BAB I PENDAHULUAN. yang dijelaskan dalam Undang Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar belakang masalah. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan psikologisnya sehingga menjadi seorang yang unik. Anak mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UN PGRI Kediri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang dalam mencapai tujuan kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk mencetak manusia yang berpribadi kuat, cerdas dan mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan interpersonal sangat dibutuhkan oleh setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya (PKBTK, 2004:4). Didalam Undang-Undang. dijelaskan bahwa pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB 1 PENDAHULUAN. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) saja, tetapi masyarakat mulai mengenal PAUD. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sikap dan perbuatan dengan menggunakan bahasa. Kemampuan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui. yang lebih lanjut.(yamin & Jamilah, 2012: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT yang tiada ternilai harganya, dimana anak dibekali dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini adalah suatu pendidikan yang ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak untuk persiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Seperti yang dijelaskan dalam Undang Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa : "Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut". Adapun tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak. Dalam pendidikan anak usia dini terdapat aspek-aspek yang harus dikembangkan dan ditanamkan dalam diri anak, diantaranya aspek kognitif, bahasa, nilai agama dan moral serta perkembangan sosial anak 5-6 tahun. Peningkatan perilaku sosial cenderung paling mencolok pada masa kanak-kanak awal. Hal ini disebabkan oleh pengalamann sosial yang semakin bertambah pada anak-anak mempelajari pandangan pihak lain terhadap perilaku mereka dan bagaimana pemandangan tersebut mempengaruhi tingkatan penerimaan dari kelompok teman sebaya, akan 1

tetapi ada beberapa bentuk perilaku yang tidak sosial atau anti sosial. Sejauh mana terjadinya peningkatan perilaku sosial akan bergantung tiga hal. Pertama, seberapa kuat keinginan anak untuk diterima secar sosial; kedua pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku; dan ketiga kemampuan intelektual yang semakin berkembang yang memungkinkan pemahaman hubungan antara perilaku mereka dengan penerimaan sosial (Yulia Siska, 2011). Salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada Anak Usia Dini adalah perkembangan sosial. Perkembangan Sosial Anak Usia 5-6 tahun menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 : Bersikap kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senangsedih, antusias dsb.), mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan dan disiplin. menunjukkan rasa empati, memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah), bangga terhadap hasil karya sendiri, menghargai keunggulan orang lain. Mengapa kemampuan sosial anak pada usia 5-6 tahun perlu dikembangkan? karena pada dasarnya setiap anak akan memerlukan bantuan orang lain dan akan hidup menjadi manusia sosial, demikian juga pada anak masa usia 5-6 tahun anak seharusnya sudah dapat menunjukkan sikap toleran, mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan dan disiplin, menunjukkan rasa empati, bangga terhadap hasil karya sendiri dan menghargai keunggulan orang lain, serta dapat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada seperti dalam suasana senang-sedih-antusias dan sebagainya. Mengingat kemampuan sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebaiknya kemampuan sosial ditanamkan pada anak sedini mungkin. Upaya yang telah dilakukan oleh guru selama ini untuk mengembangkan kemampuan sosial anak adalah mengajarkan atau mengembangkan kepada anak usia dini pola perilaku seperti anak mampu 2

menghargai teman, baik menghargai milik, pendapat, hasil karya teman atau kondisi-kondisi yang ada pada teman. Selain itu guru mendorong anak untuk melakukan kontak sosial dengan anak lain dengan cara bermain dan bicara bersama. Namun dalam kenyataan masih banyak anak yang tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain seperti halnya dengan keadaan yang terlihat di TK Tunas Harapan III A ini ± 50% anak yang menunjukkan kemampuan sosial yang bermasalah, anak tidak mau membantu temannya dalam hal meminjamkan alat tulis, anak tidak mau berbagi pada teman yang tidak membawa makanan, anak suka mengejek temannya, anak tidak mau membantu merapikan meja saat selesai kegiatan pembelajaran dan saat anak ada yang terjatuh anak lain menertawakan bukan menolong. Kondisi yang ditemukan di TK Tunas Harapan III A ini menunjukkan masih lemahnya kemampuan sosial anak yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah guru masih menggunakan metode mengajar yang konvensional, kegiatan pembelajaran masih banyak menggunakan metode tanya jawab dan metode ceramah, guru jarang menggunakan metode bermain peran, guru yang lebih banyak berperan aktif dan anak hanya melakukan kegiatan mengisi majalah, menggambar, mewarnai gambar dan mendengarkan guru bercerita saja. Sementara guru juga kurang menyediakan media pembelajaran, media dapat dijadikan alat untuk mempermudah proses kegiatan pembelajaran, sementara fasilitas sekolahnya juga masih kurang memadai/alat bermain yang masih minim. Kurang adanya komunikasi dan kerja sama diantara guru dan orang 3

tua anak, sehingga masalah anak di rumah sering terbawa-bawa ke sekolah ataupun sebaliknya masalah anak di sekolah terbawa kerumah. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dasar untuk merasa menjadi bagian dari kelompok dan belajar untuk berfungsi dalam suatu kelompok dengan komposisi dan peranan yang berbeda-beda. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosial yang dibutuhkan dalam berinteraksi seperti menunggu giliran, mengungkapkan perasaan dan keinginan secara adaptif, berkomunikasi, dan mematuhi aturan- aturan sosial. Selain itu, bermain dengan orang lain juga memberikan kesempatan bagi anak untuk menyesuaikan tindakan mereka dengan orang lain, memahami sudut pandang dan kebutuhan orang lain, mengatur emosi dan mengendalikan diri, serta berbagi kekuasaan, tempat, dan ide dengan teman bermain. Kemampuan sosial pada anak dapat dikembangkan melalui berbagai metode pembelajaran, salah satunya adalah metode bermain peran. Bermain peran atau bermain pura-pura adalah bermain yang menggunakan daya khayal yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu dan binatang tertentu yang dalam dunia nyata tidak dilakukan. Kegiatan metode bermain peran yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak diharapkan mampu untuk mengembangkan sosialisasi bagi peserta didik, belajar menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir agar dia berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Dengan kegiatan bermain peran anak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasi diri bergerak, ekspresi dalam bermain dengan suasana riang dan gembira melalui peranperan yang dilakoninya (Veronika dkk., 2012). Bentuk kegiatan metode bermain peran merupakan cermin budaya masyarakat di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu yang dilihat 4

dan didengar akan terulang dalam kegiatan bermain peran tersebut. Dengan anak melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran, kemampuan sosial pada anak akan tumbuh dan masuk ke dalam diri anak dan melihat keadaan dari sisi orang lain, seolah-olah ia adalah orang itu. Dengan kondisi yang terlihat di TK Tunas Harapan III A ini dan berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Penerapan Metode Bermain Peran Di TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai T.A 2014/2015 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang terdapat di TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai T.A 2014/2015 dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Lemahnya kemampuan sosial anak yang ditandai dengan anak tidak mau membantu temannya dalam hal meminjamkan alat tulis, tidak mau berbagi pada teman yang tidak membawa makanan, suka mengejek temannya, tidak mau membantu merapikan meja saat selesai kegiatan pembelajaran, saat ada anak yang terjatuh anak lain menertawakan bukan menolong 2. Guru masih menggunakan metode yang konvensional dan guru yang banyak berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran. 5

3. Guru jarang menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran, guru kurang menyediakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Fasilitas sekolah yang kurang memadai/alat bermain yang masih minim serta kurangnya guru. 5. Kurang adanya komunikasi dan kerja sama diantara guru dan orang tua anak, terutama/khususnya berkaitan dengan kemampuan sosial anak. 1.3 Batasan Masalah Untuk memberikan batasan ruang lingkup yang jelas maka masalah yang ditulis dibatasi pada penerapan metode bermain peran yang digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kemampuan sosial anak usia 5-6 tahun di TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial anak pada usia 5-6 tahun di TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penulisan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan sosial anak usia dini di TK Tunas Harapan III A Serdang Bedagai Tahun Ajaran 2014/2015 melalui penerapan metode bermain peran. 6

1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Pendidikan Anak Usia Dini khususnya dalam kemampuan bersosial anak dan sebagai masukan atau informasi bagi guru dalam penerapan metode bermain peran khususnya meningkatkan aktivitas dan pencapaian perkembangan anak. 2. Manfaat Praktis - Manfaat bagi Anak Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan sosial di lingkungannya agar dapat diterima dengan baik. - Manfaat bagi Guru 1. Memberikan masukan pada guru dalam mengembangkan kemampuan sosial anak agar di masa yang akan datang anak dapat diterima dengan baik di lingkungannya 2. Menambah keterampilan guru dalam menerapkan metode pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan sosial anak agar di masa yang akan datang anak dapat diterima dengan baik di lingkungannya - Manfaat bagi Sekolah/TK a. Memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk berusaha menciptakan interaksi yang baik dalam lingkungan sekolah, antara guru dengan guru, guru dengan anak, maupun anak dengan anak yang meliputi 7

perhatian, kasih sayang, keterbukaan, suasana harmonis sehingga nantinya dapat dijadikan bekal bagi anak dalam membentuk kepribadian dan perilaku sehingga mudah dan dapat diterima dalam pergaulan yang luas, baik di sekolah maupun lingkungan sekitar anak. b. Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah untuk memberikan kebijaksanaan dalam meningkatkan kemampuan guru untuk meningkatkan kemampuan sosial anak. Diharapkan pula hendaknya memberikan penambahan fasilitas sekolah baik berupa mainan ataupun media. - Manfaat bagi Peneliti Menambah pengetahuan atau wawasan dalam menerapkan pengalaman peneliti untuk mengajar ataupun penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan sosial anak. 8