PERAN KADASTER LAUT DALAM PEMECAHAN KONFLIK DI PERAIRAN STUDI KASUS: KABUPATEN REMBANG, Arief widiansyah

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN KADASTER LAUT DALAM PEMECAHAN KONFLIK DI PERAIRAN STUDI KASUS: KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG. IZIN USAHA PERIKANAN dan TANDA PENCATATAN KEGIATAN PERIKANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA DI WILAYAH PERAIRAN KABUPATEN BULUNGAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I SULAWESI SELATAN NOMOR : 12 TAHUN 1996 SERI : B NOMOR: 2

MAKSUD DAN TUJUAN DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERAN SERTA POKMASWAS DALAM MEMBANTU KEGIATAN PENGAWASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH LAMONGAN NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia Di Provinsi Bengkulu H.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lem

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

IV. METODE PENELITIAN. Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PENGATURAN DAN RETRIBUSI PENGUJIAN KAPAL PERIKANAN DALAM WILAYAH KOTA MAKASSAR

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2014 TENTANG RUMPON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IJIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 30/MEN/2004 TENTANG PEMASANGAN DAN PEMANFAATAN RUMPON

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2008 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PERAIRAN DI SEKITARNYA

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1990 Tentang : Usaha Perikanan

2014, No.1090 NOMOR PM 71 TAHUN 2013 Contoh 1

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

GUBERNUR BALI, Mengingat

VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG USAHA PERIKANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 7 TAHUN 2005 RETRIBUSI PELAYANAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan masalah dalam penelitian ini.

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 12 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

Kerangka Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Izin Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PERAN KADASTER LAUT DALAM PEMECAHAN KONFLIK DI PERAIRAN STUDI KASUS: KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Arief widiansyah 3506 100 013

LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan (archipelagic state) dengan luas wilayah lautnya mencapai 5,8 juta km 2 atau hampir dua pertiga luas wilayah Indonesia (Purwanto 2009).Rembang merupakan salah satu kabupaten di pesisir pantai utara pulau Jawa, Rembang memiliki panjang garis pantai 63,5 km dengan luas wilayah pesisir 355,95 km. Rembang merupakan kabupaten dengan garis pantai terpanjang di Jawa Tengah (Helmi 2008).

LATAR BELAKANG Menurut Laporan Operasi Laut DKP tahun 2008, konflik di perairan terjadi akibat penggunaan jaring trawl oleh nelayan serta akibat pelanggaran jalur penangkapan ikan. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem yang dapat mengatasi permasalahan dan dapat memberikan solusi dari konflik di perairan Rembang baik dalam hal pelanggaran jalur penangkapan ikan maupun sebagai solusi permasalahan yang terjadi akibat penggunaan trawl.

LATAR BELAKANG Sistem yang dimaksudkan adalah kadaster laut, dimana kadaster laut menjalaskan mengenai kemungkinan adanya pencatatan batas-batas dan kepentingan di laut, yang diatur secara spasial dan didefinisikan secara fisik.

RUMUSAN MASALAH Pemasalahan yang diangkat dalam penulisan tugas akhir ini adalah apakah kadaster laut dapat digunakan untuk membantu pemecahan masalah yang terjadi di jalur penangkapan ikan di perairan Rembang.

BATASAN MASALAH 1. Analisa pelanggaran wilayah jalur penangkapan ikan oleh nelayan di perairan Rembang. 2. Analisa konflik penggunaan jaring trawl oleh nelayan di perairan Rembang dalam upaya pelestarian sumberdaya kelautan. 3. Peran kadaster laut dalam membantu penyelesaian permasalahan dalam hal pelanggaran jalur penangkapan ikan maupun penggunaan jaring trawl di perairan Rembang.

TUJUAN Mengetahui permasalahan yang terjadi di wilayah perairan di Rembang khususnya yang berkaitan dengan pembagian jalur penangkapan ikan berdasarkan GT (Gross Ton) maupun penggunaan trawl oleh nelayan Rembang untuk penangkapan ikan.

TUJUAN Menyediakan Peta estimasi lokasi konflik Perairan Kabupaten Rembang sebagai acuan dalam usaha penyelesaian permasalah perairan di Kabupaten Rembang. Melakukan analisa mengenai peran kadaster laut sebagai pemecahan permasalahan yang terjadi di perairan Rembang terkait dengan pelanggaran jalur penangkapan ikan dan penggunaan trawl.

MANFAAT Manfaat dari pembuatan analisa peran kadaster sebagai solusi pemecahan masalah peraiaran di Indonesia, antara lain: Memberikan wawasan mengenai permasalahan yang terjadi di wilayah perairan Rembang. Memberikan pengetahuan mengenai Undangundang yang mengatur tentang perairan di Indonesia. Mengetahui perlunya kadaster laut dalam upaya pemecahan permasalahan di jalur penangkapan ikan di Rembang.

LOKASI PENELITIAN

BAHAN Peta LPI (Lingkungan Pantai Indonesia) Rembang skala 1:50000 tahun 2005 Laporan Operasi Laut Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Rembang ( Selama Periode 2008-2010 ) Laporan Operasi Laut Satuan Kepolisian Air, Polisi Resor Rembang ( Selama Periode 2008-2009 ) Berita acara Pelanggaran Laut oleh Kantor Pelabuhan Rembang (Selama Periode 2008-2009)

Tahapan Penelitian

Tahap Pengolahan Data

Kompilasi Data Konflik Hasil dari kompilasi untuk pelanggaran alat tangkap berupa Trawl adalah sebagai berikut

Kompilasi Data Konflik Sedangkan untuk pelanggran jalur tangkap ikan yang mengakibatan adanya konflik perairan Rembang selama periode 2008 dan 2010 adalah sebagai berikut:

Pengeplotan Titik Lokasi Pelanggaran pada Peta LPI Digital Berdasarkan informasi lokasi pelanggaran yang didapatkan berupa cangkupan suatu wilayah atau area, maka dalam pengeplotan ini menggunakan estimasi terhadap cangkupan wilayah yang bersumber dari data. Hasil dari pengeplotan data adalah sebagai berikut

Pengeplotan Titik Lokasi Pelanggaran pada Peta LPI Digital

Analisa Pelanggaran Trawl di Perairan Rembang Penyebab penggunaan trawl di Rembang antara lain: a. Adanya keingingan dari nelayan memperoleh hasil yang melimpah dengan cara instan tanpa memperhatikan ekosistem laut. b. Tidak adanya kepedulian dari penangkap ikan terhadap kondisi lingkungan atau ekosistem dilaut. c. Adanya pihak-pihak yang memberikan sponsor, atau bantuan kepada nelayan untuk menggunakan trawl tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkan.

Analisa Pelanggaran Trawl di Perairan Rembang Dalam kasus pelanggaran penggunaan alat tangkap (trawl) yang dapat merusak ekosistem laut, perlu di perjelas kewajiban maupun hak yang jelas kepada nelayan sebagai subyek yang dikenakan.

Analisa Pelanggaran Jalur Penangkapan Ikan Di Perairan Rembang Penyebab dari pelanggaran jalur penangkapan ini antara lain: a. Kesengajaan dari kapal itu sendiri karena menginginkan hasil tangkap lebih, dan b. Kurang mengerti atau lalai tentang posisi saat penangkapan ikan. Untuk penyebab kedua banyak disebabkan oleh tidak dioperasikannya GPS yang terdapat di kapal nelayan. Untuk itu diperlukan sebuah referensi atau acuan bagi nelayan pada saat melakukan penangkapan ikan.

Analisa Pelanggaran Jalur Penangkapan Ikan Di Perairan Rembang Untuk penanda batas pada wilayah perairan dangkal dan dengan cangkupan wilayah yang kecil mudah, yaitu dengan menggunakan pelampung yang diletakkan di atas batas wilayah. Namun untuk penanda batas wilayah pada jalur penangkapan ikan tidak dimungkinkan untuk menggunakan pelampung dengan jarak dan luasan wilayah yang besar.

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Pemecahan Masalah Penggunaan Trawl di Perairan Rembang 1. Adanya Hak untuk memungut hasil dari laut atau sumber daya laut untuk usaha kelautan dan perikanan, serta usaha lain yang mencangkup atas permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut pada batas wilayah yang ditentukan dalam jangka waktu tertentu dan yang memberikan wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya.

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Pemecahan Masalah Penggunaan Trawl di Perairan Rembang 2. Hak ini dapat diberikan kepada: Orang perseorangan warga Negara Indonesia Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia Masyarakat adat Orang asing yang berkedudukan di Indonesia Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Pemecahan Masalah Penggunaan Trawl di Perairan Rembang 3. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pemberian hak ini, antara lain: Menjaga kelestarian sumber daya laut dan Tidak menjadikan ancaman serius terhadap kelestarian sumber daya laut Untuk kapal perikanan dilarang untuk menggunakan jaring dengan ukuran mata jaring kurang ari 25 mm (1 inch) dan purse seine cakalang (tuna) dengan ukuran mata jaring kurang dari 75 mm (3 inch) di semua jalur penangkapan ikan

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Pemecahan Masalah Penggunaan Trawl di Perairan Rembang Mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak masyarakat adat dan atau masyarakat lokal Kegiatan pengambilan sumber daya laut dilakukan pada wilayah yang telah ditentukan batasanya. Untuk kapal perikanan pada jalur II dan sterusnya wajib melengkapi dengan peralatan navigasi (GPS,dll)

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Pemecahan Masalah Penggunaan Trawl di Perairan Rembang 5. Hak ini berakhir karena: Jangka waktu habis dan tidak diperpanjang lagi Untuk kapal perikanan, terbukti menggunakan jaring yang melanggar ketentuan yang berlaku Terbukti memberikan ancaman bagi ekosistem laut dan terbukti melakukan kerusakan lingkuan laut.

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Pemecahan Masalah Penggunaan Trawl di Perairan Rembang 6. Jika terjadi pelanggaran di laut dapat dikenakan pencabutan hak maupun ketentuan pidana sesuai dengan peraturan yang berlaku 7. Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui badan yang ditunjuk dan diberikan wewanang.

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Memecahkan Masalah Pelanggaran Jalur Penangkapan Ikan. 1. Menentukan acuan batas penangkapan ikan antar jalur, artinya harus ada titik kontrol yang digunakan sebagai acuan batas jalur tangkap ikan. Cara yang digunakan untuk penentuan titiktitik pada batas ini menggunakan metode yang dijelaskan pada undang-undang no 6 tahun 1996, yaitu dengan menggunakan garis pangkal lurus biasa

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Memecahkan Masalah Pelanggaran Jalur Penangkapan Ikan. 2. Pemberian titik acuan di laut yang dapat dimasukkan dalam sistem navigasi kapal sebagai penunjuk lokasi. Hal ini dimaksudkan karena untuk penanda batas di lapangan masih imajiner sehingga diperlukan suatu media untuk menunjukkan posisi titik acuan kepada nelayan. Alat navigasi yang dimaksud disini adalah GPS.

Rekomendasi Kadaster Laut untuk Memecahkan Masalah Pelanggaran Jalur Penangkapan Ikan. Jadi untuk kapal jalur 2 dan 3 sebaiknya melengkapi kapal dengan GPS, setelah itu batas wilayah jalur tangkap ikan yang terdiri dari titik-titik acuan dapat di upload pada sistem navigasi. Pemasukan koordinat titik acuan atau upload batas ini dapat dilakukan oleh instansi yang diberikan wewenang.

Kesimpulan a. Terdapat 8 kali pelanggaran penggunaan jaring trawl yang mengakibatkan konflik yang terjadi karena pelanggaran di perairan Rembang selama periode 2008-2010. b. Sedangkan konflik antar nelayan yang berupa pelanggaran jalur penangkapan ikan di Rembang pernah terjadi sebanyak 2 kali pada periode 2008 sampai dengan 2010 c. Rekomendasi untuk memecahakan permasalahan di perairan Rembang untuk pelanggaran penggunaan trawl dengan kadaster laut adalah adanya sistem penetapan hak kepada pengguna ( kapal ) dengan laut sebagai objeknya. Didalam Hak mencantumkan kepemilikan hak tersebut, syarat-syarat pemberian hak, masa berlaku hak, jenis pengawasan, dan sanksi bila terjadi pelanggaran

Kesimpulan d. Rekomendasi untuk memecahkan permasalahan pelanggaran jalur penangkapan ikan dengan menggunakan kadaster laut adalah adanya penegasan batas-batas wilayah jalur tangkap ikan dengan menggunakan koordinat acuan dan memasukkan batas-batas jalur penangkapan ikan pada system navigasi tiap kapal. e. Peta yang dihasilkan merupakan peta estimasi lokasi konflik skala 1:10000 dengan cangkupan atau area yang mewakili lokasi konflik.

Saran 1) Untuk pengarsipan data pelanggaran, oleh DKP lebih baik disertai dengan marking koordinat lokasi yang jelas sehingga dapat menjadikan bahan evaluasi apabila terjadi pelanggaran yang berulang-ulang. 2) Karena di laut merupakan daerah yang luas tanpa adanya referensi, maka perlu adanya sosialisai mengenai penggunaan system navigasi GPS, terutama untuk kapal pada jalur penangkapan ikan 2 dan 3

Saran 3) Karena dalam pengawasan dilaut melibatkan banyak instansi, sehingga diperlukan sebuah koodinasi antar lembaga pemerintah atau membuat lembaga baru sebagai pusat kadaster Laut berskala nasional.

Sekian TERIMA KASIH