HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL Nuraenny Ratna Bauw 1, Aryu Candra K. 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar belakang: Anemia pada kehamilan terjadi ketika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl. Penyebab tersering anemia adalah defisiensi nutrisi yang disebabkan berbagai faktor seperti kurangnya asupan mikronutrien dan absorpsi besi yang tidak adekuat. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan asupan mikronutrien seperti besi, zink, kalsium, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C dengan jenis anemia yang dialami. Metode : Studi cross-sectional dengan mengambil data primer di Puskesmas Halmahera selama periode Agustus-September 2016. Jumlah sampel adalah 55 ibu hamil trimester I-III yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data asupan mikronutrien diperoleh dari Food Frequency Questionnaire sedangkan jenis anemia diperoleh dari pemeriksaan laboratorium. Hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil : Kebanyakan ibu hamil mengalami defisiensi mikronutrien seperti besi, kalsium, zink, dan asam folat. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan besi dan jenis anemia pada ibu hamil (p<0,05). Namun, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan zink, kalsium, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C (p>0,05). Kesimpulan : Didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan besi dengan jenis anemia Kata kunci: ibu hamil, besi, zink, kalsium, asam folat, vitamin B12, vitamin C jenis anemia ABSTRACT ASSOCIATION BETWEEN MICRONUTRIENT INTAKE AND TYPE OF ANEMIA IN PREGNANCY Background: Anemia during pregnancy occurs when the concentration of hemoglobin less than 11 g/dl. The most common cause of anemia is the deficiency of nutrition triggered by a lot of factors such as lack of micronutrient intake and inadequate absorption of iron. Aim: to know the association between the micronutrient intake such as iron, zinc, calcium, pholate acid, vitamin B12, and vitamin C with the type anemia. Method: This research use a cross sectional study which took the primary data in Puskesmas Halmahera during August-September 2016. Total of subject were 55 pregnant women on trimester I-III that fulfill the inclusion and exclusion criteria. Data on nutrients intake were obtained using Food Frequency Questionnaire whereas the type of anemia using laboratory examination. The result analyzed using univariat and bivariate analysis. Result: Most of women suffered micronutrient deficiency such as iron, calcium, zinc, and pholate acid. There had a significant association between iron and type of anemia (p<0,05). But there had no significant association between zinc, calcium, pholate acid, vitamin B12, vitamin C and type of anemia (p>0,05). Conclusion: Intake of iron is associated with the type of anemia Keywords: pregnant woman, iron, zinc, calcium, pholate acid, vitamin B12, vitamin C, type of anemia 993
PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu di Indonesia merupakan masalah yang menjadi prioritas utama dalam bidang kesehatan. Menurut model Mc Carthy dan Maine, kematian ibu dapat disebabkan oleh status kesehatan seperti faktor penyakit ataupun gizi buruk. 1 Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kematian pada ibu hamil adalah anemia. Anemia adalah kondisi ketika kadar hematokrit, konsentrasi hemoglobin, atau hitung eritrosit menurun. Pada ibu hamil, ketiga parameter tersebut memiliki nilai yang bervariasi sehingga sulit untuk memastikan nilai normal yang akurat untuk kondisi anemia. 2 Prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia sekitar 51% terutama di negara berkembang dan kelompok sosial ekonomi rendah. Di negara berkembang terdapat 45 % wanita yang mengalami anemia, sedangkan pada negara maju hanya sekitar 13 %. Menurut WHO, prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara pada tahun 2008 adalah 48,2 %. 1 Di Indonesia rata-rata prevalensi anemia pada kehamilan relatif tinggi, yaitu sekitar 63,5%. 3 Berdasarkan hasil Riskesdas, anemia pada populasi ibu hamil di Indonesia menurut kriteria anemia yang ditentukan WHO dan pedoman Kemenkes 1999, adalah sebesar 37,1 % dan proporsinya hampir sama antara ibu hamil di perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%). 4 Penelitian Subagyo (2004) di Jawa Tengah menemukan prevalensi anemia sebesar 77,1% bila digunakan nilai ambang batas 11 mg/dl, namun bila nilai ambang yang dipakai 10,5% pevalensi anemia 38,6%. 5 Penyebab tersering anemia adalah defisiensi nutrisi yang disebabkan berbagai faktor seperti kurangnya asupan mikronutrien dan absorpsi yang tidak adekuat. Seringkali defisiensi yang terjadi bersifat multiple dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk atau kelainan herediter. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75 % dengan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Zat besi sangat diperlukan pada ibu hamil sehingga kebutuhannya meningkat. Selain zat besi, asupan mikronutrien lain yang berpengaruh pada anemia antara lain asam folat, vitamin B 12, zink, vitamin C, dan kalsium. Adapun penyebab yang jarang ditemui antara lain hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan. 2 Anemia pada ibu hamil apabila kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl atau hematoktrit kurang dari 33 %. Suatu penelitian menyimpulkan bahwa seiring meningkatnya usia kehamilan maka terjadi penurunan kadar hemoglobin. Namun, penurunan kadar tersebut 994
hanya terjadi sampai trimester kedua yaitu sekitar usia kehamilan 30 minggu, sedangkan pada trimester ketiga kadar hemoglobin kembali meningkat meski tidak signifikan. 2 Anemia dalam kehamilan disebabkan karena banyaknya wanita yang memulai kehamilan dengan cadangan makanan yang kurang. Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan sebelum hamil. Zat besi pada wanita hamil dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah, janin dan plasenta, dimana anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi, hal ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan. 6 Kurangnya asupan nutrisi atau intake makanan akan mengakibatkan malnutrisi yang akan mempengaruhi kecepatan pembentukan hemoglobin dan konsentrasi dalam darah menurun sehingga menyebabkan anemia. 7 Kekurangan asam folat dalam kehamilan akan menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit, sehingga muncul sel darah merah dengan bentuk dan ukuran abnormal yang disebut sebagai Anemia megaloblastik, lebih jauh gangguan metabolisme asam folat akan menyebabkan gangguan replikasi DNA dan proses pembelahan sel, dan ini akan mempengarui kerja seluruh sel tubuh, termasuk dalam metabolisme besi. Wanita membutuhkan 50-100 mcg asam folat per hari, sedangkan selama kehamilan kebutuhan ibu akan asam folat sebesar 300 400 mcg / hari. Tercatat terdapat 2 dari 5 wanita usia subur di jakarta memiliki kadar folat sel darah yang kurang dari nilai ideal. 8 METODE Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan sampel ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu ibu hamil trimester I-III yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Halmahera Semarang dan bersedia menjadi sampel penelitian. Kriteria eksklusi yaitu sampel yang menderita sakit dan dirawat di rumah sakit selama penelitian berlangsung. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan simple random sampling. Perhitungan yang dilakukan mendapatkan besar sampel minimal 55 sampel. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan mikronutrien. Asupan mikronutrien dirinci menjadi zat besi, vitamin C, asam folat, vitamn B12, zink, dan kalsium. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah jenis anemia anemia. Gambaran anemia meliputi kadar Hb dan gambaran apusan darah tepi. Analisis data yang dilakukan mencakup analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan data kadar 995
hemoglobin, usia ibu, usia kehamilan, asupan mikronutrien, dan morfologi eritrosit. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara 2 variabel, yaitu antara asupan mikronutrien (zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, zink, dan kalsium) dan jenis anemia menggunakan uji Chi Square dengan nilai p<0,05 dianggap bermakna. HASIL Karakteristik subjek diperoleh dari data primer berupa wawancara dengan subjek sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan medik di Puskesmas. Data asupan mikronutrien didapatkan dari Food Frequency Questionnaire dengan mewawancarai ibu hamil secara langsung. Data Food Frequency Questionnaire kemudian diolah menggunakan software Nutrisurvey. Data asupan besi, asam folat, kalsium, zink, vitamin C, dan vitamin B12 kemudian digolongkan menjadi adekuat dan tidak adekuat berdasarkan Angka Kecukupan Gizi. Data morfologi eritrosit diperoleh dari pemeriksaan laboratorium di Puskesmas. Subjek penelitian berjumlah 55 orang yang terdiri dari 23 ibu hamil pada trimester I, 9 ibu hamil pada trimester ke II, dan 23 ibu hamil pada trimester ke III. Usia subjek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu pada usia kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun, dan lebih dari 35 tahun. Berdasarkan jumlah kehamilan, subjek dibagi menjadi primigravida dan multigravida. Subjek terbanyak terdapat pada kelompok multigravida (65,5 %). Sebagian besar ibu hamil tidak mengalami anemia (Hb 11) sebanyak 54,5 % sedangkan untuk morfologi eritrosit kebanyakan memiliki bentuk normositik. Ibu hamil yang mengalami anemia paling banyak terjadi pada trimester ke III yaitu sebanyak 78,3 %. Sedangkan kelompok usia ibu hamil yang paling banyak mengalami anemia yaitu pada usia 20-35 tahun (46,8 %). Tabel 1. Distribusi Kategori Asupan Mikronutrien Asupan Mikronutrien Kategori Frekuensi (n) Presentase (%) Besi (mg) 12 21,8 43 78,2 Asam Folat (mcg) 16 29,1 39 70,9 996
Kalsium (mg) 11 20 44 80 Zink (mg) 12 21,8 43 78,2 Vitamin C (mg) 54 98,2 1 1,8 Vitamin B12 (mcg) 31 56,4 24 43,6 Dari tabel 1 diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki asupan mikronutrien yang tidak adekuat di antaranya besi, asam folat, kalsium, dan zink. Defisiensi yang paling banyak terjadi adalah defisiensi kalsium. Analisis bivariat untuk variabel kategorik dua kelompok tidak berpasangan adalah dengan menggunakan uji Chi-Square dengan syarat nilai expected kurang dari lima maksimal 20% dari jumlah sel. Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan Asupan Mikronutrien dengan Kadar Hemoglobin Asupan Mikronutrien Zat besi Anemia Kadar Hemoglobin Tidak Anemia n % n % p IK 95 % Tidak adekuat 23 53,5 20 46,5 0,024 1,124-29,411 2 16,7 10 83,3 Asam folat Tidak adekuat 18 46,2 21 53,8 0,871 0,342 3,555 7 43,8 9 56,3 Vitamin B12 Tidak adekuat 12 50,0 12 50,0 0,551 0,474 4,045 13 41,9 18 58,1 Vitamin C Tidak adekuat 0 0,0 1 100 0,357 1,454 2,385 25 46,3 29 53,7 Zink 997
Tidak adekuat 22 51,2 21 48,8 0,108 0,747 13,255 3 25,0 9 75,0 Kalsium Tidak adekuat 22 50,0 22 50,0 0,176 0,624 11,397 3 27,3 8 72,7 Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan besi terhadap kadar hemoglobin. Selanjutnya dilakukan uji Chi-Square lagi untuk melihat hubungan asupan mikronutrien terhadap jenis anemia. Asupan Mikronutrien Besi Tidak adekuat Tabel 3. Hasil Analisis Asupan Mikronutrien dengan Jenis Anemia Anemia makrositik Jenis Anemia Anemia mikrositik Anemia normositik n % n % n % 0 0 15 65,2 8 0 0 2 100,0 0 0,0 Asam Folat Tidak adekuat 0 0 12 63,2 7 0 0 5 83,3 1 16,7 Vitamin B12 Tidak adekuat 0 0 5 45,5 6 0 0 12 85,7 2 14,3 Zink Tidak adekuat 0 0 16 69,6 7 0 0 1 50,0 1 50,0 Kalsium Tidak adekuat 0 0 15 68,2 7 0 0 2 66,7 1 33,3 p 34,8 0,312 36,8 0,356 54,5 0,332 30,4 0,569 31,8 0,958 IK 95 % 0,340-5,029 0,033-3,562 0,021-0,938 0,124-41,985 0,083-13,896 998
Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan mikronutrien dengan jenis anemia (p>0,05). Dengan perhitungan rumus didapatkan rasio prevalens dari zat besi 3,209 sedangkan asupan zink ialah 2,046. Hal ini berarti ibu dengan defisiensi besi 3x beresiko untuk terkena anemia sedangkan ibu dengan defisiensi zink memiliki 2x risiko untuk terjadinya anemia. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan asupan mikronutrien tidak memenuhi angka kecukupan gizi untuk ibu hamil. Defisiensi kalsium pada ibu hamil terjadi sebanyak 80%, besi dan zink 78,2 %, asam folat 70,9 %, vitamin B12 43,6 %. Sedangkan untuk vitamin C hampir seluruh ibu hamil terpenuhi kebutuhannya, hanya 1,8 % yang mengalami defisiensi zat ini. Sebanyak 45,5 % ibu hamil mengalami anemia dengan defisiensi mikronutrien yang berbeda-beda. Ibu dengan anemia kebanyakan mengalami defisiensi besi yaitu sebanyak 53,5 %. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan besi dengan kadar hemoglobin maupun jenis anemia. Sedangkan untuk kelima asupan lainnya yaitu vitamin B12, vitamin C, kalsium, asam folat, dan zink tidak memiliki hubungan yang dengan kadar hemoglobin maupun jenis anemia. Namun terdapat faktor risiko anemia yang berhubungan dengan asupan zink pada ibu hamil. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari hubungan asupan mikronutrien dengan jenis anemia pada ibu hamil. Pengambilan data asupan mikronutrien akan lebih baik jika selain mengambil data dengan kuisioner juga melakukan penilaian laboratorium terhadap zat gizi tertentu misalnya melakukan pemeriksaan serum asam folat dan vitamin B12 dengan metode RIA. Pemeriksaan jenis anemia juga dapat dilakukan dengan melihat indeks eritrosit pada masing-masing ibu hamil. Selain itu, peneliti juga menyarankan perlunya sosialisasi pada ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi besi dan zink seperti daging sapi dan konsumsi asam folat pada telur dan kacang-kacangan. Program suplementasi zink mungkin diperlukan namun perlu adanya dosis yang tepat dan petunjuk cara konsumsi agar dapat memenuhi kebutuhan zat besi pada ibu. 999
DAFTAR PUSTAKA 1. Melisa, Amelia Dwi Fitri AD. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia pada ibu Hamil. 2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. 3. Sinatra MT, Suharsono, Siswanto F. Perbedaan prevalensi anemia defisiensi besi pada perempuan hamil di daerah pantai dan pegunungan di wilayah Semarang. 2009;33(2):87 92. 4. Kesehatan BP dan P, Kementerian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. 2013. 5. Dyah Nurani S SF dan AK. Determinan Anemia Gizi Ibu Hamil di Kota Semarang. :1 17. 6. Nurhidayati A, Hapsari E. Hubungan Asupan Nutrisi dengan Kadar Hb pada Ibu Hamil di BPS Suratini Suwarno Surakarta. 7. Susiloningtyas I. Pemberian Zat Besi (Fe) Dalam Kehamilan. 8. Darwanty J, Antini A. Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin pada Ibu Hamil terhadap Pertumbuhan Otak Janin di Kabupaten Karawang tahun 2011. 2012; 1000