BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. paling sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

ARTIKEL. Disusun dan Diajukan oleh. Monalisa Frince S. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Sigalingging, M.Pd

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara negosiasi, diskusi dan musyawarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 956) dijelaskan bahwa negosiasi

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menyunting memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dan bersastra. Pada kurikulum 2013 pelajaran bahasa Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia dipelajari untuk menjadikan peserta didik mampu

BAB I PENDAHULUAN. yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

Oleh Adelita Purba Dra. Rosmaini, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menguatkan kedudukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 20 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi kehidupannya di dunia. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di sekolah yang pada dasarnya menekankan siswa untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu berbahasa dan bersastra saja namun juga digunakan sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan lingkungan dan membantu. kosakata, istilah, dan pemantapan struktur bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. membaca, menulis, menyimak, berbicara. Setiap keterampilan erat sekali kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Oleh Dwi Budi Mulyono

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. umum keterampilan menyimak dan berbicara adalah keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DOLOK MASIHUL TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang unggul. Banyak hal yang harus disempurnakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. bunyi sedangkan bentuk tulisan memakai symbol berupa huruf.

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI NASKAH DRAMA MELALUI MODEL BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai

BAB 1 PENDAHULUAN. memprihatinkan. Guru dengan lancarnya menerangkan berbagai macam teori,

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kurikulum 2013 tercatat sebagai perubahan ketiga selama era politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahirnya kurikulum 2013 sebagai penerapan kurikulum yang baru ternyata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

PENDAHULUAN Pendidikan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dewasa ini yaitu dibentuknya kurikulum baru yang sering disebut dengan Kurikulum 2013. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas X SMA/SMK/MA terdapat lima kegiatan menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur kompleks, menulis teks eksposisi, menulis teks anekdot, dan menulis teks negosiasi. Dalam kurikulum terbaru ini, pembelajaran bahasa Indonesia mengalami perubahan secara total. Dalam implementasinya, pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya sekadar belajar pengetahuan bahasa saja melainkan dapat mengembangkan kemampuan menalar siswa dalam bentuk lisan dan tulisan. Pendekatan berbasis teks lebih menguatkan siswa pada kegiatan menulis. Menulis merupakan kegiatan untuk melatih kegiatan berpikir menjadi lebih kreatif, produktif dan ekspresif. Menulis membutuhkan ketekunan agar dapat mengembangkan suatu kerangka karangan yang baik. Keterampilan menulis harus dilatih secara terus menerus karena menulis tidaklah mudah, harus ada latihan dan praktik yang berkelanjutan. Kegiatan menulis memiliki hubungan yang erat dengan berpikir. Menulis bukan hanya sekadar kegiatan berbahasa, namun juga dapat digunakan sebagai wadah menuangkan hasil pemikiran. Semakin banyak menulis maka siswa akan terlatih untuk berpikir kritis, 1

2 mempunyai daya nalar yang tinggi dan aktif dalam mengembangkan prestasi akademik. Namun kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan harapan, dikarenakan hasil belajar siswa dalam kegiatan menulis tergolong rendah. Pengakuan dari siswa sendiri menyatakan bahwa pembelajaran menulis merupakan kegiatan yang membosankan. Ketika diberi tugas untuk menulis, siswa sengaja mengulur waktu agar tugas menulis tersebut menjadi tugas rumah. Hal ini diperbuat agar tugas tersebut dapat disalin secara utuh dari internet atau media cetak bukan hasil pemikiran siswa itu sendiri. Hal ini dibuktikkan dari penelitian Purba (dalam Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2012) dengan judul Pengaruh Model Kreatif Treffinger Terhadap Kemampuan Menulis Narasi Sugestif dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menulis rendah. Hal tersebut disebabkan karena siswa hanya diajarkan untuk terampil menguasai teori menulis daripada terampil menerapkannya. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan Wardani (dalam Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 9, Nomor 13, Oktober 2012) dengan judul Efektivitas Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) Terhadap Kemampuan Menulis Artikel juga mengatakan bahwa pembelajaran menulis hanya berfokus pada materi tanpa disesuaikan dengan model yang cocok terhadap materi yang diajarkan. Salah satu wujud dari pembelajaran menulis terlihat pada pembelajaran menulis teks bahasa Indonesia yaitu pembelajaran teks negosiasi yang dimuat dalam Kurikulum 2013 di kelas X SMA/SMK/MA dengan KD 4.2 Memproduksi teks negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat

3 baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk mampu menulis teks negosiasi yang sesuai dengan kaidah dan strukturnya. Negosiasi merupakan proses komunikasi antara dua orang atau lebih guna mengembangkan solusi terbaik yang paling menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat. Hal ini didukung oleh pendapat Forsyth (1996:111) yang mengatakan bahwa negosiasi adalah proses mengenali, menata, dan menyepakati syarat-syarat sebuah transaksi. Di dalam kurikulum yang terbaru ini, teks negosiasi merupakan teks yang berisi penawaran-penawaran dan hal-hal yang harus dikompromikan antara dua pihak atau lebih. Contohnya, ketika terjadi kegiatan tawar menawar antara penjual cabai dengan pembeli, maka kegiatan tersebut disebut dengan kegiatan negosiasi. Dalam kurikulum 2013, kegiatan tawar menawar tadi bisa dibuat menjadi sebuah teks yang disebut dengan teks negosiasi. Kompetensi menulis teks negosiasi sangat bermanfaat bagi siswa karena dengan kompetensi tersebut, siswa dapat berpikir untuk menuliskan solusi yang terbaik yang dapat dilakukan dalam suatu kegiatan tertentu melalui diskusi. Dalam pembelajaran menulis teks negosiasi, siswa masih kurang memperoleh contoh teks lain yang ingin dipelajarinya padahal bisa saja contoh teks tersebut sangat dekat dengan siswa bahkan dikatakan sangat sering terjadi di kehidupan siswa. Kekurangan lainnya yaitu dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mampu dan berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk lebih giat belajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengelola interaksi belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, karena guru memegang peranan penting

4 dalam keberhasilan pencapaian kompetensi siswanya. Adapun pembelajaran menulis teks negosiasi di tingkat SMA/SMK/MA yang diupayakan guru belum sepenuhnya menuju ke arah proses pengembangan kreativitas dan keaktifan siswa. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian dari Ningsi (dalam Skripsi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unimed 2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kuala Tahun Pembelajaran 2014/2015. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata menulis siswa yaitu 78. Padahal, model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti tersebut juga merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang menjadi salah satu model belajar unggulan untuk diterapkan pada Kurikulum 2013. Namun, hasil menulis teks negosiasi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek masih tergolong rendah. Di dalam kurikulum terbaru ini, yang menjadi konsep pembelajaran di kelas adalah pembelajaran yang didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan peserta didik merupakan pengalaman yang dilakukan oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran ini, pendidik dituntut untuk menjadi fasilitator yang baik, mampu menggali potensi yang dimiliki peserta. Menurut hasil observasi penulis, kemampuan menulis teks negosiasi siswa kelas X di SMA Negeri 20 Medan masih tergolong rendah. Tuntutan kompetensi 4.2 tidak seutuhnya dapat dicapai. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan ibu Mahanim, S.Pd., guru bahasa Indonesia yang telah tiga semester memakai kurikulum 2013 menyatakan bahwa rendahnya kemampuan

5 siswa dalam menulis teks negosiasi dikarenakan pembelajaran berbasis teks dianggap sebagai pembelajaran yang tidak masuk akal dan membosankan. Kurangnya contoh konkret dari suatu teks negosiasi yang bisa dijadikan acuan untuk pemodelan teks masih sangat minim. Siswa sendiri mengakui bahwa mereka sulit menuangkan idenya dalam sebuah teks negosiasi sehingga nilai ratarata siswa tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini sejalan dengan informasi yang didapatkan penulis dari bapak Subagus Ahmad, S.Pd., yang mengajar di SMA Singosari Medan. Beliau juga mengatakan bahwa menulis teks terutama menulis teks negosiasi adalah materi pelajaran yang kurang mendapat umpan balik dari siswa. Ini dikarenakan siswa kurang tertarik dengan contoh yang tertera di buku siswa kelas X. Hal ini menyebabkan tugas yang diberikan oleh guru menjadi hanya mencapai nilai KKM saja. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis menunjukkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis teks negosiasi masih rendah. Menulis tidak dapat tercipta tanpa motivasi atau rangsangan dari guru agar siswa mau menulis. Motivasi dapat berupa pemberian semangat untuk siswa mau menulis dan memperhatikan dengan baik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rangsangan dapat dilaksanakan dengan pemilihan model yang tepat terhadap kegiatan menulis. Model pembelajaran didesain untuk mengatur jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran. Kemampuan siswa dalam menulis teks negosiasi perlu ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran yang interaktif dan inovatif sehingga mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran

6 yang dapat meningkatkan kemampuan menulis khususnya teks negosiasi adalah model pembelajaran berbasis masalah. Penulis berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan menulis teks negosiasi siswa. Model pembelajaran berbasis masalah bukanlah model pembelajaran yang baru dalam dunia pendidikan, hanya saja model pembelajaran ini memiliki satu keunggulan untuk menarik siswa dalam kegiatan menulis yaitu merangsang siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah yang nyata, proses untuk siswa belajar, baik ingatan maupun keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian, siswa didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan suatu masalah. Masalah-masalah yang diberikan guru merupakan masalah yang terdapat dalam kehidupan nyata sehingga siswa dapat menghubungkannya dengan pengalaman yang pernah dialami langsung ataupun yang didengar langsung dari orang lain. Pernyataan di atas didukung oleh penelitian yang relevan oleh Barus (dalam Skripsi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unimed 2014) dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning) Terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pancurbatu Tahun Pembelajaran 2013/2014. Penelitian itu membuktikan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf argumentasi. Hal ini dibuktikan dengan

7 diperolehnya nilai rata-rata post-test siswa sebesar 82,35. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fahrurazi (dalam Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia/Repitory.upi.edu 2011) dengan judul Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Berpikir Kritis dan Komunikasi Sistematis Siswa Sekolah Dasar. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi sistematis siswa. Berdasarkan tinjauan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam belajar. Model pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman siswa dalam beraktivitas secara nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Model pembelajaran ini mengarahkan siswa untuk membentuk pengetahuan baru melalui langkah analisis terhadap pengetahuanpengetahuan baru yang siswa kumpulkan. Dalam hal ini model pembelajaran berbasis masalah membantu siswa berpikir kritis dan lebih kreatif dalam mengembangkan tulisan yang baik berbentuk teks negosiasi sesuai dengan struktur teks tersebut. Berdasarkan uraian di atas, muncul ketertarikan penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Memproduksi Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 20 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diidentifikasi yaitu sebagai berikut. 1. Hasil belajar siswa dalam menulis teks negosiasi rendah. 2. Pembelajaran berbasis teks dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan. 3. Kurang menariknya contoh yang diberikan oleh guru untuk dijadikan panduan menulis teks negosiasi. 4. Siswa kurang mampu menulis teks negosiasi. 5. Siswa kelas X SMA Negeri 20 Medan kurang mampu menuangkan ide dalam bentuk teks negosiasi. C. Pembatasan Masalah Penelitian harus terfokus pada satu arah tujuan. Oleh sebab itu, masalah harus dibatasi. Berdasarkan hal tersebut, pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan memproduksi teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 20 Medan tahun pembelajaran 2014/2015. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapat diketahui bahwa fokus masalah ialah pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan memproduksi teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 20

9 Medan tahun pembelajaran 2014/2015. Agar penelitian ini lebih terarah, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kemampuan memproduksi teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 20 Medan tahun pembelajaran 2014/2015 menggunakan model pembelajaran berbasis masalah? 2. Bagaimanakah kemampuan memproduksi teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 20 Medan tahun pembelajaran 2014/2015 menggunakan model pembelajaran ekspositori? 3. Apakah model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh digunakan untuk meningkatkan kemampuan memproduksi teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 20 Medan tahun pembelajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Perumusan tujuan penelitian harus disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Tujuan penelitian sangat penting karena sebagai penentu bagi langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui kemampuan memproduksi teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 20 Medan tahun pembelajaran 2014/2015 menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 2. Untuk mengetahui kemampuan memproduksi teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 20 Medan tahun pembelajaran 2014/2015 menggunakan model pembelajaran ekspositori.

10 3. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh digunakan untuk meningkatkan kemampuan memproduksi teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 20 Medan tahun pembelajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut. 1) Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam teori pembelajaran bahasa, khususnya dalam menulis teks negosiasi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 2) Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak terkait, antara lain sebagai berikut. a. Bagi Siswa Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang konkret kepada siswa dalam proses pembelajaran memproduksi teks negosiasi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan juga model pembelajaran ekspositori sehingga hasil belajar siswa dalam menulis dapat meningkat.

11 b. Bagi Guru Penelitian ini dapat memberikan suatu dorongan atau motivasi bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik, inovatif, dan kreatif. c. Bagi Penulis Penelitian ini memberikan pengalaman yang bermakna kepada penulis karena mampu mengembangkan wawasan serta mengaplikasikan konsepkonsep pembelajaran yang telah diperoleh selama perkuliahan dalam bidang pendidikan.