BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM BMT BINA UMAT MANDIRI TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Bina Umat Mandiri Tambang Kabupaten Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB II GAMBARAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AL-HIJRAH SALO KABUPATEN KAMPAR. syariah yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan baitul

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil. aktivis Masjid SalmanITBBandung yang mendirikan Koperasi Jasa Keahlian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB II LANDASAN TEORI. mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

KONTRIBUSI PEMBIAYAAN MURABAHAH JENIS BAKULAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO PADA BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR SKRIPSI

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB III HASIL PENELITIAN. yang peduli terhadap perkembangan ekonomi umat. BMT PAM merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB III PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BALAI USAHA MANDIRI TERPADU (BMT) KUBE SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Oleh karena itu bank dapat dikatakan sebagai baromer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL

JUDUL STRATEGI OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI PENGGERAK SEKTOR USAHA MIKRO Oleh : Prof.Dr.H.Hendi Suhendi, M.Si (Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Bank Perkreditan Rakyat didirikan berdasarkan pada pandangan bahwa

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB III GAMBARAN BMT NU SEJAHTERA. yang sedang lesu pada saat itu, maka kaum Nahdliyin (NU) sebagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Fatah terhadap. 1. Kontribusi dari Koperasi Pondok Pesantren Al-Fatah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMILIH LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH (Studi Kasus di BNI Syari ah Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT BAHTERA PEKALONGAN. 1. Latar Belakang KJKS BMT Bahtera Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, dimana kegiatan. dilaksanankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BMT Syariah Tambang merupakan salah satu lembaga keuangan yang bersifat syariah, yang menghimpun dana (harta) masyarakat dari berbagai sumber (modal, tabungan, zakat, infak dan wakaf) dan pada kegiatan produktif (investasi) dalam kerangka syariah Islam. Kendati BMT lainnya sudah banyak di Indonesia, akan tetapi implementasi prisipprinsip syariah secara teknis operasional masih di hadapkan pada sekian banyak permasalahan yang perlu segera dipecahkan. Salah satunya menyangkut kemampuan analisa Fiqih sebagian pengelola BMT Syariah Tambang yang kurang paham dan juga kurang pahamnya masyarakat muslim, sistem Undang-Undang Negara Indonesia tidak memberikan tempat kepada yang namanya BMT. Bagaikan busa di atas air karena tidak ada tempatnya bernaung, maka BMT dititipkan dibawah payung koperasi. Padahal BMT sistemnya jauh lebih komplek dibanding kopersi dan bank konvensional. Hal ini tanpa disadari akan memegang kredibilitas BMT itu sendiri, sehingga BMT tidak mendapatkan tempat disebagian besar kaum muslimin. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Pertama didirikan rasulullah SAW, pada awalnya tidak mempunyai bentuk formal. Pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab baru diaplikasikan dalam bentuk suatu lembaga, sehingga memberikan Baitul Mal Wat tamwil (BMT) adalah balai usaha mmandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong 11 kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.

B. Profil tentang BMT Bina Umat Mandiri Secara umum profil BMT dapat dirangkum dalam butir sebagai berkut: 1. Tujuan BMT, yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Serta dalam memperbaiki dan mengembangkan perekonomian ummat, yang di tujukan dalam kegiatan utamanya yaitu penghimpunan dana dan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan yang dijalankan sesuai dengan syari ah islam. 2. Sifat BMT, yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelola secara professional serta beroriantasi untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungan. 3. Fungsi BMT, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf. Sebagai intitusi yang bergerak dibidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya bank. Serta sebagai lembaga ekonomi / keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang mempercayakan dananya disimpan di BMT dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) y ang diberikan pinjaman oleh BMT. sebagai lembaga ekonomi BMT berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti mengelola kegiatan perdagangan, industry dan pertanian. 4. Usaha yang dijalankan BMT, yaitu menumbuh kembangkan sektor riil baik di bidang industri maupun pertanian, Perdagangan dengan posisi sebagai penyandang dana, konsultan atau network marketing dan lainnya. Dan juga mengisi program islami sistem ekonomi (muamala h ) terhadap regenerasi sebagai sumber pembentukan konsep dan praktek operasional BMT yang motivatif dan kreatif. Serta menciptakan layanan yang diterima masyarakat tingkat dan bidang produksi pembayaran positif, baik sebagai debitur maupun kreditur.

C. Visi dan Misi BMT Visi: Sebagai lembaga keuangan syariah yang motivatif dan mandiri dalam mewujudkan dan mengangkat ekonomi lemah serta dapat menembalikan sistem syariah ini menjadi acuan umat islam dalam bermuamalah pada kehidupan sehari-hari. Sehingga mampu berperan menjadi wakil pengabdi allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat pada umumnya. Misi : mengaplikasikan sistem syari at islam dalam mengelola sumber daya yang ada untuk masyarakat islam, mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan berkemakmuran, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan syariah dan ridha allah SWT. D. Prinsip-prinsip Utama BMT a. Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT dengan mengimplementasikan prinsipprinsip syariah dan muamalah islam kedalam kehidupan nyata. b. Keterpaduan (kaffah) dimana nilai -nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan menggerakkan etika dan moral yang dinamis, proaktif, progesf, adil dan berakhlak mulia. c. Kekeluargaan d. Kebersamaan e. Kemandirian f. Profesionalisme

g. Istikamah : konsisten, kontinuitas / berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maju ke tahap selanjutnya dan hanya kepada Allah berharap. E. Badan Hukum BMT Baitul Mal wat Tamwil ( BMT) merupakan bentuk lembaga keuangan dan bisnis yang serupa dengan koperasi atau lembaga atau swadaya masyarakat (LSM). Baitul Mal Wa Tamwil sebagai cikal bakal lahirnya bank syariah pada tahun 1992. Segmen masyarakat yang biasanya dilayani BMT adalah masyarakatat kecil yang kesulitan berhubungan dengan bank. Perkembangan BMT semakin marak setelah mendapat dukungan dari yayasan inkubasi Bisnis Usaha Kecil (YINBUK) yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Baitul Mal Wat Tamwil sebagai lembaga ekonomi atau lembaga keuangan nonperbankan yang sifatnya informal. Disebut bersifat informal karena lembaga keuangan ini didirikan oleh kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hokum yang bertahap. Awalnya dapat dimulai sebagai kelompok swadaya masyarakat dengan mendapatkan sertifikat operasi kemitraan dari PINBUK dan jika telah mencapai nilai asset tertentu segera menyiapkan diri kedalam badan hukum koperasi. Penggunaan badan hukum kelompok swadaya masyarakat dan koperasi untuk BMT disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang dijelaskan dalam UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Menurut aturan yang berlaku, pihak yang berhak menyalurkan dan menghimpun dana masyarakat adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat, baik dioperasikan secara konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil.

Namun dengan demikian jika BMT dengan badan hukum KSM dan koperasi telah berkembang dan telah memenuhi syarat-syarat BPR, maka pihak manajemen dapat mengusulkan diri kepada pemerintah agar BMT itu dijadikan sebagai bank perkreditan rakyat syariah dengan badan hukum koperasi atau perseroan terbatas. F. Struktur Organisasi BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka hubungan orang-orang yang bekerjasama perlu ditetapkan secara nyata dalam bentuk struktur organisasi. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu kerangka usaha dalam menjalankan atau melakukan pekerjaan pekerjaan yang akan dilakukan, organisasi dapat dianggap sebagai wadah untuk mencapai tujuan tertentu, mengetahui kedudukan dan wewenang, tugas fungsi serta tanggung jawab dalam setiap pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. BMT Syariah Tambang sebagai suatu organisasi dalam usaha serta kegiatannya telah di rumuskan aturan-aturan pembagian tugas, wewenang serta tanggung jawab setiap personil maupun bagian-bagian yang secara bersama untuk mencapai tujuan yang direncanakan. dalam rangka melaksanakan operasional, maka BMT Syariah Tambang telah membentuk struktur organisasi yang secara formal untuk memperlancar dan mempertegas prosedur kerja para karyawan sehingga dapat terkoordinir lebih efektif. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi yang terdapat pada BMT Syariah Tambang dapat dilihat pada gambaran berkut ini:

DIREKTUR M. Wali Pahimi. S.Ag PENGAWAS YUSRIALIS, SE.M.Si SEKRETARIS NUR AKBAR, A.MD BENDAHARA SHAPYANI, A.MD KA. CABANG UTAMA SHAPYANI OPERASIONAL NUR AKBAR, A.MD FUNDING & FINANCING M. WALI FAHIMI, S.AG TELLER ROSMAIDA MARKETING AZIZ PATRA, A.MD Sumber : Dokumen BMT Syariah Tambang

Penjelasan mengenai tugas masing-masing bagian BMT Syariah Tambang adalah sebagai berkut: 1. Badan pendiri Badan pendiri mempunyai wewenang dalam membentuk Pengurus BMT Syariah Tambang. pengurus BMT ini ditunjuk melalui rapat antara anggota-anggota badan pendiri yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. 2. Pengurus Adapun tugas-tugas dari pengurus adalah : a. Menuju pengelola BMT Syariah Tambang yang professional b. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama BMT. c. Mewakili BMT Syariah Tambang di luar dan dihadapan pengadilan d. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengelola BMT. 3. Pengelola Adapun tugas-tugas dari pengelola adalah : a. Memimpin jalannya BMT Syariah Tambang sehingga sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah digariskan pengurus. b. Melakukan kegiatan pelayanan kepada peminjam serta melakukan pembinaan agar pembiayaan yang diberikan tidak macet. c. Memberikan pelayanan informasi kepada semua anggota 4. Kasir Adapun tugas-tugas kasir adalah: a. Menerima setoran tabungan, menerima pelayanan angsuran pembiayaan dan memberikan pembiayaan. b. Membukukan transaksi 5. Bidang pembiayaan Adapun tugas-tugas pembiayaan adalah:

a. Melakukan survey lapangan bagi nasabah yang ingin melakukan transaksi pembiayaan. b. Membuat akad perjanjian dengan nasabah c. Melaporan kegiatan-kegiatan kerapat anggota d. Mengirim surat teguran A. Produk produk BMT Syariah Tambang Bidang keuangan yang produktif : 1. Sumber Dana a. Modal awal yaitu modal pangkal dari BMT Syariah Tambang b. Tabungan wadi ah yaitu simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasan tertentu untuk menarik kembali tanpa mendapatkan bagi hasil c. Tabungan Syariah mudharobah, yaitu simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dananya dalam jangka waktu kapan saja boleh menerik dananya dengan mendapat bagi hasil d. Investasi Syariah, adalah simpanan nasabah dengan sistem yang berjangka dan imbalan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan e. Investasi Syariah muqaiyadah, adalah simpanan nasabah yang mencari kesempatan berinvestasi dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh nasabah yang berinvestasi tersebut. 2. Pendistribusian a. Pembiayaan murabaha, yaitu pembiayaan dengan akad jual beli antara BMT selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah memesan pembelian (debitur)

dengan waktu pembayaran ditentukan dan BMT mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang telah disepakati. b. Pembiayaan murabahah jenis bakulan, yaitu pembiayaan dengan akad murabahah dengan nilai pembiayaan yang relatif kecil yaitu dibawah Rp. 5000.000 yang diperuntuhkan bagi pengusaha mikro dan angsurannya lebih mudah yaitu sistem periode mingguan. c. Pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan dengan akad penyediaan jasa dari suatu barang oleh BMT dengan tujuan mendapatkan ujrah (sewa/upah) dari nasabah yang menggunakan jasa tersebut dengan yang telah ditentukan. d. Pembiayaan mudharabah yaitu pembiayaan dengan akad kerjasama suatu usaha antara pihak BMT sebagai pemodal dan nasabah sebagai pengelola dana dengan sistem bagi hasil keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad. e. Al-qardahul hasan, yaitu pembiayaan yang akadnya tidak mengambil keuntungan, khusus untuk membantu masyarakat miskin.