan judul PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, untuk mengetahui apakah pendapatan pedagang kecil yang mendapatkan pembiayaan dari BMT mengalami peningkatan.

B. Perumusan Masalah Untuk mengatasi masalah modal ini, pedagang kecil dapat memperoleh tambahan modal guna memperlancar dan mengembangkan usahanya melalui BMT. Dalam hal ini pihak pedagang dapat mengusahakan dengan jalan mengajukan permohonan pembiayaan kepada BMT. Berdasarkan keterangan di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah jasa pembiayaan dari BMT BUANA berperan dalam meningkatkan pendapatan pedagang kecil di desa Mulur. C. Tujuan Penelitian Dalam perumusan masalah yang menyangkut pengaruh pemberian jasa pembiayaan dalam pengembangan pedagang kecil ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh jasa pembiayaan yang diberikan BMT kepada pedagang kecil. 2. Untuk mengetahui apakah pembiayaan tersebut dapat digunakan pedagang. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai masukan dalam usaha penyempurnaan pola pembinaan pedagang kecil melalui pembiayaan, khususnya pembiayaan dari BMT. 2. Bagi pedagang kecil dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pengusaha kecil dalam memperlancar dan mengembangkan usahanya. 3. Mencari jalan pemecahan terhadap hambatan yang dihadapi pedagang kecil terutama masalah permodalan. 4. Bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan tentang masalah yang dihadapi oleh BMT dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat terutama pedagang kecil. E. Sistematika Penyusunan Skripsi Sistematika dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Sistematika Penyusunan Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Koperasi

B. Tinjauan Umum tentang BMT C. Pembiayaan dalam BMT D. Tinjauan tentang Pedangang Kecil BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran B. Hipotesis C. Populasi dan Sampel D. Tehnik Pengumpulan Data E. Analisis Data BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tentang BMT BUANA B. Gambaran Keadaan Responden C. Hasil Analisis Data BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran